New Beginnings
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

New Beginnings - Chapter 08

2 posters

Go down

New Beginnings - Chapter 08 Empty New Beginnings - Chapter 08

Post  didar 14th July 2009, 3:25 am

“Jadi kita akan pergi ke mana?” tanya Peyton saat ia dan Jensen sudah berada di luar gedung.

“Kejutan. Aku akan membawamu ke restoran yang sepertinya enak, tapi aku sendiri belum pernah mencobanya,” jawab Jensen sambil tertawa kecil.

Peyton menaikkan kedua alisnya seolah protes dengan pilihan yang terdengar asal itu. Ekspresinya jelas hanya main-main, namun Jensen tidak cukup peka akan itu. Ia terlihat kaget, tak menduga akan mendapat reaksi seperti itu.

“Pamanku bilang makanan dan anggur yang disediakan di sana cukup enak, aku mempercayai seleranya,” Jensen berusaha menjelaskannya cepat-cepat. Wajahnya terlihat sangat menyesal.

Peyton menghentikan langkahnya dan memegang lengan Jensen.

“Aku hanya main-main. Aku tidak ada masalah dengan itu, sungguh,” ujar Peyton dengan nada serius, tak ingin Jensen salah paham dengannya. Jensen sadar ia telah salah mengerti. Ia pun memberikan pandangan minta maaf. Peyton menggelengkan kepalanya.

“it’s okay, tapi aku ingin kau tahu, aku tidak sepemilih itu. Ke manapun boleh,” Peyton mencoba memberi pengertian lebih lanjut. Jensen tersenyum lega, terutama karena ia tidak salah menilai Peyton sejauh ini.

Mereka meneruskan perjalanan seraya menikmati keindahan Kota New York di malam hari. Peyton memandang sekelilingnya dengan takjub. Selama ini ia tidak pernah meluangkan waktu untuk berjalan-jalan di malam hari dan kini ia menyesal karena tak terpikir olehnya untuk melakukan hal itu sebelumnya.

“Seharusnya aku hanya perlu membawamu jalan-jalan,” ujar Jensen saat ia menyadari Peyton sangat menikmati perjalanan mereka itu.

Peyton menoleh ke arahnya dan mengangguk setuju. ”Aku setuju. Setelahnya aku bisa melukis dan mungkin kalau aku puas dengan hasilnya aku akan menambahkanmu di dalamnya,” ujarnya sambil tergelak. Jensen tersenyum bahagia. Setidaknya ia sekarang tahu Peyton menikmati kencan mereka.

Jensen menghentikan langkahnya saat mereka tiba di depan sebuah restoran yang cukup mewah. Ia mengamati papan namanya sekali lagi, memastikan bahwa mereka tiba di restoran yang tepat.

“Ini restorannya, kita sudah tiba,” ujar Jensen sambil menahan langkah Peyton. Peyton menoleh ke arah restoran itu. Restoran itu didesain dengan gaya perpaduan modern klasik yang memberinya kesan berkelas sekaligus cantik.

“Mari,” Jensen memberi tangannya untuk digandeng peyton. Peyton menertawakan aksi Jensen itu namun ia tak menolaknya. Tanpa ragu ia menggandeng tangan Jensen dan mereka melangkah beriringan memasuki restoran itu.

Kedatangan mereka segera disambut oleh seorang pelayan dengan ramah. Pelayan itu mengecek nama Jensen di buku pesanan sebelum kemudian mengantar mereka ke meja yang sudah disediakan. Jensen segera menghampiri kursi di dekat Peyton berdiri, menggeser kursinya ke arah luar lalu mempersilakan Peyton duduk. Dengan cekatan ia menggeser bangku itu di saat yang tepat sehingga Peyton duduk dengan nyaman.
Pelayan kemudian menyerahkan 2 buah menu kepada mereka masing-masing. Satu menu berisi daftar makanan dan satu menu lainnya berisi daftar anggur. Jensen mengamati daftar anggur terlebih dahulu dan menyebut sebuah merek anggur dan tahunnya kepada pelayan. Pelayan itu kemudian beranjak untuk memberi mereka waktu untuk memilih hidangan.

Peyton mengamati menu makanan di hadapannya dengan wajah bingung. Daftar makanan di dalam menu itu sepenuhnya ditulis dalam bahasa Italia dan tidak disertai gambar sedikitpun. Menunya yang cukup bervariasi membuat Peyton menyerah sebelum membaca. Ia menatap Jensen dan mendapati pria itu juga bingung. Alisnya bertaut sangat dekat. Peyton tersenyum melihatnya. Jensen menaikkan wajahnya, menatap Peyton dengan wajah bingung. Mereka bukan berasal dari kota besar yang terbiasa dengan menu-menu dalam bahasa asing.

“Aku rasa kita bisa meminta pelayan untuk memberitahu menu andalan restoran ini dan kemudian memesan 2 porsi, bagaimana menurutmu?” usul Peyton sambil tersenyum geli.

Jensen menutup menunya dengan cepat dan menganggukkan kepalanya.

“Ide yang bagus,” cetusnya dengan nada lega. Peyton memandang gemas ke arah Jensen yang baginya terlihat sangat manis saat ia terlihat begitu apa adanya.

Jensen mengangkat tangannya. Pelayan yang sama segera menghampiri mereka.

“Bisakah kau sebutkan menu andalan yang ada di restoran ini?” tanyanya dengan sopan sambil melirik ke arah Peyton yang saat itu sedang memandangnya lekat-lekat sambil tersenyum. Pelayan itu dengan tangkas mulai menyebutkan semua menu andalan dan menu favorit restoran itu dalam bahasa italia. Ia menyelesaikan semuanya dengan begitu cepat. Jensen memandang Peyton dengan bingung. Peyton memutuskan untuk mengambil alih situasi.

“Kami memesan dua porsi makanan yang kausebut pertama kali, terimakasih,” ujar Peyton dengan sopan. Pelayan itu mengangguk dan kemudian mengambil kedua menu yang mereka pegang setelah sebelumnya menanyakan dengan sopan apa mereka masih memerlukannya atau tidak.

“Apa yang kau pesan tadi?” tanya Jensen penasaran. Ia sungguh berharap Peyton tidak asal memilih.
“Aku mengerti bahasa Italia sedikit, hanya sedikit sekali. Tapi cukup bagiku untuk mengetahui hidangan yang disebutkan pertama kali oleh pelayan itu adalah daging sapi, setidaknya itu bukan bekicot atau sesuatu yang aneh lainnya,” ujarnya sambil tertawa kecil.

“Daging sapi adalah pilihan yang tepat, aku tadi memesan anggur merah,” Jensen merasa lega kencannya masih juga berjalan dengan lancar.

Peyton mengamati sekeliling restoran itu. Perpaduan gaya modern klasik yang digunakan di restoran ini benar-benar membuat penampilannya terkesan wah. Lukisan-lukisan abad pertengahan yang tentu saja tidak asli menghiasi keseluruhan dinding dan berhasil menambah kesan mewah pada restoran itu. Ruangannya cukup luas. Seluruh meja dan bangku ditata dengan sangat rapi namun juga tidak kaku. Tamu-tamu yang datang cukup bervariasi, mulai dari pasangan muda hingga tua yang hampir semuanya berasal dari kalangan berada.

Mata Peyton bergerak dari satu lukisan ke lukisan lainnya. Sekilas ia menangkap wajah seseorang yang baginya sangat familiar. Bibirnya mengeluarkan bisikan kaget saat ia mengenali pria itu adalah Chun. Ia mengamatinya untuk beberapa saat, memastikan bahwa matanya tak salah melihat. Jensen memandangnya dengan heran. Ia mengikuti arah pandang Peyton dan melihat 2 orang asia duduk di sana.

“Apa kau mengenalnya?” tanya Jensen. Pandangannya masih tertuju ke arah Chun.

Peyton mencondongkan wajahnya ke arah Jensen dan berkata dengan suara pelan, seakan ia takut suaranya akan terdengar sampai ke sana,“Ada guru lukisku di sana dan aku tidak yakin apa sebaiknya aku menyapa atau tidak”

Saat itu Chun sedang terlibat dalam percakapan serius dengan seorang wanita di hadapannya. Mereka terlihat seperti pasangan yang sedang bertengkar.

“Aku rasa aku sebaiknya tidak ke sana sekarang. Ia sepertinya sibuk dan aku tidak mau mengganggunya,” ujar Peyton sambil mengalihkan kembali pandangannya. Jensen menggangguk setuju.

“Tadi kau menyebut tentang pamanmu, apa dia warga NY?” tanya Peyton sambil membuka lipatan serbet dan membeberkannya dengan rapi di atas kedua pahanya.

“Dia adalah adik ayahku dan ia membantuku untuk mendapatkan lisensi pembuatan minuman anggur,”

“Sudah berapa lama kakekmu memiliki perkebunan anggur?” Peyton memfokuskan perhatiannya kepada Jensen sepenuhnya. Ia berusaha mengabaikan rasa penasarannya akan wanita yang duduk di hadapan Chun, yang entah kenapa terasa familiar walau ia hanya dapat melihat sepertiga wajahnya.

Jensen baru saja akan menjawab saat pelayan datang membawa anggur yang dipesannya dan kemudian menuangkan ke dalam gelas mereka masing-masing.

Jensen memberikan satu gelas kepada Peyton dan kemudian mengangkat gelasnya. Ia mencium aroma anggur itu terlebih dahulu sebelum akhirnya mencicipinya perlahan-lahan. Ia mendecakkan lidahnya setelahnya dan kemudian mengangguk puas.

“Ini bukan anggur terbaik yang pernah ada, tapi rasanya boleh juga. Cobalah,” ujarnya dengan wajah puas.
Peyton mencoba mengikuti apa yang dilakukan Jensen tadi, mencium aroma anggur itu terlebih dahulu dan kemudian mencicipinya sedikit. Ia mencoba menahan anggur itu lebih lama di mulutnya sebelum kemudian menelannya. Rasanya agak pahit namun juga terasa manis. Ia tidak terlalu paham soal anggur tapi rasanya memang boleh juga.

“Jadi bagaimana menurutmu anggur yang baik itu?” tanyanya sambil meletakkan gelasnya.

“Anggur yang baik adalah anggur yang mampu memberikan aroma yang sedap, rasanya manis namun juga pahit dengan perpaduan yang pas di lidah. Aroma serta rasanya harus mampu bertahan lama di mulut,” jawab Jensen sambil menggoyangkan anggur di dalam gelasnya perlahan.

Peyton mencicipi lagi anggurnya perlahan-lahan dan mencoba menilai anggur itu menurut penjelasan Jensen tadi. Baginya anggur itu rasanya tak jauh berbeda dengan anggur yang pernah ia minum di apartemen Lucas sebelumnya. Ia paham ia tak mungkin menjadi ahli anggur dalam semalam.

“Kapan-kapan aku akan memberikanmu anggur buatan kakekku,” ujar Jensen sambil menuangkan anggur ke dalam gelasnya. Ia menawarkannya pada Peyton yang dengan segera menggelengkan kepalanya. Ia tak mau kejadian di rumah Lucas terulang lagi.

“Sekarang kita ada di tempat umum, resikonya kau harus menggotongku keluar kalau aku minum terlalu banyak,” ujarnya menjawab rasa heran yang terpampang di wajah Jensen.

Jensen menuangkan seluruh isi botol ke dalam gelasnya.

“kalau begitu kau tidak boleh minum lagi, aku tidak sanggup menggotongmu,” Jensen memandang Peyton dengan wajah serius. Peyton mendelik ke arahnya sambil tertawa.


Last edited by didar on 19th July 2009, 6:16 pm; edited 2 times in total
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 08 Empty New Beginnings - Chapter 8b

Post  didar 14th July 2009, 3:25 am

“Bagaimana kalau kauceritakan tentang kebun anggur dan kakekmu?” Peyton melanjutkan percakapan mereka yang terputus sebelumnya.

Mata Jensen berbinar, ia terlihat seperti anak kecil yang diminta untuk menceritakan film kartun kegemarannya. Wajahnya terlihat berseri-seri dan dipenuhi rasa percaya diri.

Jensen menceritakan asal mula kakeknya memulai perkebunan anggur, bagaimana kemudian kakeknya mempelajari pembuatan minuman anggur secara otodidak dan akhirnya berhasil membuat minuman anggur bermutu yang menjadi impiannya sejak dulu.

Peyton mendengarkan semua itu dengan sungguh-sungguh. Ia menikmati semua kisah itu tapi ada satu hal yang sejak tadi menyita perhatiannya, wajah Jensen saat ia bercerita. Jensen terlihat sangat relaks dan lepas. Rasa percaya diri terpancar dari matanya yang sejak tadi memandangnya dengan nyaman. Ia terlihat begitu mencintai keluarganya dan bangga akan kakeknya. Pria itu mungkin tidak menyadari tapi ia telah berbicara cukup panjang melebihi panjang pembicaraan yang pernah ada di antara mereka. Sesekali mereka berbagi tawa untuk beberapa hal lucu yang Jensen ceritakan mengenai keluarga besarnya itu.

“Kau sungguh beruntung, kau punya keluarga yang luar biasa,” Komentar pertama yang Peyton lontarkan saat Jensen mengakhiri ceritanya. Jensen tersenyum cerah dan mengangguk. Ia memang merasa sangat beruntung. Keluarganya adalah segalanya baginya dan ia senang Peyton menyadari hal itu hanya dari ceritanya.

“Bagaimana kalau ceritakan tentang melukis,” ujar Jensen kemudian saat ia menyadari ia telah mendominasi percakapan mereka sejak tadi.

“Aku sangat suka melukis. Secara singkat aku akan mengatakan bahwa melukis adalah panggilan jiwaku dan aku tidak bisa hidup tanpanya,” jawab Peyton sedikit tergelak.

Pelayan datang mengantarkan pesanan mereka. Peyton terlihat sangat lega saat ia melihat isi piring di hadapannya. Hidangan itu sesuai dengan harapannya. Isinya berupa potongan daging sapi panggang yang diletakkan berjejer rapi di atas hamparan kentang tumbuk yang di atasnya ditambahkan taburan lada hitam. Di sisinya terdapat roti panggang dan beberapa jenis sayuran. Peyton mencicipinya. Ia puas dengan rasanya. Ia melihat ke arah Jensen yang dengan cepat menghabiskan satu potong daging sapi. Jensen menganggukkan kepala dengan puas.

Mereka menghabiskan makanan itu dalam waktu cukup singkat. Selain karena rasanya yang membangkitkan selera, isinya juga tidak banyak.

“Apa kau ingin menambah sesuatu yang lain? Aku bisa minta pelayan untuk membacakan lagi menu-menu andalan tadi dan memilih daging ayam kali ini,” Peyton yakin bahwa hidangan tadi tidak cukup bagi Jensen yang menghabiskannya dalam waktu kurang dari 5 menit.

“Tidak usah, aku bisa membuat sandwich nanti,” sahut Jensen dengan cepat.

“Kau pasti tidak terbiasa dengan restoran mahal dengan porsi kecil seperti ini, ya kan?” tanya Peyton dengan wajah prihatin.
“Aku biasa makan di rumah dengan porsi yang besar, karena itu aku tidak cocok dengan restoran elit manapun,” jawab Jensen jujur.

Raut wajah Peyton berubah dengan cepat. Kebiasaan Jensen mengingatkannya pada Jake yang harus selalu ia buatkan sandwich setelah pulang dari restoran-restoran yang ia sebut dengan kata elit, sama dengan kata yang digunakan Jensen tadi. Peyton mencoba mengusir semua kenangan itu, ia tak mau mengingat Jake saat ini, tapi kenangannya akan jake seringkali datang begitu saja. Peyton mengangkat gelas anggurnya dan menghabiskannya sekali teguk.

“Jadi apa lagi yang ingin kau ketahui tentang lukisan?” tanya Peyton berusaha memfokuskan dirinya kembali.

“Apa yang biasa kau lukis?” tanya Jensen dengan nada tertarik.

“Segala yang ada di benakku, perasaan, suasana tempat yang tak hilang di benakku dan semacamnya. Tapi aku dalam waktu dekat akan menggambar menggunakan model, dan… ohya mungkin kau bersedia menjadi modelku?” tanya Peyton tanpa pikir panjang.

“Model? Tentu. Jadi aku harus berpose seperti apa?” tanya Jensen dengan antusias.

Wajah Peyton tiba-tiba memerah. Ia segera mengalihkan pandangannya dari Jensen dan menghindar dari pembicaraan itu sepenuhnya. Jensen dengan cepat mengerti model apa yang Peyton maksud.

“Model tanpa busana maksudmu?” tanyanya dengan polos, wajahnya ikut memerah.

“Gosh, tentu tidak,” sahut Peyton berbohong. Sebenarnya ia memang harus mencari model yang mau dilukisnya telanjang untuk tugas berikutnya. Ia berusaha membuang pikiran itu jauh-jauh. Setidaknya tidak memikirkan hal itu saat ia ada di depan Jensen.

Jensen mengusap rambutnya perlahan, berusaha menghilangkan perasaan canggung yang disebabkan oleh pernyataan bodoh yang dibuatnya tadi.

“Suatu kali aku akan memintamu menjadi model dan aku akan menggambar wajahmu,” ujar Peyton mencoba memperbaiki kesalahannya. Ia tidak mungkin meminta Jensen menjadi model untuk tugasnya minggu depan.

Jensen terlihat sangat lega mendengar perkataannya. “Kalau begitu aku akan bercukur rapi dan wajahku siap berpose apa saja,” sahutnya sambil tertawa.

“Jangan, kau tidak perlu bercukur,” tukas Peyton cepat. Ia menyukai pria yang tidak terlalu klimis dan menurutnya Jensen sudah sangat tampan dengan membiarkan sedikit rambut tumbuh di wajahnya.

“Menurutku kau sudah terlihat sangat menarik tanpa harus mengubah apapun, dan aku takkan mengecewakanmu, wajahmu akan terlihat sama persis dengan aslinya,” tambahnya sambil tersenyum.

Tiba-tiba terdengar suara orang menggeser bangkunya sekali jadi. Suaranya yang cukup keras membuat semua orang menolehkan kepalanya ke sana. Gadis yang duduk di hadapan Chun kini berdiri, tangannya memegang gelas kosong. Chun memandang gadis itu dengan datar, rahangnya mengatup kuat dan wajahnya basah oleh air. Gadis itu lalu berbalik dan melangkah dengan cepat, sebelah tangannya berusaha menutupi wajahnya yang sedang menangis.

Peyton terkejut saat ia mengenali gadis itu adalah Ariel. Refeks, ia berdiri dari bangkunya. Gerakannya membuat Ariel menoleh sekilas ke arahnya. Ariel tampak sangat terkejut saat melihatnya, tak menyangka ada orang yang dikenalnya di restoran itu. Ia bergegas mempercepat langkahnya dan keluar dari restoran itu cepat-cepat. Tanpa pikir panjang Peyton mengambil tasnya dan berlari menyusulnya. Chun melihat semua itu dengan terkejut, tak sanggup mencerna semua itu dalam waktu yang begitu singkat. Jensen menyaksikan semua itu tak kalah heran. Ia menaruh beberapa lembar uang seratus dollar di atas meja dan menyusul Peyton keluar.

Peyton tiba di luar dengan cepat. Ia kemudian mengarahkan tubuhnya ke segala arah, berharap ia dapat menangkap sekelebat bayangan Ariel yang saat itu pasti sedang berlari. Ia mulai merasa cemas saat gadis itu tak terlihat di kejauhan manapun. Ia mulai melangkah dan terus mencari. Jensen tiba di dekatnya tak lama kemudian dan ikut mencari bersamanya.
Peyton menarik napas lega saat ia melihat Ariel duduk di salah satu bangku tak jauh dari tempatnya berdiri. Kepalanya menunduk dan bahunya naik turun. Peyton mendekatinya perlahan-lahan, lalu duduk dengan hati-hati di sampingnya. Ia tak mau Ariel kaget dan memutuskan untuk berlari lagi. Ia kemudian menoleh ke arah Jensen yang sedang berjalan ke arahnya seraya meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. Jensen menganggukkan kepalanya. Peyton bangkit dari kursinya nyaris tak bersuara dan menghampiri Jensen. Ia pegang tangan Jensen.

“Maaf, aku rasa kencan kita sampai di sini dulu, kita bisa melanjutkannya besok atau kapanpun, okay?” bisiknya dengan nada minta maaf.

Jensen meremas tangan Peyton dengan lembut. Hal itu membuat wajah Peyton memerah. Selama ini ia belum pernah berpegangan tangan dengan siapapun kecuali Jake dan entah mengapa ia merasa gugup sekarang. Ia coba melepaskan tangannya namun Jensen menahannya. Peyton mencoba untuk mundur, tapi rasa gugup malah membuatnya melangkah maju dan menjadikan jarak antara dirinya dan Jensen semakin dekat. Hidung mereka sudah hampir bersentuhan.

“Akan aku tagih janji itu, itu artinya kita punya kencan berikutnya,” bisik Jensen sambil memandangnya lekat-lekat dari jarak yang sangat dekat. Ia hanya perlu memajukan wajahnya sedikit lagi dan bibir mereka akan bertemu. Hal itu membuat Peyton jengah. Ia memundurkan tubuhnya lalu mengangguk.

“Kencan tadi sangat menyenangkan, terimakasih,” bisik Jensen lagi dengan nada sangat lembut. Peyton menganggukkan kepalanya dan menatap pria itu dengan pandangan penuh terimakasih. Jensen membalas tatapannya dengan penuh arti. Ia kemudian melepaskan tangannya dan pergi dari sana.

Peyton kembali menghampiri Ariel. Kali ini ia berdiri di depannya dan mengusap lembut punggungnya. Gadis itu tiba-tiba menengadahkan kepalanya. Matanya memandang ke arah Peyton dengan tatapan yang sulit untuk dilukiskan. Hati Peyton trenyuh melihatnya, membayangkan gadis itu tinggal sendiri di NY tanpa keluarganya. Ariel kemudian memeluk pinggang Peyton dan meneruskan kembali tangisnya dengan isakan perlahan. Peyton mengusap-usap punggungnya dengan perasaan bingung, tak tahu bagaimana seharusnya menghibur gadis malang itu. Hal itu membuatnya teringat akan Brooke. Ia yakin Brooke dapat menghibur gadis itu jauh lebih baik darinya, setidaknya ia sudah mengenal gadis itu lebih dari 1 pertemuan.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 08 Empty Re: New Beginnings - Chapter 08

Post  Shan2 15th July 2009, 12:42 am

tau nggak apa yg pertama kali terlintas di benak g wkt baca post pertama ? di post pertama, wky udah mulai keliatan diggy elo, g kira ceritanya bakal putus di sana n g udah mau protes. hahahah... soalnya itu bener2 ga tepat, masak adegannya lg seru diputus gt, taunya wkt g geser cursor ke bawah... oh.. ada lanjutannya... tenang deh g Laughing

aduh.... g suka banget chapter ini... kencan sweet peyton-jensen ditambah pertemuan takterduga chun-ariel dengan peyton-jensen... duh g suka banget...

aduh si jensen polos banget yah... masak ngajak ke resto tau2 dia jg ga bs mesen menu. hehehehe...

sebenernya kencannya yg singkat itu sweet banget, cm sempet diganggu sama jake yah... kalo enggak bisa berjalan mulus...

menurut g ini bgs banget n g ga sabar nunggu lanjutannya lagi...
n kyknya g jg bakal suka bab selanjutnya nih. heheheh
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 08 Empty Re: New Beginnings - Chapter 08

Post  didar 15th July 2009, 1:26 am

Itu.. seharusnya masih lanjut ampe adegan brooke-peyton-ariel membuka masa lalu ariel-chun.. tapi.. gw males nulisnya.. haha.. soalnya harus balik ke taipei en rumit banget..

Tapi setidaknya gara2 itu gw tau gw harus cerita apa tentang chenchun.. haha..

Mereka kan sama2 orang kota kecil.. sebenernya texas bukan kota kecil kali ya.. duh gw lom cari tau lebih detil.. tapi.. jensen tuh anak rumahan banget.. yang tinggalnya di perkebunan dan perternakan mulu.. hihi..

Gw mau posting bab 9 besok loh.. en ini bab terpanjang yang gw tulis selama ini
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 08 Empty Re: New Beginnings - Chapter 08

Post  Shan2 15th July 2009, 8:59 pm

didar wrote:Itu.. seharusnya masih lanjut ampe adegan brooke-peyton-ariel membuka masa lalu ariel-chun.. tapi.. gw males nulisnya.. haha.. soalnya harus balik ke taipei en rumit banget..

Tapi setidaknya gara2 itu gw tau gw harus cerita apa tentang chenchun.. haha..

Mereka kan sama2 orang kota kecil.. sebenernya texas bukan kota kecil kali ya.. duh gw lom cari tau lebih detil.. tapi.. jensen tuh anak rumahan banget.. yang tinggalnya di perkebunan dan perternakan mulu.. hihi..

Gw mau posting bab 9 besok loh.. en ini bab terpanjang yang gw tulis selama ini

wah, g udah ga sabar nunggu lanjutannya nih...

n g plg suka yg namanya flashback. heheheh
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 08 Empty Re: New Beginnings - Chapter 08

Post  didar 15th July 2009, 10:53 pm

mau nanya donk.. sapa co yang ada di avatar elo.. ok mirip org filipin? hehe..
trus yang di siggy elo sapa? jangan-jangan ex nya sun li.. hehe

gw udah posting chapter 9.. hehe..
tapi flash back chenchun ga jadi dilanjutin.. jadi sebenernya bab 8 ama 9 langsung loncat.. ntar deh gw kapan2 edit bagian bab 8 tuh.. haha
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 08 Empty Re: New Beginnings - Chapter 08

Post  Shan2 16th July 2009, 12:27 am

didar wrote:mau nanya donk.. sapa co yang ada di avatar elo.. ok mirip org filipin? hehe..
trus yang di siggy elo sapa? jangan-jangan ex nya sun li.. hehe

gw udah posting chapter 9.. hehe..
tapi flash back chenchun ga jadi dilanjutin.. jadi sebenernya bab 8 ama 9 langsung loncat.. ntar deh gw kapan2 edit bagian bab 8 tuh.. haha

ava g shirota yu, org jepang tuh, cuma blasteran brasil, bukan org phil. heheheh... suka shirota gara2 ntn prince of tennis. keren banget soalnya. hehe

siggy g, yg di sebelah sun li yah ? deng chao, dia msh cowoknya sun li kok, malah denger2 dah mau merit lagi. pdhl si deng chao jelek. hahaha... bis g blm pernah ntn serialnya dia sama sekali sih... tp ktnya dia ok jg tuh, kan si deng chao yg tar maen to liong versi terbaru.

*****

iya nih bab 8 ama bab 9 ga nyambung. haha

abis kan di bab 9 ariel muncul, tp sama sekali ga ungkit msh yg kmrn tuh

tar kpn2 labjutib yah... soalnya gantung bgt nih... g penasaran ama kisahnya chenchun, hehehe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 08 Empty Re: New Beginnings - Chapter 08

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum