New Beginnings
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

New Beginnings - Chapter 17

2 posters

Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 12th August 2009, 10:40 pm

“Halo,” Brooke meletakkan gagang telepon di antara bahu dan telinganya. Saat ini ia sedang sibuk menggambar desain baju untuk keluaran terbarunya di musim gugur nanti.

“Halo, sayang,” Suara Kevin terdengar di ujung telepon. Brooke dengan cepat menegakkan tubuhnya. Ia meletakkan pensilnya dan memegang telepon dekat di telinganya.

“Hai,” jawabnya dengan nada penasaran. Tidak menyangka Kevin tidak melewati satu haripun untuk meneleponnya.

“Bagaimana kalau kau dan aku bertemu dengan Calvin Klein besok.”

“Serius?” Brooke membelalakkan matanya. “C.K.? tanyanya dengan antusias. Kevin tertawa.

“Tentu, dengan senang hati,” jawab Brooke cepat

“Aku akan menjemputmu pukul 7 besok, di mana aku harus menjemputmu?”

Brooke berpikir dengan cepat. Ia biasanya baru pulang dari butik jam 5. Masih cukup waktu baginya untuk bersiap-siap bila ia pulang lebih awal.

“Bagaimana kalau jam 7 di apartemenku,” ujarnya. Brooke memberikan alamat apartemennya pada Kevin.

“Baiklah, jam 7. Sampai besok,” ujar Kevin. Brooke menutup teleponnya dengan perasaan bahagia. Sudah lama ia bermimpi untuk dapat bertemu dengan salah satu pelopor dunia fashion di Amerika itu dan kini ia hanya perlu menunggu 1 hari lagi untuk mencapai mimpinya itu.
***

"Luke, aku akan menjemput Leighton." Julian berteriak di depan pintu, sebelah tangannya bergerak menarik gagang pintu. Kakinya sudah bersiap melangkah saat ia melihat Peyton berdiri di depan pintu. Tangan gadis itu terangkat ke arah bel.
"Peyton?" Raut wajah Julian dengan jelas menunjukkan perasaan terkejut yang dirasakannya. Peyton tersenyum.

“Ada apa kau datang kemari?” Julian berpikir sejenak, mencoba menduga-duga maksud kedatangan Peyton saat ini. “Apa kau mencariku? Ada perlu apa?” tanyanya sambil membuka pintu lebar-lebar dan mempersilakan Peyton masuk dengan gerakan tangannya.

“Aku mencari Lucas,” jawab Peyton sambil memasuki ruang depan.

“Kau mencari Lucas?” Julian bertanya lagi, mencoba memastikan ia tidak salah dengar. Matanya hampir tidak berkedip memandang Peyton yang saat itu membalikkan tubuhnya ke arahnya.

“Apa Lucas belum mengatakan apa-apa padamu?” tanya Peyton, risih melihat Julian memandangnya seperti itu. Julian menggeleng. Wajahnya dipenuhi dengan kebingungan. Namun ekspresi itu berubah dengan cepat saat ia teringat akan perubahan mood Lucas dalam 2 hari ini. Ia memang sempat dibuat heran karena Lucas tidak seperti dirinya yang biasa. Senyum bahagia menghiasi bibir Lucas hampir setiap saat dan ia terkadang terpaksa menutup mulutnya untuk menyembunyikan senyum bahagia yang tiba-tiba muncul. Ia bagai seorang pria yang sedang dimabuk cinta. Kini ia paham apa yang tiba-tiba merubah Lucas.

Julian menyeringai lebar. “Kau dan Lucas?” ujarnya sambil memandang Peyton dengan pandangan tak percaya. Peyton terlihat salah tingkah. Julian tertawa namun untuk kedua kalinya ekspresinya berubah lagi dengan cepat saat ia menyadari semua itu mungkin lebih dari dugaannya. Sesuatu yang tidak sengaja dilihatnya di tempat sampah dua minggu yang lalu.

“Apakah kalian menghabiskan malam bersama sekitar dua minggu yang lalu?” tanyanya dengan pandangan penuh curiga. Peyton membelalak kaget, tidak menyangka Julian bisa tahu hal itu. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya. Wajahnya merah padam bagai kepiting rebus. Julian menatapnya semakin tajam, dari raut wajah Peyton ia sudah dapat menebak jawabannya.

Julian mengangguk. Ia mengerti. Lucas dan Peyton sudah mendapatkan satu sama lain. Senyum bahagia terbentuk di bibirnya. Ia berbahagia untuk mereka, terutama untuk Lucas yang telah menemukan cinta yang baru.

“Lucas ada di ruang kerja, aku akan pergi menjemput Leighton. Manfaatkan waktu yang ada untuk melakukan apa saja yang kalian mau,” ujarnya sambil menyeringai lebar. Peyton melirik ke arahnya, masih juga salah tingkah. Julian membalikkan badannya sambil tertawa.

Peyton meneruskan langkahnya ke ruang kerja Lucas. Pandangan menggoda yang diberikan Julian tadi membuatnya sadar, pria itu sudah berhasil menebak ia dan Lucas bukan lagi dua orang yang baru saja saling mengenal, mereka kini adalah sepasang kekasih. Sepasang kekasih, betapa indahnya kata-kata itu di saat hatinya dipenuhi bunga-bunga cinta. Kebahagiaan memenuhi seluruh relung di hatinya dengan sangat cepat. Namun perasaan itu diambil dari hatinya begitu saja saat ia tiba di depan pintu ruang kerja Lucas. Teringat kembali maksud kedatangannya, kini ia merasa cemas.

Peyton menarik napas panjang sambil melangkah masuk ke dalam ruang kerja Lucas. Dilihatnya Lucas duduk di atas sofa, sebelah tangannya memegang secangkir kopi yang terletak tak jauh dari bibirnya dan tangannya yang lain memegang kertas. Matanya terarah kepada kertas itu.

Lucas mengalihkan pandangannya saat ia mendengar suara langkah kaki. Senyumnya mengembang saat ia melihat Peyton berjalan ke arahnya.

“Hai,” ujar Lucas sambil meletakkan kertas dan cangkir kopi yang dipegangnya ke atas meja. Matanya memandang Peyton dengan penuh kehangatan. Peyton mencoba tersenyum tapi wajahnya terasa kaku. Pikirannya masih dipenuhi dengan apa yang dikatakan Brooke kemarin dan semenjak itu hatinya dipenuhi kecemasan. Hubungannya dengan Lucas baru saja bermula kemarin dan sekarang ia sudah merasa cemas.

Lucas mengernyitkan dahinya saat ia melihat raut wajah Peyton. Gadis itu terlihat jauh berbeda dibanding kemarin. Peyton tiba di depan Lucas. Ia menjatuhkan dirinya di atas sofa. Matanya memandang Lucas dengan serius.

“Ada masalah apa?” ujar Lucas dengan lembut. Tangannya ia gerakkan untuk menggenggam tangan Peyton. Peyton menggenggam tangan Lucas erat-erat kemudian menarik napasnya dalam-dalam.

“Aku ingin membicarakan sesuatu yang selama ini belum kita bahas tuntas. Dengarkan aku dan jangan menyelaku sebelum aku selesai mengatakan semuanya,” tuturnya dengan nada memohon. Tatapan matanya dipenuhi dengan kecemasan.
Lucas mengangguk tipis. “Aku janji aku tidak akan menyela sedikitpun,” jawabnya dengan lembut. Peyton menggenggam tangan Lucas lebih erat. Tatapannya terarah lurus pada kedua mata Lucas.

“Aku benar-benar belum pernah bertemu denganmu sebelumnya dan aku tidak tahu mengapa aku bisa mengambar pria di pantai yang begitu mirip denganmu. Sejujurnya aku sendiri tidak mengerti,”

Lucas mengangkat dahinya, ia tak menyangka Peyton akan membawa topik itu. Baginya hal itu tidak lagi menjadi masalah dan tidak lagi dipikirkannya. Namun ia juga menyadari apa yang dituduhkannya pada Peyton waktu itu bukan sesuatu yang dapat dilupakan dalam waktu singkat.

“Aku hanya menggambar apa yang ada di benakku saat itu. Pria itu bukan kau,” ujar Peyton dengan nada putus asa, bingung bagaimana menjelaskan semua itu dengan masuk akal karena memang semuanya tak masuk akal.

Lucas menatap Peyton dengan lembut. Ia ingin sekali meyakinkan gadis itu bahwa semua itu sudah tidak perlu dikuatirkannya tapi ia tadi sudah berjanji untuk tidak menyela.

“Bagiku satu-satunya alasan yang masuk akal untuk itu adalah semuanya itu memang hanya kebetulan, kebetulan karena Tuhan ingin kita bertemu,” tutur Peyton perlahan, tidak ingin terdengar lebih tidak masuk akal lagi.

Lucas mengernyitkan dahinya lalu tertawa kecil. Peyton memandangnya heran, ia tidak menyangka Lucas malah tertawa di saat seperti itu. Perlahan matanya diwarnai dengan protes. Lucas menatapnya dengan gemas. “Apa sekarang aku sudah boleh memberi komentar?” tanyanya dengan lembut. Pandangan protes yang diberikan gadis itu membuatnya terlihat semakin menggemaskan. Peyton menganggukkan kepalanya. “Sekarang kau boleh berbicara,” ujarnya dengan lembut.

Lucas menatap kedua mata Peyton lekat-lekat. Tangannya terangkat untuk mengelus rambut Peyton. Pandangannya perlahan bergerak menyusuri wajah Peyton dan akhirnya berhenti di bibir gadis itu. Lucas mendekatkan bibirnya lalu mencium Peyton dengan sangat lembut.

“Itu tanggapanku,” ujar Lucas dengan sungguh-sungguh saat ia mengakhiri ciumannya. Peyton memandangnya heran.

“Hanya itu? Tidak lebih?” Peyton mengernyitkan dahinya. Bingung namun juga merasa lega. Lucas sepertinya tidak mempermasalahkan hal itu lagi. Itu artinya ia tidak perlu mencemaskannya lagi.

Lucas mengangguk. Peyton menarik napasnya dalam-dalam. Ia bahagia. “Baiklah, aku lega sekarang,” ujarnya dengan riang. “Tapi tidak bisakah lebih lama sedikit?” Tangannya mengelus dagu Lucas dengan lembut. Suaranya terdengar manja juga memohon.

Alis Lucas terangkat sebelah, bingung namun kemudian ia mengerti maksud Peyton. Ia pun tertawa. “Untuk saat ini, itu sudah cukup dan aku tidak mau kau memikirkan semua itu lagi karena aku percaya padamu dan ..,” Lucas merubah arah duduknya. Sebelah kakinya saat ini ia letakkan seluruhnya di atas sofa dan ia mengarahkan dirinya kepada Peyton yang duduk menyamping ke arahnya.

“Apa yang kaukatakan memang benar. Itu semua hanyalah kebetulan yang mungkin tidak masuk akal, “ ujarnya sambil mengelus rambut Peyton dengan lembut.

“Namun karenanya kita bertemu, menurutku itu kebetulan terindah yang pernah ada di dalam hidupku,” ujarnya lagi dengan penuh kesungguhan. Matanya menatap Peyton dengan sangat lembut. Hati Peyton begitu tersentuh saat ia mendengar kata-kata itu.

“Sungguh?” tanyanya dengan suara lirih. Lucas mengangguk. Peyton menatap Lucas dengan penuh haru. Senyum mulai terukir sedikit demi sedikit di wajahnya yang cantik hingga kedua matanya memancarkan kebahagiaan yang dirasakannya. Di saat itu ia terlihat seperti anak kecil yang begitu berbahagia. Detak jantung Lucas seakan berhenti sesaat. Hatinya mulai berdebar lebih kencang dan keinginannya untuk mencium gadis itu tidak lagi dapat ia bendung. “Aku rasa satu lagi tak akan kebanyakan.” Mata Lucas tertuju kepada Peyton dengan penuh arti. Peyton menaikkan alisnya, bertanya dengan matanya maksud perkataan pria itu. Lucas memeluk pinggang Peyton dan memajukan tubuhnya lebih dekat ke arah gadis itu. Ia mendekatkan wajahnya hingga hanya sejengkal jauhnya dari wajah Peyton. Matanya terarah tepat pada bibirnya.

“Ini yang aku maksud,” bisiknya lembut. Peyton tersenyum bahagia. “Kalau begitu aku tidak akan menolaknya,” bisiknya dengan mesra.

Lucas mencium Peyton dengan lembut. Peyton mengalungkan kedua tangannya ke leher Lucas. Lucas menarik pinggang Peyton lebih dekat. Bibir mereka bertautan semakin lama semakin mesra. Lucas terkadang melepas ciumannya. bibirnya ia tarik menjauh seolah ia akan mengakhiri ciumannya namun kemudian ia mencium Peyton lebih lagi. Peyton mengikuti irama ciuman Lucas dengan senang hati. Ia memandang Lucas dengan penuh arti saat pria itu melepaskan ciumannya dan masuk ke dalam ciuman itu sepenuh hati saat Lucas kembali menciumnya. Mereka begitu terfokus pada satu sama lain dan terlena di dalam ciuman mereka sampai-sampai tidak menyadari kehadiran orang di ruang itu. Jerit kaget Leighton menyadarkan mereka.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 12th August 2009, 11:19 pm

“Oh my goodness, aku tidak seharusnya menyaksikan itu,” ujar Leighton dengan suara cukup nyaring. Refleks, ia menggerakkan kedua tangannya ke arah wajahnya.

Dengan enggan Lucas menarik wajahnya dari wajah Peyton saat tubuh Peyton tersentak dan melepaskan bibirnya tiba-tiba. Sedikit frustasi karena hasratnya terganggu, Lucas menoleh ke arah pintu. Leighton berdiri di sana, menutup matanya dengan kedua tangannya. Julian berdiri di belakangnya. Ia menatap ke arahnya dengan wajah tak percaya. Perlahan seringai lebar muncul di wajahnya. Ciuman panas yang baru saja disaksikannya menunjukkan gairah yang ada di dalam diri Lucas telah kembali. Gairah yang pernah ia lihat saat pria itu bersama dengan Lauren dan menghilang untuk sementara waktu saat kesedihan menguasai hatinya. Bukan hanya itu, ia pun kini yakin dugaannya benar. Lucas menghabiskan malam dengan Peyton malam itu.

Peyton bergantian menatap Leighton dan Julian dengan wajah meringis malu. Ia kemudian menutup wajahnya dan menyembunyikannya di sisi pundak Lucas. Samar-samar terdengar suara tawanya yang renyah menahan malu. Lucas ikut tertawa bersamanya. Dengan lembut ia mengelus punggung Peyton. Bibirnya mengecup rambut gadis itu dengan mesra. Semua itu tidak lepas dari pandangan Julian. Seolah malu ia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya namun kemudian mengintip melalui jari-jarinya yang diregangkan. Wajahnya dipenuhi seringai lebar. Ulah Julian mau tidak mau membuat Lucas tertawa. Hatinya terasa lega, kini ia tidak perlu memberitahu Julian perihal hubungannya dengan Peyton dan Leighton tentu juga sudah mengerti, Peyton sudah memaafkannya.

Peyton menarik wajahnya dari tubuh Lucas seraya membuka kedua tangannya dari wajahnya. Dengan sedikit rasa jengah yang masih tersisa, ia menoleh ke arah Leighton. Julian saat itu sedang berjongkok dan membujuk gadis cilik itu untuk membuka wajahnya. Leighton menggelengkan kepalanya kuat-kuat, tak juga melepaskan kedua tangannya dari wajahnya.
Lucas akhirnya berdiri kemudian berjalan menghampiri gadis cilik itu. Ia berjongkok di depannya dan membisikkan sesuatu di telinganya. Leighton perlahan menurunkan kedua tangannya. Ia menatap ke arah Lucas kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Peyton. Wajahnya terlihat lega saat ia menyadari semua itu sudah berakhir.

“Daddy, aku merindukanmu,” ujarnya sambil memeluk Lucas erat-erat. Lucas mengangkat Leighton ke dalam gendongannya. Leighton tertawa riang. Ia memeluk leher Lucas erat-erat lalu meletakkan kepalanya di atas bahu Lucas. Sesaat berdiam di sana dengan manja hingga ia menyadari sesuatu dan menarik kepalanya untuk menatap Lucas.

“Daddy, maaf kemarin aku tidak bisa datang,” ujarnya dengan penuh penyesalan. Lucas mengangguk tipis. Matanya menatap Leighton dengan penuh pengertian. Leighton tersenyum lebar. Ia kemudian mencium Lucas di pipinya. Lucas tertawa kecil. Tak mau kalah ia lalu memberi gadis cilik itu kecupan hangat di pipi kiri dan kanannya. Peyton mengamati mereka dengan penuh haru, senyum bahagia terselip di bibirnya. Namun dengan cepat ia menarik senyumnya saat ia mendapati tatapan Leighton tertuju ke arahnya. Tatapannya berkesan serius dan membuatnya sedikit cemas.

“Daddy, aku mau turun,” ujar Leighton dengan pandangan terarah kepada Peyton.

Lucas menurunkan Leighton. Secepat kakinya berada di lantai, Leighton melangkah ke arah Peyton. Matanya mengarah lurus kepada Peyton. “Aku tidak mau kau mencium ayahku sebelum kau berjanji kau akan menikahi ayahku dan menjadi ibuku,” ujar gadis cilik itu saat ia tiba di hadapan Peyton. Bibirnya merengut protes.

Julian terbahak mendengar hal itu, ia berbisik ke arah Lucas yang berdiri di sampingnya. “Anak itu berusaha dengan segala cara untuk membuat Peyton menjadi istrimu,” ujarnya dengan geli. Lucas menoleh ke arahnya dengan pandangan sedingin es. Julian dengan cepat menunduk sambil terkekeh.

Peyton mengamati Leighton dengan bingung, tidak tahu harus berkata apa. Ia mencoba meminta bantuan Lucas dengan melemparkan pandangan minta tolong ke arahnya namun Lucas malah tertawa sambil mengangkat bahunya. Tanpa mengubris pandangannya itu, Lucas keluar dari ruangan itu. Julian menyertai Lucas pergi dari ruangan itu setelah sebelumnya mengedipkan sebelah matanya pada Peyton.

Peyton melihat semua itu dengan pasrah. Dengan berat hati ia menahan diri untuk tidak mengikuti mereka melangkah keluar. Ia lalu mengalihkan kembali pandangannya kepada Leighton dan mengukir senyumnya yang termanis. Gadis itu membalas senyumnya dengan riang, kedua matanya memandangnya lekat-lekat, menunggu jawaban darinya.

Peyton menghela napasnya. Ia mengangkat Leighton dan mendudukkannya di pangkuannya. Kedua kaki Leighton melingkari pinggangnya, wajahnya tersenyum menanti. Peyton memandang gadis cilik itu dalam-dalam. Sebelah tangannya ia letakkan di bahu Leighton dan tangannya yang lain ia gunakan untuk mengelus rambutnya.

“Ibumu adalah seorang wanita yang luar biasa. Selamanya aku tidak mungkin dapat menggantikannya,” ujarnya dengan lembut. Senyum riang di wajah Leighton perlahan memudar seiring dengan kesedihan yang terpancar semakin jelas di matanya.

“Tapi,” Peyton menggerakkan kepalanya hingga matanya tepat berada di depan mata Leighton.

“Aku dengan senang hati menjadi ibu bagimu bila aku kelak menikah dengan ayahmu,” Peyton berusaha mengatakan itu sejelas dan selembut mungkin. Ia tahu Leighton sangat mendambakan seorang ibu dan ia tidak keberatan menjadi ibu bagi gadis cilik itu, hanya saja ia tidak bisa menjanjikan apapun saat ini. Hubungannya dengan Lucas baru saja dimulai. Tidak ada yang dapat disimpulkan dalam waktu sesingkat itu.

Peyton menyentuh ujung hidung gadis cilik itu dengan lembut. Leighton mengernyitkan dahinya yang mulus. “Tapi kalian sudah berciuman. Itu artinya kalian saling mencintai kan?” tanyanya dengan polos. Wajahnya tidak lagi dpenuhi kesedihan.“
Peyton tertawa kecil lalu menganggukkan kepalanya. Mudah untuk mengatakan itu setelah perbincangannya dengan Lucas tadi. Leighton terlihat puas dengan jawabannya itu. “Kalau begitu aku tidak perlu kuatir, temanku bilang kalau dua orang saling mencintai mereka pasti menikah,” tuturnya dengan nada lega.

“Aku senang mempunyai ibu secantik kau. Sudah aku katakan pada temanku bahwa kau sangat cantik terutama saat tersenyum,” tambahnya lagi dengan riang.

Peyton memandang Leighton dengan gemas. Leighton memajukan tubuhnya ke arah Peyton. Ia menangkup jari-jari tangannya di samping mulutnya.

“Biarkan saja ayahku, aku akan memanggilmu Miss Sawyer dan kau memanggilku Sawyer kecil saat ayahku tidak ada, kau janji,” bisiknya di telinga Peyton.

Peyton ragu sejenak namun akhirnya ia mengangguk, tak tega membiarkan Leighton menunggu jawaban seperti tadi. Leighton bersorak kecil. Kedua tangannya yang mungil bergerak memeluk Peyton erat-erat. Peyton menepuk punggung Peyton dengan lembut. Pandangannya terarah ke pintu. Sejak tadi ia menyadari Lucas memperhatikan mereka dari balik pintu. Lucas tersenyum hangat saat mata mereka bertaut, kemesraan terpancar dari kedua matanya.

“Jadi apa yang terjadi di antara dirimu dan Peyton dalam 2 minggu ini?” tanya Julian saat ia menangkap pandangan mesra yang sejak tadi Lucas arahkan kepada Peyton. Rasa ingin tahunya sungguh terusik. Baru saja rasanya ia melihat Lucas berteriak dengan penuh emosi kepada Peyton, entah apa gerangan yang terjadi hingga mereka kini tak lagi sungkan saling melumat bibir masing-masing dengan penuh gairah.

Lucas melirik sekilas ke arah Julian. Pandangannya datar namun juga terselip kebahagiaan yang tidak dapat disembunyikan. Tanpa mengatakan apapun, ia melangkah masuk dan berjalan menghampiri Leighton seraya bertukar pandang penuh arti dengan Peyton. Peyton berdiri dan melepaskan Leighton dari pangkuannya.

Lucas berjongkok saat ia tiba di depan Leighton. Ia menyentuh hidung gadis cilik itu dengan lembut. “Hai sayang,” ujarnya dengan lembut. Ia kemudian berdiri dan mendekati Peyton. “Hai cantik,” bisiknya dengan mesra di telinga gadis itu. Peyton tertawa lalu melangkah mundur. Tangannya bergerak mengelus punggung Lucas dan akhirnya berhenti di pinggang Lucas. “Kau tidak dapat sembarangan menciumku sekarang,” bisiknya dengan nada menggoda sambil menatap Lucas dengan penuh arti.

Dengan gemas Lucas menarik Peyton ke dalam pelukannya. Peyton tertawa bahagia. Tangannya sudah ia gerakkan untuk memeluk punggung Lucas saat ia menangkap tatapan Leighton yang tertuju kepadanya. Cepat-cepat ia berusaha melepaskan diri dari pelukan Lucas namun Lucas malah memeluknya semakin erat dan mengecup lembut bibirnya untuk beberapa saat. Hanya hitungan detik namun tak urung membuatnya jengah, memikirkan Leighton dan Julian memperhatikan mereka.

“Kau akan menyesalinya kalau aku tidak lagi menciummu,” bisik Lucas sesudahnya sambil melepaskannya pelukannya. Nadanya yang terdengar sangat mesra tak urung membuat Peyton tersenyum bahagia.

“Daddy, aku ingin kau tidak mencium paksa Miss Sawyer kalau ia tidak mau,” ujar Leighton dengan wajah berkerut jengkel. Ia tidak mau ayahnya menjadi pria hidung belang yang sembarangan mencium wanita. Lucas dan Peyton menoleh ke arah Leighton. Tawa mereka pecah bersamaan. Leighton mengernyitkan keningnya. Ia sungguh tidak mengerti cara berpikir orang dewasa yang sangat aneh. Lucas dan Peyton kembali mengalihkan pandangan mereka kepada satu sama lain.

“Bagaimana kalau kau menemani aku dan Leihgton makan malam hari ini?” tanya Lucas. Peyton mengangguk. “Aku akan membawa Leighton pergi. Kami memerlukan waktu berdua saja, hanya sebentar. Kau bisa habiskan waktumu di sini. Melukis atau apapun.”

“Aku mungkin akan melukis di balkon, boleh?” tanya Peyton dengan antusias. Matanya berbinar penuh harap.

Lucas menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar. Ia lalu membalikkan tubuhnya. Dengan kedua tangannya ia mengangkat Leighton ke dalam gendongannya. “Saatnya makan es krim, kau mau?” tanyanya dengan lembut.
“Apakah Miss sawyer juga ikut,” tanya Leighton dengan wajah berbinar.

“Nope, es krimnya kita habiskan berdua saja, ok?” Leighton memandang Peyton dengan pandangan minta maaf. Lucas tersenyum melihat hal itu. Peyton menggerakkan tangannya menyuruh Leighton untuk pergi bersama Lucas. Lucas memberi kecupan jarak jauh kepada Peyton dari tempatnya berdiri. Peyton memandangnya dengan wajah tidak puas. Lucas tertawa kecil lalu membisikkan sesuatu kepada Leighton.

Leighton melambaikan tangannya. Peyton membalas lambaian itu dengan ramah. Matanya menatap gadis itu dengan hangat tapi kemudian pura-pura marah saat pandangannya bertemu dengan mata Lucas yang memandangnya dengan mesra. Leighton menatap Lucas dengan bingung, ia tidak mau Peyton marah kepada Lucas.

“Nanti kita belikan hadiah untuk Miss Sawyer. Dia pasti tidak akan marah lagi,” Leighton menoleh ke arah Peyton. Peyton mengangguk dengan semangat.

“Ayah, sebaiknya kau belikan Miss Sawyer bunga. Dia pasti senang,” bisik Leighton di telinga Lucas. Lucas mengangguk, melirik sekilas ke arah Peyton kemudian berjalan ke arah pintu.

Peyton mengamati mereka hingga bayangan mereka menghilang di balik pintu. Julian kemudian muncul sejenak dan melambaikan tangan ke arahnya.

“Aku harus pergi,” ujarnya. Tubuh Julian menghilang dari balik pintu.

“Ohya, selamat karena kau telah mendapatkan Lucas,” Julian muncul lagi dengan seringai lebar di wajahnya dan dengan cepat menghilang sebelum Peyton sempat memberikan reaksi apapun.

Terdengar suara pintu depan dibuka dan ditutup. Peyton membalikkan tubuhnya ke arah balkon. Matanya berbinar. Impiannya selama ini akhirnya tercapai.
***
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 13th August 2009, 12:26 am

Peyton melihat ke arah jam tangannya. Satu setengah jam sudah berlalu sejak ia pulang ke apartemennya untuk mengambil peralatan melukisnya dan kembali ke apartemen Lucas. Di kanvasnya sudah terbentuk pemandangan kota New York yang tergores serupa dengan apa yang terhampar di hadapannya. Ia meletakkan kuasnya untuk sejenak menikmati udara Kota New York yang agak berangin hari itu. Kedua tangannya ia buka lebar-lebar, dagunya terangkat dan matanya terpejam. Semilir angin yang berhembus di wajahnya membuat jiwanya terasa segar. Ia berdiri seraya meregangkan tubuhnya untuk beberapa saat sebelum kemudian melangkahkan kakinya ke pembatas balkon dan menopang tubuhnya dengan kedua tangannya di atas besi penyangga. Matanya memandang ke arah Kota New York.

Peyton membiarkan dirinya larut dalam alunan suara angin yang melewati telinganya. Hampir tak terdengar kebisingan suara lalu lintas di tempat itu. Lembayung senja yang kini menghiasi langit seakan menjadi tanda bagi lampu-lampu untuk mulai memamerkan diri. Tak terasa waktu berlalu bersamanya hingga lamunannya pecah berderai saat decit suara pintu terbuka membangunkannya.

Peyton membalikkan tubuhnya. Lucas membukakan pintu bagi Leighton. Pandangan Leighton tertuju ke arah Peyton dengan riang namun dengan segera beralih. Gadis cilik itu menutup mulutnya yang terbuka penuh kekaguman saat ia melihat lukisan Peyton. Peyton tertawa geli. Leighton terlihat sangat ekspresif, mengingatkannya pada Brooke yang sering melakukan hal yang sama.

“Hai, cantik,” Lucas berjalan menghampiri Peyton. Peyton mengalihkan pandangannya kepada Lucas. Matanya yang hijau bertaut mesra dengan mata biru Lucas, bercampur membentuk kehangatan yang menjalar di hatinya dengan cepat, mengisi setiap relung di hatinya tanpa menyisakan sedikit tempatpun.

Lucas menjulurkan kedua tangannya untuk memeluk pinggang Peyton. Ia melirik Leighton sekilas kemudian mencuri sebuah kecupan di bibir Peyton dengan cepat. Terlalu cepat hingga Peyton tidak merasakan apapun. “Kurang,” bisik Peyton manja. Tubuhnya ia rapatkan ke arah Lucas. Lucas mengerang. Tidak dapat lagi menahan dirinya untuk tidak mencium gadis itu. Bibirnya sudah menyentuh bibir Peyton saat suara Leighton membuatnya terpaksa mengurungkan niatnya.

“Miss Sawyer, lukisanmu sungguh mirip dengan apa yang aku lihat dari sini,” ujar Leighton dengan penuh kekaguman.
Peyton melepaskan diri dari pelukan Lucas lalu berjalan menghampiri Leighton. Ia berjongkok di samping gadis cilik itu, mengikuti arah pandangnya dan mengangguk. Saat ini berkas demi berkas nyala lampu di seluruh penjuru kota telah merubah rupa Kota New York semakin indah, namun juga tidak merubah garis wajah kota itu. Seperti wanita yang berdandan rapi untuk menghadiri pesta itulah Kota New York di malam hari.

“Itu yang aku gambar, apa yang ada di depanku saat aku duduk di sini,” ujar Peyton sambil memeluk bahu Leighton.
Lucas menghampiri mereka. Ia memandang lukisan itu dengan mata terpicing. Kebiasaannya saat ia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Lukisan Peyton benar-benar persis sama dengan apa yang ada di hadapannya. Tak ada garis yang tak berarti dan semuanya bersatu membentuk goresan yang sangat hidup. Peyton memandang ke arah Lucas dengan pandangan bertanya. Lucas meliriknya sekilas kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke lukisan itu.

“Kau sungguh pelukis yang berbakat,” ujarnya dengan tulus. Peyton berdiri, bergerak ke samping Lucas dan memeluk pinggangnya.

“Mungkin suatu hari aku akan menggambar wajahmu,” ujarnya dengan lembut.
Lucas memandang Peyton dengan alis terangkat, seolah hendak memastikan lagi. Peyton menganggukkan kepalanya, memberi janji akan hal itu. “Apakah aku perlu berpose?” tanya Lucas dengan wajah miris.

“Nope,” Peyton menggelengkan kepalanya.“Wajahmu selalu terbayang dengan jelas di benakku seberapapun sering aku membuangnya,” ujarnya dengan mesra.

Lucas tertawa kecil. Ia kemudian memberi Peyton sebuah kecupan mesra di bibirnya. Peyton tersenyum bahagia. Leighton memperhatikan mereka dan ikut tersenyum. Walau ia hanya seorang gadis cilik, ia mengerti kebahagiaan yang dirasakan Lucas saat ini. Ayahnya itu sekarang sudah mempunyai seorang kekasih yang tidak bisa berhenti diciumnya.

“Sebaiknya aku menyiapkan makan malam sekarang,” ujar Lucas. Peyton dan Leighton mengangguk bersamaan.

“Apa yang akan kausiapkan daddy?” tanya Leighton dengan girang.

“Salmon steak panggang,” jawab Lucas memberatkan suaranya sehingga terdengar dramatis. Leighton meloncat kegirangan.

“Yay, terimakasih daddy,” ujarnya dengan semangat.

“Biar aku bantu,” ujar Peyton. Lucas mengulurkan tangannya ke arah Peyton dan memeluk pinggangnya saat gadis itu tiba di sisinya. Peyton mengulurkan tangannya kepada Leighton. Leighton menerimanya dengan senang hati.
***
Lucas mempersiapkan semuanya dengan cepat. Peyton memandangnya dengan kagum. Sejak tadi ia hanya duduk di meja makan. Lucas melarangnya untuk membantunya dan hanya memperbolehkannya untuk duduk mengamati.

“Apa kau terbiasa memasak sendiri sejak dulu?” tanya Peyton heran melihat kemahiran Lucas yang baginya terlihat cukup menonjol.

Lucas menoleh ke arahnya. “Aku terbiasa memasak sejak aku menikah.” Wajahnya berubah sejenak, hampir tak kentara namun dengan cepat kembali seperti semula.

“Aku hanya bisa memasak hidangan yang biasa dimasak oleh koki di rumahku dulu. Aku terbiasa memperhatikannya saat ia memasak. Ia adalah temanku satu-satunya di rumah itu. Di saat aku harus terjun ke dapur, aku mencoba mempraktekkannya. Karena aku tidak mungkin memakai bahan-bahan aslinya yang sangat mahal, aku menggantinya dengan bahan-bahan biasa dan hasilnya tetap enak,” ujar Lucas. Ia memasukkan potongan salmon yang sudah dibumbuinya ke dalam kertas alumunium, membungkusnya dengan rapi lalu memasukkannya ke dalam oven.

“Bagaimana kalau kau menceritakan tentang keluargamu?” tanya Peyton memberanikan diri untuk bertanya tentang itu.
Raut wajah Lucas berubah. Sejenak Peyton kuatir namun untungnya kekuatirannya segera berakhir saat Lucas tersenyum ke arahnya. Terlihat getir dan juga sedih.

“Tidak ada yang dapat aku ceritakan tentang mereka lebih dari apa yang aku ceritakan di bukuku itu, mereka sekarang adalah bagian dari masa laluku yang tidak lagi memberikan pengaruh berarti dalam kehidupanku,” ujarnya dengan getir.
“Aku ingin berjumpa dengan Hay,” ucap Peyton perlahan.

“Hay?” Lucas terlihat heran. Peyton mengangguk. Ia juga sebenarnya ingin melihat bagaimana rupa Lauren tapi ia tidak mungkin menyinggung nama itu saat ini.

Lucas tertawa kecil. “Nama asli Hay adalah Haley. Ia adalah teman kecilku dan juga teman terbaik yang pernah aku miliki, tapi hubunganku dengannya tidak lagi terlalu dekat. Walau aku menghargai kebaikannya tapi aku tidak senang dengan kegigihannya menjodohkan aku dengan semua wanita yang dikenalnya,” ujar Lucas sambil meringis ngeri.

“Tidak pula kalau ia memperkenalkanmu padaku?” tanya Peyton dengan pandangan menggoda.

“Hmm.. sebenarnya yang membuatku tertarik padamu adalah gambar itu,” ujar Lucas dengan wajah serius. Raut wajah Peyton berubah, dengan cepat ia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikannya dari Lucas namun semua itu tidak luput dari perhatian Lucas.

Lucas menggeser kursi di hadapan Peyton lalu duduk di atasnya. Ia memegang dagu Peyton dan mengangkatnya dengan lembut. “Aku mungkin tidak akan tertarik padamu kalau bukan karena gambar itu, tapi aku sama sekali tidak menyesali pertemuan kita. Gambar itu membawamu padaku. Sejak saat itu hatiku terjerat dan aku tidak dapat melepaskannya,” Lucas menghentikan kata-katanya sejenak, memandang Peyton lekat-lekat kemudian memajukan tubuhnya untuk mencium Peyton. Dengan penuh gairah bibirnya menelusuri bibir Peyton. Gairah Peyton naik dengan cepat. Ia pun membalas ciuman Lucas dengan bergairah hingga ciuman mereka menjadi sangat panas. Untung saja posisi mereka tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan ciuman itu ke tahap berikutnya.

Lucas menarik wajahnya perlahan. “Leighton mungkin datang sebentar lagi dan aku tidak mau ia melihatku menciummu seperti itu,” ujarnya sambil bangkit dari bangku. Peyton mengangguk setuju. Mukanya memerah membayangkan apa yang mungkin dilihat Leighton jika gadis cilik itu masuk. Gairah mereka tadi hampir saja membawa mereka ke daerah berbahaya. Sedikit saja mereka terpeleset maka tidak akan lagi yang menahan mereka untuk memenuhi gairah itu.

Lucas tertawa geli saat ia mendapati pipi Peyton memerah dengan cepat. “Okay, aku tidak akan lagi menciummu sepanas itu lagi jika itu membuatmu jengah,” ujarnya sambil memandang Peyton dengan mesra. Peyton memberi pandangan protes kepada Lucas. Lucas melirik Peyton sambil tertawa. Ia membuka oven dan memindahkan isinya ke atas tiga buah piring.

Peyton berdiri. “Biar aku panggilkan Leighton,” ujarnya sambil melangkah menuju pintu.
***

Lucas tidak membiarkan Peyton pulang cepat-cepat. Makan malam mereka berlangsung menyenangkan dan setelahnya Lucas menyatakan keinginannya untuk mengetahui segala sesuatu tentang Peyton dan kehidupannya. Mereka kini duduk berdampingan di atas karpet di depan perapian. Lucas menuangkan anggur untuk Peyton dan menyiapkan seteko kecil teh untuk dirinya.

“Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu terlebih dahulu,” ujar Peyton dengan suara lirih.

“Apa?” Lucas tertawa saat ia melihat wajah Peyton meringis menahan malu.

“Apa kau yang mengumpulkan semua baju-bajuku waktu itu?” tanya Peyton dengan wajah memerah. Matanya menyiratkan perasaan malu dengan jelas. Wajahnya pun masih meringis.

Lucas tertawa kecil. Ia sengaja tidak menjawab. Sampai saat ini ia pun tidak dapat melupakan malam itu. Semua yang mereka lakukan hingga pakaian mereka tercecer.

“Julian?” tanya Peyton lagi dengan wajah semakin memerah.

Lucas menaikkan sebelah alisnya. Ia lalu menggeleng sambil tertawa. Peyton terlihat sangat lega. Ia sungguh tak dapat membayangkan rasa malunya jika memang benar Julian yang mengumpulkan baju-bajunya saat itu. Julian memang tidak mengatakan bahwa ia tahu tentang malam itu tapi pertanyaannya tadi pagi membuatnya berpikir pria itu tahu tentang itu. Ia lalu kembali bertanya kepada Lucas dengan pandangannya. Wajahnya terlihat pasrah.

Lucas menganggukkan kepalanya. Peyton menutup wajahnya dengan kedua tangannya, mengerang perlahan. Hal itu masih membuatnya merasa malu.

“Mengapa kau menanyakan soal Julian? Apa yang membuatmu berpikir dia yang mengumpulkan bajumu?” tanya Lucas heran. Wajah Peyton kembali memerah saat ia teringat tatapan tajam Julian kepadanya.

“Dia menanyakan sesuatu padaku tadi pagi,”
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 13th August 2009, 1:35 am

Lucas teringat kembali pertanyaan yang pernah Julian tanyakan, temannya itu sepertinya curiga ia baru saja melewati malam bersama seorang wanita sehari setelah malam yang dilaluinya bersama Peyton. Ia sendiri saat itu terlalu sibuk dengan usahanya melupakan Peyton hingga ia mengabaikan pertanyaan itu sepenuhnya namun saat ini ia dapat menebak apa yang mungkin membuat Julian curiga. Pria itu selalu membantunya membersihkan tempat sampah di kamarnya dan ia pasti melihat hal yang tidak seharusnya tidak dibuangnya di sana.

“Jangan kuatir, aku yang saat itu mengumpulkan dan merapikan bajumu, Julian tidak ada di sini sama sekali waktu itu,” jawabnya sambil mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi Peyton.

“Perlukah kau melipatnya dengan rapi seperti itu?” tanya Peyton dengan wajah jengah. Lucas menghela napasnya lalu mengangguk. “Maaf, waktu itu aku tidak tahu bagaimana harus menghadapimu. Itulah satu-satunya cara yang dapat aku tunjukkan bahwa malam itu sungguh berarti bagiku,” ujarnya dengan wajah bersalah. Ia memang brengsek saat itu dan ia tidak bermaksud mengingkarinya sedikitpun namun memang itu yang membuatnya merapikan baju-baju Peyton. Malam itu adalah malam yang sangat berarti baginya. Lebih dari sekedar pemenuhan hasratnya. Di saat itulah ia tahu ia masih dapat merasakan gairah yang begitu besar terhadap seorang wanita yang juga membangunkan hatinya dari lelap yang berkepanjangan.

Peyton menatap kedua mata Lucas dengan lembut lalu mengangguk penuh pengertian. “Aku juga tidak ingin bertemu denganmu waktu itu, mungkin memang sebaiknya kita tidak bertemu saat itu.”

“Jadi kau tidak marah padaku sama sekali?” tanya Lucas dengan nada lega.

“Mana mungkin aku tidak marah padamu sama sekali,” jawab Peyton dengan kening berkerut jengkel.

“Apa kau mengira aku hanya ingin memanfaatkanmu?” tanya Lucas dengan wajah bersalah.

Peyton mengangguk kuat-kuat. Matanya terpicing menatap pria itu dengan penuh tuduhan. Lucas meringis“Malam itu memang segalanya terjadi di luar dugaanku sama sekali, tapi yang pasti aku tidak menyesalinya,” ujar Lucas sambil menyeringai lebar. Peyton memukul Lucas dengan gemas.

“Kau tentu saja tidak menyesalinya, kau mendapatkan apa yang kau mau,” ujarnya dengan nada sedikit meninggi. Lucas tertawa.

“Saat itu aku memang sangat menginginkanmu. Mungkin tidak sepenuhnya salahku, kau merespon semua yang kulakukan dengan penuh gairah,” ujarnya sambil memandang Peyton dengan lembut. Wajah Peyton memerah. Ia tentu saja menyadari hal itu, malam itu ia tidak bisa menyalahkan Lucas, ia sendiri yang menyerahkan dirinya sepenuhnya pada Lucas dengan penuh gairah.

“Tapi aku tidak bermaksud mempermainkanmu sama sekali, untuk pertama kalinya sejak sekian lama aku tahu aku telah menemukan seorang gadis yang berarti lebih daripada sekedar hubungan fisik,” ujar Lucas sungguh-sungguh. Peyton menatap Lucas dalam-dalam, mencoba menemukan kejujuran di sana.

“Baiklah, sekarang aku tahu kau tidak berpikir seperti itu, aku maafkan,” jawab Peyton dengan lembut saat ia menemukan kejujuran itu. Telunjuknya bergerak menyusuri wajah Lucas dan kemudian berhenti di bibirnya.

“Bagaimana kalau kau mulai menceritakan tentang dirimu,” ujar Lucas sambil mengecup jari Peyton dengan lembut.

Mata Peyton berbinar penuh gairah. Ia merubah posisi tubuhnya dan mulai menceritakan kehidupannya di Wilmington dengan semangat. Rumahnya yang tidak pernah sepi dari kegiatan. Ibunya yang selalu sibuk menyiapkan hidangan setiap saat. Ayahnya yang sejak pensiun menghabiskan waktu membaca buku-buku novel misteri yang menjadi kegemaran. Adiknya Billy yang tidak pernah dewasa. Lucas berbaring di sampingnya memperhatikan. Senyumnya mengembang saat ia melihat tangan Peyton ikut bercerita. Peyton menyadari hal itu dan ia pun ikut tersenyum walau ia tidak tahu apa yang menyebabkan Lucas tersenyum.

“Apa? Ada yang lucu dengan ceritaku?” tanyanya dengan senyum yang semakin lebar. Lucas merasakan hatinya bertambah hangat. Ia sangat menyukai Peyton saat ia tersenyum seperti itu. Dengan gerakan matanya Lucas mengiyakan pertanyaan itu, matanya terpejam lalu membuka kembali bagai sebuah anggukan. Senyumnya mengembang sedikit lebih lebar diwarnai oleh kehangatan yang keluar dari hatinya. Perlahan senyumnya menghilang saat tatapannya menjadi semakin dalam, semakin intim. Peyton merasakan hatinya berdebar semakin kencang, ia tahu inilah saat Lucas akan menciumnya. Untuk kesekian kalinya dan kali ini ia merasa gugup. Sulit baginya untuk tidak merasa gugup di saat suasana ruangan itu terasa sangat romantis dan kedua pipinya mulai menghangat pengaruh isi sebotol anggur yang telah ia nikmati. Baru saja ia menyiapkan dirinya, bibir lucas sudah mendarat di bibirnya dengan lembut. Ciumannya terasa hangat di mulutnya. Perlahan ia membalas ciuman itu dan hanyut di dalamnya. Dunia seakan berhenti bergerak. Terpaku pada waktu yang juga berhenti melangkah. Ciuman itu seakan menghapus dahaga yang ada di jiwa mereka. Begitu mesra dan menghanyutkan.

Peyton merasakan tangan Lucas memegang kedua pipinya. Perlahan Lucas menarik kepalanya menjauh. Dengan kening yang masih saling menempel, Lucas mengelus pipi Peyton dengan lembut. Pandangan mereka bertaut dengan penuh makna. Dengan lembut Lucas menarik Peyton ke pelukannya dan memeluknya erat. “Biarkan aku memelukmu lebih lama,” ujarnya sambil membaringkan tubuhnya dan membawa Peyton berbaring bersamanya. Peyton membaringkan kepalanya di atas dada Lucas dengan mata terpejam. Wangi tubuh Lucas yang sangat maskulin dan juga irama jantungnya membuatnya terlena.

Dengan gerakan perlahan ia mengelus leher Lucas, menikmati berada di dalam pelukan Lucas sepenuhnya. Perlahan ia terbuai dalam keheningan. Kehangatan tubuh Lucas menyelimuti dirinya dalam kenyamanan dan dengan cepat membuatnya terlelap
Lucas berbaring sambil mengelus punggung Peyton dengan lembut. Pikirannya mencoba memahami perasaannya yang saat ia rasakan saat ia mencium gadis itu. Perasaan yang membawanya kembali ke masa lalu saat ia pertama mencium Lauren di saat gadis itu tidak menyangkanya sama sekali. Lucas pun tersenyum dan hanyut dalam kenangannya. Lama kelamaan ia merasakan tubuhnya mulai terasa pegal. Ia pun menggerakkan tubuh Peyton perlahan. Gadis itu tidak memberikan reaksi apapun.

Lucas menggerakan kepalanya mencoba mengamati wajah Peyton. Ia tersenyum saat ia mendapati gadis itu telah tertidur. Sebotol anggur telah menunjukkan efeknya. Ia perlahan mengangkat dan mengendong tubuh gadis itu ke dalam kamar tidurnya.

Setibanya di sisi ranjang, dengan sangat hati-hati Lucas meletakkan Peyton di salah satu sisi ranjang dan ia sendiri berbaring di salah satu sisinya. Matanya tertuju ke wajah Peyton dan ia tak melepaskan pandangannya sampai akhirnya ia tertidur.
***

Mata Lucas perlahan terbuka. Hal yang pertama dilihatnya adalah kedua mata Peyton yang sedang memandangnya dengan penuh rasa kuatir. Kepala gadis itu ada itu ada di atas kepalanya. Sebelah telapak tangannya meremas bajunya. “Apa ada sesuatu yang terjadi di antara kita kemarin malam?” tanya Peyton dengan wajah memerah. Ia sungguh tak ingat apapun. Ia hanya ingat ia berbaring di dalam pelukan Lucas dan tadi ia terbangun di samping pria itu dengan pakaian lengkap. Tidak teringat apapun membuatnya merasa sangat cemas membayangkan ada sesuatu yang terjadi di antara mereka dan ia tidak dapat mengingatnya sedikitpun. Besar kemungkinan karena pengaruh sebotol anggur yang diminumnya kemarin.

Lucas mengangkat kepalanya, mencium ringan bibir Peyton. Ia kembali membaringkan tubuhnya dan membiarkan Peyton memandangnya cemas. Lucas akhirnya tak bisa menahan tawanya. Ia mendorong perlahan tubuh Peyton ke samping lalu bangun dari ranjangnya, bergegas pergi ke kamar mandi sambil berusaha menahan tawanya agar tidak pecah.

Peyton memeluk guling dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana ia bisa melupakan malam mereka begitu saja. Memikirkan kembali saat mereka bersama untuk pertama kalinya, betapa sulitnya baginya untuk menyingkirkan hal itu dari benaknya dan kini kedua kalinya kalau memang hal itu terjadi, ia tidak dapat mengingatnya sama sekali. Dengan suara pelan ia mengutuk botol anggur yang ia habiskan semalam.

Lucas keluar dari kamar mandi sesaat kemudian. Ia memandang Peyton dengan lembut dan kembali berbaring di sampingnya. Ia memegang wajah Peyton dengan lembut, mengecup keningnya lalu perlahan menurunkan bibirnya ke samping telinga gadis itu.

“Mungkinkah kau melupakannya jika kita memang melewati malam bersama kemarin?” tanyanya dengan lembut.

“Kau tertidur dalam pelukanku dan aku hanya memindahkanmu kemari,” tambahnya lagi sambil menegakkan tubuhnya. Peyton bangun dari tidurnya. Wajahnya menyiratkan kelegaan. “Well, kalau kemarin terjadi sesuatu di antara kita dan aku bahkan tidak dapat mengingatnya…” Kata-katanya terhenti saat senyum mengembang di wajahnya semakin lama semakin lebar hingga akhirnya menjadi tawa. “Maka aku akan mempertimbangkan kembali hubungan kita, aku janji,” ucapnya sambil menahan geli. Matanya memandang Lucas dengan sinar mata menggoda. Lucas menaikkan kedua alisnya.

“Aku jamin hal itu tidak akan pernah terjadi,” ujarnya dengan penuh keyakinan. “Apa perlu aku buktikan sekarang?” tambahnya lagi dengan binar penuh arti di kedua matanya. Peyton menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Tidak secepat itu,” ujarnya sambil tersenyum penuh arti. Telunjuknya menyentuh ujung hidung Lucas dengan lembut. Untuk beberapa saat pandangan mereka bertemu dengan penuh arti seakan tidak ada lagi yang berarti bagi mereka selain satu sama lain. Lucas menarik Peyton ke tubuhnya dan memeluknya erat-erat.

“Masih banyak waktu untuk membuktikan hal itu. Sekarang ini biarkan aku memelukmu lagi sebelum kau pergi dari sini,” ujarnya sambil membaringkan tubuhnya. Peyton membaringkan kepalanya ke atas dada Lucas. “Masih banyak waktu,” bisiknya dengan suara sangat lirih hingga Lucas tidak dapat mendengarnya. Ia kemudian memejamkan matanya, menikmati detak jantung Lucas yang terdengar begitu jelas di telinganya.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 13th August 2009, 1:53 am

Akhirnya selesai juga gw ngedit chapter ini. kyknya gw setiap baca lagi setiap chapter yang pernah gw tulis bawannya malah ngerubah banyak hal.. bagusnya seh gw langsung post.. ga usah ngedit lagi.. tapi ga bisa euy.. haha..

sekarang gw udah tau cara nulis yang paling cocok buat gw.. gw tulis apa aja yang gw mau.. setelah gw buat plotnya.. setelah itu gw gabungin di satu bab.. paling ntar tinggal buat jembatannya. Gw ga bisa nulis satu bab satu bab.. karena kalo gw lagi mood suka ga beres-beres..

bab 18 kyknya perlu banyak perbaikan neh.. ada satu bagian yang kelupaan.. haha.. tapi gw usahin post dalam 2 hari lagi.

apa yang bisa gw ngomongin di bab 17.. hmm.. gw sempat kesulitan nulis adegan awal-awal.. harus sabar bangetperbaiki sedikit demi sedikit sampe gw dapat apa yang gw mau en sekarang gw paling suka bagian awal.. bagian laen udah berkurang detilnya.. karena gw dah cape.. tapi gw seneng karena ada bagian2 gw bisa nulis dengan cukup puitis tanpa terasa aneh.. sebenernya gw seneng nulis agak puitis.. tapi ga banyak kesempatan yang gw dapet karena terlalu puitis juga suka bikin aneh.. karena itu gw paling seneng nulis awal cerita.. di saat itu gw bisa mulai dengan sesuatu yang bukan dialog.. atau deskripsi.. en gw bisa nulis sesuatu yang mengawali sebuah kisah dengan puitis... haha.. trus gw juga suka ama bagian singkat tentang keluarga Peyton karena mereka akan keluar menjelang akhir en gw udah nulis bagian itu. Billy itu nama adik benernya Hilarie Burton en gw deskripsiin dia seperti Hilarie deskripsiin dia.. orangnya cakep loh.. en gw suka ama tokoh ini..seorang co yang selamanya tidak pernah dewasa.. hehe..

en gw sebenernya juga udah bawa suatu tokoh yang ada hubungannya ama CMM sebelumnya.. hehe..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  Shan2 13th August 2009, 2:07 pm

sebenernya g seneng sih baca BAB ini, soalnya baru memperlihatkan kedekatan leyton. tp kyknya g butuh tantangan lg neh, soalnya g pikir kalo ceritanya kyk gini terus, bahagia terus, lama2 jd boring, mknya kyknya elo mesti masukin bagian yg hot lagi. hihihihi...

n nggak sabar deh nunggu adegan brooke kevin. g tebak mrk ga bakal beneran ketemu CK, hahaha... soalnya kalo g jd penulisnya jg g ga bakal bs nulis gmn mrk ketemu CK, krn g emang ga pernah ketemu CK. heheheh...

tp kalo ternyata beneran ketemu, nah itu yg bikin g penasaran. hehehhe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 13th August 2009, 3:26 pm

Haha.. bagian hot ya? haha.. hmm.. ntar ya kalo emang bisa diselipin.. en sehot2nya juga yah gitu deh.. haha.. sebenernya gw pengennya bahagia terus.. tapi gw juga lama2 keabisan ide gimana bikin mereka bahagia trus.. en ga sehat neh buat sebuah cerita kalo tokoh2 bahagia trus.. so yah.. ada kok konflik2nya ntar.. cuma ya mereka dikasih masa bahagia dulu bentar… karena gimanapun kita kan lagi menuju bab yang gw sebut klimaks itu.. so yah.. udah bisa ketebak alurnya..

Soal tebakan elo.. haha.. ntar baca aja bab selanjutnya ya.. gw cuma asal loh milih CK.. pas inget ntar jadi ga masuk akal.. gw nyari info dia di net.. ternyata dia emang orang NY.. kebetulan deh.. tapi gw masih tetep pusing ama bagian Brooke ntar.. agak panjang seh.. en cukup pusing..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  Shan2 13th August 2009, 3:38 pm

iya nih, g tau emang bab ini perlu, krn emang mrk perlu adegan bahagia dulu. tp tetep menanti konflik lagi nih, soalnya kalo ada konflik baru seru. hehhe

dasar bikin g penasaran aja nih...

jia you, buat yg panjang yah. hehhe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 13th August 2009, 9:41 pm

Leyton termasuk banyak konflik.. en gw juga suka itu.. hehe.. so yah ditunggu aja konflik2 mereka.. hihihi.. tapi mereka tuh mesra banget juga.. haha..

Penasaran ya? haha.. bagian brooke udah selesai gw tulis.. tapi masih sangat kacau.. tapi tinggal diedit itu artinya.. seudah itu keluar Tom…. Pengennya seh minta pendapat elo.. tapi ntar gw lom nyusun plotnya.. en masih bingung banget..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  Shan2 14th August 2009, 11:08 am

aduh g sangat menanti TOM nih. moga2 elo cepet selesai yah, jd g bs baca TOM. secara jensen blm balik, soalnya g kok jd punya image yg sama terhadap jensen n TOM, abisnya mrk sama2 polos dan baik hati. hahha

iya nih si leyton mesra abis, mknya g jg pensaran knp lucas mesti nolak2 gitu ntar, soalnya anaknya aja merestui, mgkn keluarnya si lauren kali yah penyebabnya
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 14th August 2009, 12:39 pm

Haha.. iya.. Tom tuh lebih alim lagi dari Jensen.. so yah mereka setipe deh.. beda seh.. tapi mereka co baek2.. heheh.. sayang ya harus brooke gw buat lebih liar lagi.. tapi gw puyenk nulisnya.. haha..
Hmm..hehe.. emang Lucas tuh ampun.. dia tuh emang sulit dimengerti.. hehehe.. ya ntar ada pemicunya.. en gw rasa seudah bab yang di tengah itu.. gw harus mulai mikir lagi gimana nyeritain Lucas ama keluarganya.. perasaannya.. dll dll.. en gw lum mulai neh.. kyknya seudah bab klimaks itu.. gw harus bertapa lagi seminggu.. mempersiapkan plot itu sampe ending.. yang udah kebayang seh.. tapi masih banyak yang kurang… belum lagi Jensen udah balik.. gw tuh ga bisa nulis cerita yang banyak tokoh.. puyenk..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  Shan2 14th August 2009, 12:59 pm

haha... gile elo kalo dah mulai nulis tuh bikin g kagum deh, semangatnya 45, nggak kyk g nih mood2an gitu. hehehe

en cerita elo nih emang udah direncanakan semua nih..

iya g penasaran ama lucas, emang dia suka angot2an. pas peyton bahas soal lukisan jawabannya malah bgt, pdhl kmrn itu dia bilang peyton penguntit. duh... si lucas pengen ditampar rasanya pas kmrn itu, sayang g bukan brooke, kalo g brooke udah g usir pake sapu. wakakak...

duh... ga sabar nih nunggu TOM masuk. heheh...
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 15th August 2009, 11:04 am

Haha.. angot2an tuh kata yang tepat….
Btw gw lagi kekhi banget.. kemaren gw udah cape2 perbaiki bab 18.. yang ternyata banyak banget yang harus diperbaiki… belum ditambah adegan hot.. haha.. tau2nya gw timpa ama file yang lama.. kan gw masukin ke bb biar gw edit kapan aja gw mau.. tapi salah inget.. yang di bb tuh yang belum diperbaiki en nimpa yang udah diperbaiki.. gw sampe bete seharian.. mana gw udah perbaiki sampe bawah lagi.. jadi mulai lagi… duh… kadang pas bagian mana.. gw sibuk mikirin tadi gw perbaiki kyk gimana.. dah ga inget.. ya udah akhirnya bersabar en perbaiki lagi.. haha
Gw kalo udah ngerjain sesuatu… gw konsen ke sana.. en ga boleh berenti.. dulu pas gw buat poster.. gw konsen ke sana.. kerjaannya tiap hari buat poster.. pas nerjemahin LOCH.. gw konsen sampe episode 36 tuh.. nah trus gw berenti.. itu permasalahan utama.. udah berenti tambah lama tambah males.. en udah deh ga akan selesai.. makanya dari awal gw bertekad banget gw harus beresin FF neh.. en di folder dokumen gw udah ada bab 1 -35.. 24 bab udah lumayan beres.. cuma belum ada cerita Brooke…. en 11 bab terakhir… gw dah mulai nulis dikit.. ending udah beres… so gw optimis bakal selesai.. tapi gw ga boleh berenti.. tiap hari harus nulis mood ga mood.. kadang ga mood juga hasilnya ga jelek2 amat.. cuma gw capek ati aja.. hahaha…
Soal Lucas sebenernya dia cuma berusaha nolak Peyton masuk dalam kehidupan dia.. dll dll.. setidaknya menurut gw penulisnya.. haha..
Sebenernya Brooke emang pengen ngusir Lucas pake sapu.. wkwkwkw..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  Shan2 15th August 2009, 2:56 pm

iya g jg paling sebel kalo sampe ketimpa lg. duh... g turut berduka, elo sabar aja yah, n edit lagi, g yakin elo pasti bs, krn feelnya msh nempel sama elo. hehehhe

iya bener2 deh si lucas tuh emang sulit dimengerti banget.

wakakka... iya cuman kan kmrn lh hot, jd kyknya ntar jd gmn yah kalo lucas dipukul pake sapu ama brooke. hahhaa...
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 15th August 2009, 3:40 pm

Haha .. sekarang udah lumayan beres gw editnya.. sedikit sedikit.. en lebih sabar.. haha..
Tinggal ntar perbaiki bagian brooke .. udah deh gw post… malem banget paling.. atau subuh..
Bagian Tom ya.. haha.. duh.. masih bingung.. padahal rencananya di bab 19 dia keluar… gw harus meres otak lagi neh…
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  Shan2 15th August 2009, 5:44 pm

iya gpp g dengan sabar menunggu kok, n TOM jg kalo emang blm bs msk gpp, jangan buru2, biar g dapet feel ama kevin dulu. hehehe... bis kalo enggak ini cinta segitiga ringan, soalnya nggak bimbang mau pilih siapa. hihihi..
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  didar 15th August 2009, 6:14 pm

haha.. cinta segitiga ringan.. haha.. ada aja istilah yang elo pake.. hehe… iya seh.. gw juga ga pengen cerita brooke terlalu cepet.. hehe.. en sebenernya bab yang gw punya masih panjang ya.. untuk brooke.. masih setengah dari seluruh cerita.. so gw ntar pikiran dulu ya.. bagusnya Tom kapan keluarnya.. dll dll..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  Shan2 15th August 2009, 7:28 pm

ok, kalo gitu kita sama2 bertapa dulu. ntar subuh kita ol lg n post FFnya. hihihi
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 17 Empty Re: New Beginnings - Chapter 17

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum