New Beginnings
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

New Beginnings - Chapter 12

2 posters

Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty New Beginnings - Chapter 12

Post  didar 20th July 2009, 6:28 pm

Peyton menghabiskan waktunya di dalam lift untuk mencoba memahami semua itu. Kisah di dalam buku Forever kini tak lagi sama baginya. Kisah itu nyata dan semua orang yang ada di buku itu nyata. Chad yang selama ia kira hanya tokoh rekaan ternyata bukan rekaan sama sekali, ia hidup dan ia nyata. Perasaannya tak karuan. Selama ini ia begitu terobsesi dengan Chad dan terkadang ia merasa ia lebih mencintai Chad daripada ia mencintai Jake. Hal itu benar-benar terdengar sangat gila sekarang. Dulu hal itu tentu saja tidak menjadi masalah mengingat Chad hanya tokoh rekaan. Tapi saat ini ia bingung. Sekarang setelah ia tahu pria itu sebenarnya nyata, apa itu artinya ia juga sebenarnya mencintainya tokoh itu secara nyata. Semua itu bagai rumus matematika sederhana yang nyatanya sulit dipecahkan. Ia mencintai dan mendambakan Chad dalam hidupnya . Lucas = Chad, apa itu artinya ia sebenarnya mencintai dan mendambakan Lucas dalam hidupnya. Ternyata semua itu memang rumit. Semakin dipikirkan semakin membuatnya bingung.

Peyton keluar dari lift dengan hati gundah. Ia sungguh berharap ia tak perlu memikirkan hal itu lagi untuk selamanya.
***

Peyton menatap Brooke yang sejak tadi tidak berhenti menunjukkan rasa terkejutnya. Matanya melebar dan mulutnya menganga. Ia begitu terkejut sampai-sampai ia kehilangan kata-katanya.

Peyton lama-lama tidak bisa menahan rasa gelinya, baginya temannya itu sangat ekspresif dan hal itu menjadi lucu terkadang. Hatinya yang sejak tadi terasa gundah,tiba-tiba saja seperti mendapat angin segar dan dalam sekejap terasa sedikit lebih baik.

“Bisakah kau berhenti kaget?” tanya Peyton sambil tertawa geli. Matanya kini mulai bergerak mengikuti Brooke yang sekarang berjalan bolak balik di tempatnya.

“Mana ada orang yang bisa disuruh berhenti kaget, kalau kaget ya kaget, kalau ngga ya ngga,” sahut Brooke cepat. Ia lalu menjatuhkan dirinya di atas sofa, tepat di sebelah Peyton.

“Dan aku memang benar-benar kaget,” ujarnya lagi dengan cukup dramatis.

“Oh, jelas. Kau menunjukkannya dengan jelas sejak tadi,” ujar Peyton sambil memandang Brooke dengan geli.

“Apa kau pernah mengira pria itu memang nyata?” tanya Brooke sambil menoleh ke samping. Wajahnya sudah terlihat biasa saja sekarang, tidak lagi dipenuhi oleh ekspresi terkejut.

“Yeah, kadang aku merasa pria itu begitu nyata dan tapi aku tidak pernah berpikir ia senyata itu,” jawab Peyton.

“Ternyata ada juga ya pria seaneh itu di dalam kehidupan ini,” ujar Brooke terdengar bingung. Ia memang belum membaca isi buku itu tapi baginya Lucas sangat aneh.

“Aku malah jatuh cinta pada tokoh itu,” ujar Peyton dengan suara pelan, seakan itu suatu rahasia yang memalukan.

“Kau jatuh cinta pada tokoh di buku itu? Memang bisa seperti itu?” tanya Brooke heran. Ia selalu berpikir secara rasional. Ia bahkan tidak akan jatuh cinta pada pria manapun kalau ia belum berjumpa muka.

“Kadang aku seperti terobsesi dengannya dan memikirkan pria itu terus. Kadang-kadang aku bahkan mengangankan Jake untuk lebih mirip dengan Chad. Hatiku terasa hangat saat teringat padanya atau membayangkannya. Rasanya benar-benar seperti jatuh cinta. Tapi itu semua karena ia hanya tokoh rekaan,” tutur Peyton dengan wajah bingung.

“Kau tidak boleh sekali-kali jatuh cinta pada Lucas hanya karena kau mencintai dirinya yang ada di buku,” Brooke terlihat bingung dengan kata-katanya sendiri.

“Maksudmu?”

“Maksudku cinta seperti itu tidak berarti nyata. Selama ini kau tidak merasakan apapun terhadap Lucas kan?” tanyanya dengan nada ngeri.

Peyton memutuskan untuk berbohong dan menggelengkan kepalanya. Ia memang tidak merasa ia sudah jatuh cinta pada Lucas tapi perasaannya saat ini sudah begitu kacau sehingga sulit untuk dinilai.

Brooke terlihat lega. Ia tak mau Peyton terobsesi dengan tokoh di dalam buku dan jatuh cinta begitu saja. Dan yang menjadi keberatannya yang terutama adalah Lucas terlihat begitu terobsesi dengan istrinya, sepertinya tak mungkin baginya untuk mencintai wanita lain. Kalau Peyton dan Lucas bersama. Ia yakin Lucas akan selalu menempatkan Peyton di bawah Lauren dan membanding-bandingkan mereka berdua seumur hidup. Peyton selamanya tidak akan bisa mengalahkan Lauren.
Brooke bergidik memikirkan semua itu.

“Ingat, kau jangan sekali-kali jatuh cinta pada Lucas. Ia tidak akan pernah mencintaimu dengan sepenuh hati dan kau layak untuk mendapatkan pria yang mencintaimu dengan sepenuh hati,” ujarnya memberi nasehat pada Peyton.

Peyton mengangguk. Apa yang dikatakan Brooke masuk akal. Selama ini walau Lucas terlihat normal, ia itu sebenarnya seorang pria yang terluka, yang terlalu mencintai istrinya dan tidak akan pernah siap untuk cinta yang baru.

Peyton menghela napasnya, semua ini benar-benar membuatnya bingung. Ia sejak tadi tak bisa berhenti memikirkan Lucas dan hatinya merasakan sesuatu padanya. Sesuatu yang selama ini ia rasakan bagi Chad dan perasaannya itu kini semakin kuat. Peyton menutup wajahnya dengan kedua tangannya berusaha mengusir bayangan Lucas dari kepalanya. Ia merasa sangat frustasi.

“Ok, kalau begitu kau sebaiknya menceritakan seluruh kisah di dalam novel itu sekarang,” ujar Brooke sambil menepuk paha Peyton. Peyton menoleh ke arahnya heran.

“Iya, aku ingin tahu seperti apa kisah yang mengharu biru itu dan mengapa kau bisa jatuh cinta pada tokoh itu.” ujar Brooke dengan nada penasaran.

Peyton berpikir sejenak, mencoba mengingat kembali semua isi kisah itu. Ia sebenarnya tidak perlu melakukan hal itu, cerita di dalam novel Forever and Almost Always itu sudah begitu lekat di dalam benaknya dan ia mungkin dapat menceritakannya beserta tanda baca yang ada. Atas permintaan Brooke Peyton menyebut Chad sebagai Lucas dan mulai bercerita.
Lucas dan Lauren, keduanya berasal dari keluarga terpandang di kota New York. Chad adalah anak laki-laki pertama dari keluarga Scott yang menguasai dunia real estate di New York. Lauren adalah anak perempuan satu-satunya dari keluarga Potter yang posisinya bahkan lebih terpandang dari keluarga Scott. Keluarga mereka sudah bersahabat sejak beberapa generasi sebelumnya.

Lucas menghabiskan masa remajanya dengan menghadiri pesta lebih dari ia menghabiskan waktu untuk pacaran. Pesta yang diadakan bergantian oleh keluarga Scott dan keluarga Potter itu berlangsung hampir tiap minggu. Lucas hadir karena wajib dan tidak seperti adik tirinya Nad, ia tidak bersedia membaurkan diri dengan tamu ataupun berusaha memikat semua orang. Kadangkala ia membawa teman kencan dan menghabiskan waktu dengan bermesraan atau mabuk-mabukan. Tetapi lebih sering lagi ia datang sendiri, memilih sofa untuk duduk dan menghabiskan waktu untuk menulis. Seiring dengan bertambahnya frekuensi kegiatan itu, ia akhirnya memiliki spot khusus. Ia akan duduk di sofa biru yang terletak di ruang tengah saat pesta berlangsung di rumahnya dan ia akan duduk di bangku taman yang terletak di depan air mancur saat pesta itu dilangsungkan di rumah kelurga Potter. Ia bahkan berhasil menguasai kedua spot itu sepenuhnya, tak ada satupun yang berani duduk di sampingnya. Terkadang Hay kekasih adik tirinya sekaligus teman baiknya itu duduk menemani di sampingnya, tapi lama-lama Hay pun tidak tahan karena Lucas begitu terfokus pada kegiatannya itu dan tidak mempedulikannya sama sekali.

Suatu kali sofa biru kesayangan Lucas itu sudah terlebih dahulu diduduki oleh seorang gadis manis, gadis yang tak pernah dilihatnya sebelumnya. Lucas terpaksa duduk di samping gadis itu tanpa berkata apapun. Ia sebenarnya tidak suka berbagi sofa itu dengan siapapun, tapi ia tidak bisa protes karena kali itu ia datang terlambat dan tidak berhak untuk mengusir gadis itu. Lucas kembali menyibukkan dirinya dengan menulis, untung saja gadis itu tidak mengganggunya sedikitpun. Hal itu kemudian terjadi lagi di pesta berikutnya. Lucas heran saat melihat gadis itu sudah duduk terlebih dahulu di bangku taman kesayangannya itu. Dengan ketus ia menanyakan siapa gadis itu. Dengan jujur gadis itu menjawab bahwa ia anak keluarga Potter dan dengan ramah ia memperkenalkan dirinya. Lucas menerima uluran tangan gadis itu dengan perasaan enggan tapi ia sebutkan juga namanya. Itulah hari di mana mereka berkenalan. Menyadari ia tidak berhak mengusir tuan rumah dari bangkunya sendiri, dengan berat hati Lucas duduk di samping Lauren dan mulai menyibukkan diri dengan bukunya lagi, menulis dalam keheningan seperti yang biasa ia lakukan. Tak peduli seberapa ribut keadaan di sekelilingnya, segalanya tetap terasa hening saat ia sudah masuk ke dalam tulisannya.

Hal itu terus berulang sampai beberapa kali sampai akhirnya Lucas tidak tahan dan menyuruh Lauren untuk memilih tempat lain. Tapi Lauren malah mengatai Lucas egois dan ia tidak sudi mengikuti kemauannya. Lucas yang saat itu sudah bersiap mendamprat gadis itu akhirnya malah tak tega melakukannya. Hatinya melembut saat ia melihat gadis itu berusaha menahan tangisnya dan saat itulah untuk pertama kalinya ia merasakan getaran aneh di hatinya. Baginya gadis itu cukup manis, wajahnya memang bukan wajah paling rupawan yang pernah ia lihat tapi ia terlihat sangat lembut dan kalem. Tipe gadis yang tidak pernah Lucas dapatkan Selama ini Lucas hanya pernah berhubungan dengan gadis-gadis populer yang berlomba-lomba menyodorkan diri padanya. Rasa ingin tahu Lucas terusik, ia ingin tahu bagaimana rasanya pacaran dengan gadis seperti itu dan bagaimana rasanya mengejar cinta seorang gadis untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Ia memulai perbincangannya dengan Lauren di hari itu dan tak dapat dipisahkan darinya tak lama sesudahnya.

Sejak saat itu Lucas selalu mengijinkan Lauren duduk di sebelahnya. Perbincangan mereka pun semakin lama semakin hangat seiring dengan semakin banyaknya waktu yang mereka habiskan bersama. Lucas tidak lagi datang ke pesta untuk menulis tapi ia datang untuk Lauren. Suatu kali di saat Lauren sedang menceritakan sesuatu dengan wajah berseri-seri, Lucas yang saat itu duduk sangat dekat dengannya mencium gadis itu tiba-tiba. Hal itu benar-benar membuat gadis itu terkejut, ia bergegas berdiri dan berjalan secepat yang ia dapat dengan kaki yang terpincang-pincang. Ujung celana panjangnya sedikit tersingkap dan terlihat jelas oleh Lucas, sebelah kakinya adalah kaki buatan.

Saat itu bukan rasa iba yang timbul di hati Lucas tapi rasa cintanya yang semakin besar. Sejak saat itu ia berusaha sekuat tenaga untuk mengejar Lauren. Dengan gigih ia tunjukkan pada gadis itu bahwa ia sangat mencintainya, bahwa ia tidak keberatan dengan cacatnya itu, bahwa ia mencintai gadis itu apa adanya dan baginya ia gadis yang sempurna. Kegigihannya mendatangkan hasil, Lauren menerima cintanya dan mereka resmi berpacaran. Sejak saat itu mereka tidak dapat lagi dipisahkan dan menghabiskan hampir seluruh waktu mereka bersama-sama.

Kabar mereka berpacaran akhirnya sampai ke telinga nenek Lucas yang dengan keras menyatakan ketidaksetujuannya pada hubungan mereka. Hal itu membuat hubungan keluarga mereka retak. Lucas bersikeras mempertahankan hubungannya dengan Lauren walau keluarga mereka menentang habis-habisan. Dia bahkan memukul Nad sampai hampir babak belur saat adik tirinya itu mencoba menasehatinya dan memintanya untuk mempertimbangkan perasaan nenek mereka yang berharap Lucas mendapat gadis yang setimpal.

Lucas mengajak Lauren untuk melarikan diri dari keluarga mereka dan meresmikan hubungan mereka. Lauren dengan perasaan terharu menyetujuinya. Mereka menikah di salah satu gereja di Kota New York, menyewa apartemen kecil di pinggiran kota New York dan memulai kehidupan baru mereka sebagai suami istri. Mereka berdua bekerja untuk memenuhi kehidupan mereka. Saat itu Lucas berumur 22 tahun dan Lauren berumur 20 tahun. Lauren bekerja di toko bunga dan Lucas bekerja sebagai penulis lepas. Setahun kemudian lahir anak perempuan mereka yang diberi nama Leighton Sawyer Scott. Lauren memilih nama tengah Sawyer karena ia menyukai tokoh Sawyer di LOST dan tergila-gila padanya. Lucas terkadang berpura-pura menunjukkan rasa cemburunya dan saat itu Lauren akan menertawakannya dan menyuruhnya untuk menumbuhkan kumis dan jambang. Lucas hanya tertawa mendengar hal itu dan kemudian menciumnya.

Pernikahan mereka baru berjalan 2 ½ tahun saat kecelakaan itu terjadi, Lauren sedang dalam perjalanan pulang dari toko bunga tempatnya bekerja dan ia tertabrak mobil saat ia sedang menyeberang jalan.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  didar 20th July 2009, 6:32 pm

Sejak itu pula hidup Lucas menjadi kacau. Ia yang memang sudah mengenal alkohol sejak masa mudanya mulai melampiaskan rasa sesalnya dengan minuman keras. Hidupnya yang sudah retak semakin hancur dengan cepat. Ia kehilangan pekerjaan. Ia kadang tidak pulang dan meninggalkan Lauren tak terurus begitu saja. Sejak saat itu hak asuh Leighton diambil sepenuhnya oleh ayah ibu Lauren.

Peyton mengakhiri kisah itu dengan mata berkaca-kaca. Bukan satu dua kali ia menangis karena kisah itu tapi saat ini hatinya terasa sangat remuk. Semuanya jelas terasa berbeda saat itu tahu kisah itu memang benar terjadi. Sejak awal ia bercerita, wajah Lucas terus terbayang di benaknya dan ia seakan masuk ke dalam hidupnya. Ingin sekali ia mendatangi Lucas sekarang juga dan memeluknya. Perlahan air mata mulai mengalir di salah satu sudut matanya. dengan cepat ia membuang muka dari Brooke dan mengusap perlahan air matanya itu.

“Peyton,” ujar Brooke sambil menepuk lembut lengan Peyton.Saat itu ia menyesal, ia tidak seharusnya meminta Peyton untuk menceritakan semua itu. Kisah itu harus diakuinya memang sangat menyentuh dan sangat menghanyutkan. Ia pun sekarang tidak lagi memandang Lucas sebagai pria aneh. Ia bahkan mulai mengaguminya. Ia kagum karena pria itu berani mencintai dan hidup oleh cintanya itu.

“Hmm?” Peyton berusaha memandang Brooke dengan pandangan senormal mungil, berusaha keras menahan air matanya yang sudah hampir turun.

Brooke memeluk Peyton dan membiarkan gadis itu menangis tanpa suara dalam pelukannya.
***

Lucas baru saja mengantar Leighton pulang ke rumah keluarga Potter. Kedatangannya ke tempat itu tak pernah disambut. Ia hanya boleh mengantar Leighton sampai ke depan pintu gerbang dan setelahnya salah seorang pengasuh Leighton akan datang untuk membawanya masuk.

Lucas geram memikirkan perlakuan keluarga Potter yang masih juga menyalahkannya atas kematian Lauren. Walau ia sendiri sampai sekarang masih juga menyalahkan dirinya atas kejadian itu, tapi tuduhan keluarga Potter terasa lebih meyakitkan karena mereka menuduhnya tidak pernah menjaga Lauren dengan baik. Hari itu ia seharusnya menjemput Lauren dari tempat kerjanya tapi ia yang baru saja diangkat menjadi penulis tetap di sebuah surat kabar terpaksa membatalkannya, ada dead line yang harus ia penuhi dan menuntutnya untuk lembur. Ia yang belum pernah mendapatkan pekerjaan tetap tentu berusaha untuk mempertahankan hal itu. Keputusan yang disangkanya benar ternyata malah membawa malapetaka terbesar dalam hidupnya.

Sampai sekarang ia masih menyesali keputusannya itu. Kalau saja hari itu ia pergi menjemput Lauren, kecelakaan itu tentu tidak akan terjadi. Lauren tidak terbiasa menyeberang jalan sendiri dan entah mengapa ia hari itu tidak menyeberang di zebra cross. Ia mungkin ingin cepat-cepat pulang menemui Leighton yang sejak pagi dititipkan pada tetangga mereka yang berbaik hati bersedia menjaga Leighton yang saat itu sudah berumur 1 tahun lebih dengan upah minim.

Pernikahan mereka selama 3 tahun itu dipenuhi dengan berkat. Mereka memang tidak hidup lebih dari berkecukupan tapi mereka bahagia. Apapun yang mereka perlukan terpenuhi. Begitu banyak orang-orang baik yang mereka jumpai dan bersedia membantu mereka, salah satunya nenek pengasuh baik hati yang sampai sekarang masih Lucas kirimkan uang tiap minggu.

Ia memandang sekeliling ruang kerjanya dengan kesal. Ia sebenarnya tidak ingin tinggal di sini. Apartemen yang diberikan neneknya saat ia datang kepadanya untuk minta maaf dan meminta bagiannya sebagai keluarga Scott yang sebenarnya pasti diperolehnya saat ia berumur 30 tahun. Saat itu ia baru saja memulai kembali hidupnya dan berhasil sepenuhnya lepas dari alkohol. Yang terpikir pertama kali olehnya adalah mengambil kembali hak asuh Leighton dari tangan keluarga Potter. Untuk itu ia harus hidup mapan, ia harus punya pekerjaan dan ia harus punya cukup uang untuk menjamin kehidupan Leighton sampai besar nanti. Itulah yang membuatnya rela untuk merendahkan dirinya kembali mengabdi pada keluarga Scott yang sejak awal tidak pernah sungguh-sungguh menganggapnya sebagai anggota keluarga mereka. Ibunya adalah selingkuhan ayahnya yang tak pernah mereka akui. Neneknya yang tidak ingin harta keluarga mereka jatuh ke tangan orang luar mengusir ibunya dan mengambil paksa hak asuh dirinya. Semua itu tidak akan terjadi kalau bukan karena surat wasiat ayahnya yang berbaik hati memberinya 50% kepemilikan sahamnya padanya. Sayangnya semua itu hanya akan menjadi miliknya sepenuhnya saat ia berumur 30 tahun dan salah satu syaratnya adalah ia harus ambil bagian dalam perusahaan keluarga Scott.

Hampir tak pernah ia berjumpa lagi dengan ibunya sejak ia pindah ke rumah keluarga Scott pada umur 12 tahun. Ia hanya pernah berjumpa dengan ibunya satu kali setelahnya, yaitu saat ia datang dan mencoba membantunya lepas dari kukungan alkohol. Selama 6 bulan itu ibunya berjuang untuknya dan menemaninya melewati semua masa penyembuhan sebelum akhirnya kembali ke Canada. Hubungan mereka kini walau tidak bisa dikatakan sangat baik tapi sudah jauh lebih baik.

Lucas membanting berkas yang ada di tangannya dengan kesal. Berkas itu berisi syarat yang diminta Keluarga Potter jika ia ingin mengambil kembali hak asuh Leighton. Salah satu syaratnya adalah ia harus mempunyai pendamping hidup yang mau menetap di rumah dan mengasuh Leighton tanpa bantuan pengasuh. Lucas tersenyum dengan sinis saat memikirkan syarat itu. Keluarga Potter sendiri tidak mengurus Leighton dengan tangan mereka sendiri tapi kemudian memintanya untuk tidak mengasuh Leighton menggunakan pengasuh. Saat ini ia tidak punya cukup kekuasaan untuk merebut hak asuh Leighton lewat jalur hukum karena itu satu-satunya yang dapat ia lakukan hanyalah memenuhi syarat itu dan mencari pendamping hidup. Ia seharusnya sudah menemukan calon yang cocok kalau saja semua itu tidak terjadi.

Lucas menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Saat ini ia merindukan Peyton. Wajah gadis itu tidak juga berlalu dari pikirannya sejak ia meninggalkannya begitu saja. Perasaannya yang hingga kini belum tuntas terlampiaskan membuatnya semakin frustasi. Tak seperti sebelumnya, ia kini tidak keberatan Peyton tahu tentang kisah nyata dalam bukunya itu. Ia hanya tidak ingin Peyton jatuh cinta padanya karena ia adalah Chad yang dipujanya itu. Ia bukan lagi Chad dan ia tidak ingin menjadi Chad bagi siapapun kecuali Lauren. Ia takkan pernah lagi memberikan seluruh hatinya bagi siapapun dan yang terutama dalam hidupnya saat ini bukan lagi cinta, tapi Leighton. Gadis kecil itu memerlukan figur seorang ibu dan Peyton cocok untuknya. Wanita itu terlihat cukup lembut dan sabar. Leighton pun sangat menyukainya. Sejak kemarin ia selalu saja menanyakan hubungannya dengan Peyton. Sinar matanya yang mungil dengan jelas menunjukkan harapannya untuk dapat bertemu dengan Peyton lagi.
***

Brooke melihat ke arah pintu untuk kesekian kalinya. Ia sedang menunggu kedatangan Peyton. Hari ini Peyton menyelesaikan tugas besar pertamanya yang melibatkan sesuatu yang tak mungkin ia lewatkan. Sesuatu yang berhubungan dengan pria dan ia ahli dalam soal itu, tapi Peyton tidak. Brooke tersenyum lebar saat mengingat tugas itu pasti membuat Peyton grogi dan temannya itu mungkin tak dapat menyelesaikannya.

Ia menoleh ke arah jam dinding dengan raut wajah tak sabaran. Ia sengaja pulang lebih pagi dari butiknya untuk dapat menyambut kedatangan Peyton tapi gadis itu malah tidak juga pulang sejak tadi.

Omelan di dalam hatinya itu seakan membuat keinginannya untuk segera bertemu dengan Peyton terkabul. Terdengar suara kunci berputar dan pintu terbuka setelahnya. Peyton melangkah masuk ke dalam sambil menjinjing kanvasnya.

Senyum Brooke mengembang dengan cepat, kedua kaki dan tangannya bergerak-gerak kecil dengan penuh gairah. Peyton menaruh kanvasnya dengan hati-hati di atas penyangganya. Ia lalu melangkah masuk ke ruang tengah sambil memutar lehernya untuk menghilangkan rasa linu yang sejak tadi pagi sudah dirasakannya. Ia bergerak mundur dengan kaget, saat tubuhnya hampir saja menubruk Brooke yang berdiri tak jauh dari pintu tengah. Peyton menatap Brooke dengan heran. Ia sudah bisa menduga Brooke sedang memikirkan sesuatu yang ada hubungannya dengan pria. Seringai lebar menghiasi wajahnya yang cantik dan Peyton tahu betul apa artinya itu.

Peyton memandang Brooke dengan pandangan bertanya. Seringai lebar pada wajah brooke berubah seketika menjadi senyuman manis dengan perubahan gerakan yang sangat halus.

“Apa?” tanya Peyton sambil tertawa heran.

“Bagaimana?” tanya Brooke sambil berbisik. Suaranya yang agak sedikit serak terdengar semakin seksi saat ia berbisik seperti itu.

“Bagaimana apanya?” tanya Peyton sambil mengerutkan dahi

“Lukisan itu,” jawab Brooke masih dengan suara berbisik.

“Lukisan itu?” tanya Peyton dengan nada heran. Brooke melihatnya dengan gemas.

“Ohh..,” ujar Peyton saat ia menyadari apa yang dimaksud Brooke. Ia tertawa.

“Lihat saja sendiri,” ujarnya sambil menunjuk ke arah kanvasnya.

“Aku ingin kau menceritakannya lebih dahulu,” ujar Brooke dengan nada tak sabar.

“Baiklah, apa yang ingin kau ketahui?” Peyton tertawa lepas melihat wajah Brooke yang saat itu terlihat sangat bergairah.
“Semuanya,” jawab Brooke dengan antusias. Ia lalu dengan gerakan setengah memaksa menarik Peyton ke arah sofa dan menariknya duduk saat ia menjatuhkan dirinya ke atas sofa itu. Peyton meringis sejenak berusaha menahan rasa linu pada lehernya yang semakin terasa karena sentakan tubuhnya itu. Brooke dengan cepat mengambil bantal, melipat kakinya dan duduk menghadap Peyton. Wajahnya terlihat seperti anak kecil yang siap mendengarkan cerita. Peyton mengikuti apa yang dilakukan Brooke, hanya saja ia menghadap ke arah yang berlawanan yaitu ke arah Brooke. Mereka sekarang duduk berhadapan di atas sofa dengan kedua tangan memeluk kaki dan kepala bersandar di atas lutut.

“Apa yang perlu diceritakan? Lagipula kau bukan tidak pernah melihat pria telanjang,” ujar Peyton dengan nada bingung.

Brooke mengangkat bahunya, seringai lebar kembali menghiasi wajahnya. Peyton melihat Brooke dengan gemas lalu tertawa.

“Munurutku kau harus segera mencari pacar supaya kau tidak perlu lagi merongrongku terus untuk hal-hal ngga penting seperti ini,” ujar Peyton sambil tertawa kecil

“Nope, aku sedang fokus pada karirku dan mulai sekarang aku hanya akan menjalin hubungan dengan pria yang bisa membuatku jatuh cinta untuk selamanya,” ujarnya dengan mantap. “Till Death Do Us Part, itulah motoku sekarang,” tambahnya dengan tegas.

“Yakin?” tanya Peyton tak percaya.

“Yup,aku bukan lagi Brooke yang dulu. Memang begitu sulitkah bagimu untuk mempercayainya?” tanyanya dengan dongkol.

“Hmm., mengingat semenjak aku datang ke NY, aku belum pernah melihat pria apapun di sampingmu, aku percaya padamu” ujar Peyton dengan tulus. Ia tahu Brooke sudah berubah banyak. Ia dulu dikenal sebagai gadis yang tidak pernah kekurangan pria dalam hidupnya. Wajah cantiknya membuat para pria mengantri untuk menjadi pacarnya dan ia memanfaatkan betul hal itu. Tapi kini ia belum pernah melihat Brooke bersama seorang priapun. Brooke mengangguk puas.

“Ayo cerita,” desak Brooke lagi tak sabaran. Peyton meliriknya dengan gemas.

“Okay, aku akan memulai dari awal. Chun datang ke kelas untuk mengatakan bahwa tugas kami hari ini adalah menggambar pria telanjang,” Brooke menyeringai semakin lebar. Peyton mendelik ke arahnya lalu meneruskan ceritanya.

“Saat itu para wanita tersenyum malu-malu sedangkan para pria mengeluarkan suara keluhan. Sesudahnya kami dibagi ke dalam beberapa ruangan. Ada 5 ruangan seluruhnya dan di dalam setiap ruangan terdapat model yang berbeda,” Peyton menarik napasnya. Brooke menatapnya hampir tidak berkedip.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  didar 20th July 2009, 6:37 pm

“Aku mendapat ruangan no 3 dan di sana sudah berdiri seorang pria yang sangat tampan. Di tubuhnya tak ada sehelai benangpun kecuali handuk putih yang melingkari pinggangnya,” ucapnya sambil memelankan suaranya.

“Tampan?” tanya Brooke menyengir lebar

“Sangat,” sahut Peyton berbisik sambil membuka kelopak matanya lebih lebar. Brooke tergelak.

“Lalu kami duduk di hadapan kanvas, menyiapkan segala alat yang diperlukan dan memegang kuas di tangan masing-masing. Setelah itu pria itu melepaskan handuknya dengan cepat. Beberapa di antara wanita tersenyum malu dan tidak berani melihatnya,”

“Kau?” sela Brooke cepat.

Peyton diam tidak mau menjawab. Ia hanya melirik Brooke dengan pandangan penuh rahasia. Brooke memandangnya dengan geli.

“Dan berdirilah ia telanjang hanya untuk sesaat. Lalu ia mulai mengatur gayanya dan berpose. Ia mengatur posisi tubuhnya sedemikian rupa sehingga ia terlihat sangat sopan dibanding dengan saat ia berdiri tadi,” ujar Peyton mencoba memilih kata-kata yang tepat untuk menjelaskan semuanya.

“Tidak kelihatan sama sekali ? Jadi kau tidak menggambar semuanya dengan wajah memerah dan kemudian meninggalkan kelas tanpa menyelesaikan tugasmu?” Brooke terdengar kecewa.

Peyton menggelengkan kepalanya. Brooke membuang bantal yang sejak tadi dipegangnya ke samping lalu berdiiri
“Tidak seru!” ujarnya dengan gemas. Peyton memandangnya heran.

“Sejak tadi aku membayangkan kau menggambar pria itu dengan wajah merah padam dan kemudian kau tidak bisa menyelesaikan tugasmu,” ujar Brooke dengan jengkel. Ia merasa kecewa karena apa yang diduganya terjadi sama sekali tidak terjadi.

Peyton mengerutkan dahinya.

“Memang kau berpikir aku akan senorak itu,” tanya Peyton dengan heran

“Norak, alim, atau apa deh terserah,” ujar Brooke sambil melangkahkan kakinya ke arah ruang depan. Peyton mengangkat bahunya, tak mengerti mengapa Brooke harus berpikir demikian. Baginya melukis pria telanjang tidak akan membuatnya lari.
Brooke berdiri di hadapan lukisan yang baru saja dibawa Peyton itu. Pria itu ternyata duduk menyamping di bangku dengan posisi sedemikian rupa sehingga memang terlihat cukup sopan.

Brooke mengagumi hasil karya Peyton itu. walau jiwa seninya tak cukup tinggi untuk menilai semua itu dengan maksimal tapi ia dapat melihat bakat yang dimiliki oleh Peyton. Gambarnya hidup dansangat berseni. Garis lukisannya tegas dan berkarakter. Wajah pria itu terlihat sangat tampan dan luar biasa detil. Brooke mengamati lukisan itu dengan kagum. Wajah pria itu memang sangat tampan, seakan diukir dengan kesempurnaan tingkat tinggi. Tubuhnya terbentuk sempurna dengan otot-otot yang begitu terlatih. Brooke tiba-tiba menyadari bahwa ia mengenali pria itu.

“Bukankah ini pria yang pernah membuat gara-gara di butikku belum lama ini?” bisiknya dengan wajah tak percaya. Tak percaya Ia akan melihat pria itu lagi tapi kini dalam rupa lukisannya dan ia terlihat begitu indah.

“Apa?” tanya Peyton yang saat itu sudah berdiri di belakang Brooke. Brooke memandang Peyton dengan jengkel karena ia tiba-tiba saja muncul di belakangnya dan membuatnya kaget. Ia lalu kembali mengalihkan pandangannya kepada wajah pria itu.

“Namanya Kevin,” ujar Peyton. Brooke menoleh ke arah Peyton. “Kevin?” tanyanya. Peyton mengangguk.

“Seorang wanita di salah satu kelas mengenalinya dan ia terlihat sangat memujanya. Mungkin ia seorang model atau apa, aku juga tidak pasti,” ujar Peyton lagi

Brooke mengalihkan pandangannya pada lukisan itu lagi. Sejak tadi ia tak puas-puas melihatnya. Pria itu terlihat begitu anggun dan lembut, jauh dari apa yang ia lihat waktu itu.

“Apa dia memang seanggun dan selembut ini?” tanya Brooke dengan suara pelan. Peyton mencondongkan badannya untuk mengamati lukisannya.

“Sebenarnya dia jaaaauuhh lebih rupawan saat kau melihat aslinya daripada apa yang terlihat di lukisan ini,”

“Aku juga berpikir begitu,” ujar Brooke sambil tersenyum ke arah Peyton. Waktu itu Ia tidak sempat menceritakan tentang insiden kecil yang dialaminya dengan pria itu kepada Peyton dan sekarang hal itu sudah tidak penting lagi untuk diceritakan. Brooke memandangkan lukisan itu sekali lagi. Kali ini hanya sekilas dan ia segera berbalik. Ia lalu mengandeng tangan kiri Peyton dengan kedua tangannya.

“Apa kau masih memikirkan Lucas?” tanya Brooke dengan lembut saat mereka mulai memasuki ruang tengah.

“Kata siapa aku memikirkan dia?” tanya Peyton dengan suara hampir tak terdengar.

“Karena kau masih juga membaca ulang buku itu,” jawab Brooke sambil menoleh ke samping.

Peyton menghela napasnya. Ia sungguh tidak bisa menahan dirinya untuk tidak melakukan hal itu.

“Lucas adalah Chad, aku tidak tahu aku harus berpikir apa tentang itu,” ujarnya dengan nada pasrah.

“Lucas adalah Lucas dan Chad adalah Chad, kau harus berpikir seperti itu,” ujar Brooke dengan nada menegur.

Peyton mengangguk pelan. Ia tidak ingin membicarakan hal itu lebih lanjut. Andai memang semudah itu. Tentu ia tidak perlu memikirkan hal itu setiap hari.
***

Hari itu hari minggu pagi. Langit terlihat gelap, guntur terdengar beberapa kali dari berbagai arah yang berbeda. Langit seakan sedang bersiap untuk melepaskan amarahnya dan mengguyur Kota New York dengan hujan deras.

Peyton sedang menyiapkan telur orak arik dan bacon untuk sarapannya bersama Brooke. Dalam seminggu ini hidupnya terasa tenang. Sesekali hatinya masih disesakkan oleh perasaan rindu pada Lucas yang kadang-kadang terasa tak tertahankan. Ia sungguh tidak dapat memahami mengapa ia tiba-tiba saja begitu merindukan pria yang sebelumnya tidak berarti apa-apa baginya itu. Kalau memang ia sedang jatuh cinta padanya, maka rumus matematika yang pernah dipakainya itu memang sangat sederhana. Dengan mudahnya ia jatuh cinta pada Lucas karena ia Chad, Chad yang menjadi pujaan hatinya sejak lama. Ia menghela napasnya panjang-panjang. Hatinya terasa gundah.

Peyton mencoba mengalihkan pikirannya pada kegiatan yang sudah direncanakannya hari ini, ia akan pergi ke taman kota dan melukis seharian di sana. Tapi kemudian ia menyadari betapa gelapnya kedaaan di luar. Hujan akan segera turun. Itu artinya ia harus membatalkan rencananya itu dan mau tak mau ia harus melukis di rumah

Peyton mematikan kompor dan menaruh telur orak arik beserta bacon ke atas 2 buah piring.

Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu, sangat halus. Ketukan itu kemudian berhenti namun kembali lagi dengan ketukan yang jauh lebih keras. Lalu terdengar lagi ketukan halus. Peyton mengernyitkan dahinya, ia heran hari masih begitu pagi dan sudah ada orang yang datang bertamu.

Peyton memandang ke arah pintu sambil melepaskannya celemeknya, melipatnya dan meletakkannya di atas meja dapur. Ia kemudian berjalan ke arah pintu dan setibanya di pintu ia langsung mengintip lewat lubang kaca. Dahi Peyton kembali berkernyit saat ia melihat Julian dari lubang itu. Ia mengeluh di dalam hatinya, ia sungguh berharap Julian tidak datang untuk membicarakan tentang Lucas atau apapun yang berhubungan dengannya. Ia sungguh belum siap untuk itu. Peyton membuka pintu itu perlahan-lahan sambil mempersiapkan senyum ramahnya yang saat ini sulit untuk diajak kerja sama.

“Selamat pagi,” ujarnya ke arah Julian sambil tersenyum ramah. Wajahnya perlahan berubah saat ia menyadari Julian datang bersama dengan Leighton, anak perempuan Lucas yang dijumpainya seminggu yang lalu.

Ia menatap heran kepada Julian. Julian tersenyum lebar ke arahnya.

“Leighton bilang ia ingin berjumpa dengan nona cantik yang punya nama yang sama dengannya,” ujarnya sambil mengusap lembut rambut gadis kecil itu.

Gadis itu menengadahkan kepalanya dan menatap Peyton dengan riang.

Peyton mempersilakan mereka masuk dan mengajak mereka duduk di ruang tengah. Leighton tidak mengeluarkan suara sama sekali dan hal itu membuat Julian heran. Pria itu kemudian berjongkok dan membisikkan sesuatu di telinganya. Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya lalu ia membisikkan sesuatu kepada Julian.

Julian mendengarkannya dengan seksama kemudian ia tertawa. Ia berdiri dan menoleh ke arah Peyton.

“Leighton bilang ia minta maaf untuk ketidaksopanan ayahnya kemarin. Ia juga bilang ayahnya sangat menyesal dengan perbuatannya. Ia sendiri yang sudah menanyakannya dan ayahnya bilang ia menyesal,” ujarnya dengan nada geli. Leighton menengadahkan kepalanya ke arah Julian. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, menyetujui semua yang dikatakan Julian.

Peyton menatap ke arah Leighton yang kini tersenyum manis ke arahnya dengan pandangan kaget. Ia tak menyangka gadis cilik itu sangat pandai. Langsung terpikir olehnya gadis cilik itu mirip sekali dengan ibunya yang memang digambarkan sangat pandai oleh Lucas di novelnya itu.

Peyton mendekati gadis itu dan berjongkok di hadapannya. Ia menyentuhkankan ujung telunjuknya ke ujung hidung gadis kecil itu dengan gemas.

“Terimakasih atas perhatianmu dan kau tidak usah kuatir, aku baik-baik saja,” ujarnya dengan lembut.

Gadis itu membelalakkan kedua matanya. ”Benarkah? Kau tidak marah pada daddy?” tanyanya dengan semangat.

Peyton menggelengkan kepalanya dengan lembut. Ia memang tidak marah. Ia tidak yakin ia bisa marah kepada Lucas untuk apapun yang dilakukannya. Pria itu begitu rapuh dan ia kasihan padanya. Dan ia merindukannya. Peyton mengeluh di dalam hatinya, lagi-lagi pikirannya mengatakan hal itu padanya.

Leighton tersenyum lebar, wajahnya memancarkan sinar kebahagiaan. Ia bergerak memeluk Peyton dan kemudian berkata.”Sekarang aku mengijinkanmu untuk memanggilku Sawyer kecil karena kau baik hati dan kita punya nama yang sama.”

Julian terbahak mendengar hal itu. Peyton pun tergelak dan memeluk gadis cilik itu lebih erat.

“Tentu saja, kalau itu yang kau mau, Sawyer kecil” ujarnya dengan tulus.

“Dan aku akan memanggimu Miss Sawyer, karena tidak sopan bila aku memanggilmu Sawyer besar,” sahut Leighton dengan cepat.

Gadis itu melepaskan pelukannya dan memandang Peyton dengan riang.

Peyton berdiri. Ia kemudian memberikan tangan sebelah tangannya kepada Leighton. Gadis kecil itu menerimanya sambil tertawa riang dan menggenggamnya erat-erat.

Peyton menuntun Leighton ke arah sofa dan duduk bersamanya di sana.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  didar 20th July 2009, 6:42 pm

akhirnya selesai juga chapter ini.. haha.. tapi seru juga nulis bagian Lauren-Lucas.. hehe.. bisa dijadiin satu FF kali ya itu harusnya.. haha..
en gw ngerasa kisah mereka kok mellow amat seh.. tapi asli gw suka ama Chad.. en apa itu artinya gw juga suka ya ama Lucas.. haha..

en well.. gw sebenernya ga pengen nulis karakter peyton yang melankolis.. tapi ga bisa euy.. tapi setidaknya ia ga semelankolis dia di OTH..

en well.. gw enjoy banget pas masukin Kevin jadi model lukisan.. selain gw yakin ia pasti keren banget pas dilukis en gw tadinya pengen bikin suatu ide apa gitu buat brooke tapi kurang bagus so terpaksa ga jadi....

en well.. lauren tuh cacat, sebelah kakinya dari lutut sampe bawah harus pake kaki palsu.. en sebenernya dia tuh cantik.. tapi dia tuh sederhana banget.. gw bayangin dia tuh jadi ce yang kalo make up pun ga tebel-tebel... en ga pernah pake baju2 terbuka.. iyalah.. tapi sebenernya dia tuh cantik.. tapi gw males ah milih aktrisnya.. so dia ama leighton ga ada yang meranin.. di kepala gw leighton tuh kebayang sebagai anak perempuan berambut pirang dengan mata biru yang sangat amat lucu en imut.. hehe.. itu aja..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  Shan2 20th July 2009, 7:52 pm

haha.. g suka tuh pas bagian awal si brooke kaget, kocak banget, palagi pas disuruh berenti kaget sama peyton. wakakaka...

duh, ini dia nih yg g tunggu2, cerita lauren -lucas yg ternyata emang menyentuh nih... akhirnya g lega skr krn udah tau kisah mrk. hehehe

td tuh g mau bilang kok pendek amat bab ini, soalnya ternyata td u blm selesai post toh... hahaha... pantesan...

so g udah kebayang akan rencana u yg menyangkut syarat keluarga potter itu, si lauren jdnya lauren potter yah ? jangan2 dia adeknay harry potter. hhihihihi...

pas awal2 g nebak modelnya peyton, g kira tom. tp g ga rela tom jd model telanjang. hahahaha... tp ternyata kevin. duh g jd penasaran gt brooke bs kenal ama kevin.

n coba tebak, baru brp bab tp g udah rindu ama jensen. heheeh... peyton dikau rindu jg ga ama jensen ?

aduh si leighton, sawyer kecil itu so sweet banget yah... g jg bayanginnya gt sih, dia rambutnya agak panjang terus pirang n matanya biru gt. hehehe...

kalo lauren tuh msh blm bs kebayang gt mukanya, cm dia kyknya polos gt yah...

ditunggu kelanjutannya n g berharap akan ada adegan brooke-kevin di bab selanjutnya, soalnya kan udah nyerempet2. hehehe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  didar 20th July 2009, 8:56 pm

lol.. nyerempet-nyerempet.. emang mobil ya.. haha...

soal potter.. haha.. tadinya gw mau pilih Lauren Granger aja.. biar jadi cc nya Hermione Granger.. tapi gw jadi.. soalnya gw lagi cinta ama Harry Potter..

ah.. iya neh.. gw juga rindu neh ama jensen.. tapi gw kan lagi beresin bagian dia.. jadi ga kerasa amat.. haha...
iya.. pokonya ceritanya sawyer kecil tuh emang sweet banget.. en pinter.. en pokonya kalo punya anak kyk gitu ga akan rugi..

soal rencana keluarga potter.. sebenernya dari situ emang ceritanya bisa ke mana2 ya.. kalo film korea seh udah bakal jadi full house.. gw jd keinget full house.. kalo telenovela tuh jadi por tu amor.. ahaha..

gw usahain ya selanjutnya ada lagi brooke and kevin.. soalnya emang cerita mereka harus cepet.. ntar Tom ketinggalan kereta.. haha..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  Shan2 20th July 2009, 9:34 pm

hahahah... iya kyk mobil. wakakak

granger lbh susah, iya gpp potter aja deh. hehehe

tuh anak mengingatkan g ama carita de angel, itu si dulce maria. heheheh. emang dia sekecil itu ga sih ? terus pipisnya chubby kemerahan gt.. duh ... g jd gemes...

waduh g ga ntn lg judul2 yg elo sebut. hahah...

sip g menunggu adegan brooke-kevin lg n bener yg lbh ditunggu yg bagian tom, tp mesti bagian brooke-kevin yg muncul duluan kan.

sip g tunggu
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  didar 20th July 2009, 10:04 pm

tapi elo pernah nntn kawin kontrak? yah seperti itu deh cerita 2 serial itu.. gw suka 2 2 nya... tapi cerita gw ga akan kyk gitu.. haha..

hmm.. iya-iya mirip lah.. tapi dia ga chubby.. dia tuh kyk princess kecil.. en umurnya sedikit lebih tua dari dulce.. gw seh kebayang sesuatu di pikiran gw.. tapi susah dideskripsiin.. hehe.. pokonya yah dia tuh pinter kyk dulce maria.. yang emang gemesin banget ya...

bagian brooke-kevin.. ternyata munculnya di bab klimaks itu.. bab 14 ternyata.. gw akhirnya dah nemu idenya.. mungkin baiknya gw bikin mereka ketemu lagi dulu di bab 13..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  Shan2 21st July 2009, 8:54 pm

wah, blm ada yah bab selanjutnya ? g kira udah ada. hehehe

iya g skr bayangin leighton jd anak perempuan yg pirang, umurnya udah lbh gede dr dulce n dia kurus n cantik. mirip kyk anak di film apa gt, tp g lupa. hehehe

brooke-kevin sangat g nanti neh. heheh
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  didar 22nd July 2009, 11:06 pm

duh... maaf sebesar2nya.. brooke-kevin baru muncul di bab selanjutnya.. itupun artinya gw harus ngedit bab 14.. karena mereka belum gw tulis.. duh gw pusing neh masang jembatan.. haha..

yup.. Leighton tuh rambutnya panjang pirang.. en umurnya 4 tahunan.. hahaha..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 12 Empty Re: New Beginnings - Chapter 12

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum