New Beginnings
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

New Beginnings - Chapter 15

2 posters

Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty New Beginnings - Chapter 15

Post  didar 29th July 2009, 1:47 pm

“Ayolah, aku mohon,” ujar Peyton dengan nada memelas. Sejak tadi ia terus mendesak Brooke untuk menceritakan tentang pesta yang baru saja dihadirinya itu dan Brooke tidak mengubrisnya sama sekali. Hal yang sangat mengherankan karena biasanya Brooke tidak pernah merasa keberatan untuk menceritakan apapun juga tapi sejak tadi temannya itu hanya mesem-mesem dan tak juga mengatakan apapun.

“Brooke,” ujar Peyton dengan nada semakin memelas. Brooke menggelengkan kepalanya. Peyton meringis melihatnya.
“Baiklah, aku akan menceritakan sesuatu sebagai ganti ceritamu itu, aku jamin kau tidak akan menyesal,” ucap Peyton dengan nada membujuk. Alis mata Brooke terangkat dengan cepat dan ia segera mengalihkan pandangannya kepada Peyton, mencoba menilai kesungguhannya. Ia tahu Peyton sangat gampang untuk dibaca.

“Baiklah, kau dulu. Baru aku akan cerita,” tukas Brooke dengan cepat.

“Dengarkan baik-baik karena aku tidak akan mengatakan dua kali,” Peyton menarik napasnya dalam-dalam. Ia sungguh tidak ingin menceritakan hal itu saat ini tapi ia yakin apa yang terjadi pada Brooke dan Kevin kemarin malam sangat menarik dan ia ingin sekali mendengar ceritanya

“Jake menikah hari ini,” katanya dengan cepat. Hatinya terasa sedikit pedih. Kemarin hal itu tidak ia rasakan karena sakit yang ditimbulkan Lucas di hatinya jauh lebih besar. Sekarang Lucas tidak lagi membuat hatinya sakit, yang ada hanyalah penyesalan karena ia telah sebodoh itu menyerahkan dirinya pada pria itu.

Mulut Brooke terbuka lebar, matanya terbelalak tak percaya dan dengan gerakan sangat pelan ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Perlahan ia menurunkan kedua tangannya dan menatap Peyton dengan sedih.

“Apa kau baik-baik saja?” tanyanya dengan nada prihatin

Peyton mengangguk. Saat itu bukan hal itu yang mengganggu pikirannya. Sejak tadi ia tidak bisa menyingkirkan rasa sesal yang ia rasakan di hatinya dan Lucas terus mengusik pikirannya.

“Dia menikah dengan Rachel,” tambah Peyton dengan nada datar. Tidak ada lagi tempat yang tersisa di hatinya untuk amarah

Hal yang sama kembali berulang. Mulut Brooke terbuka lebar, matanya terbelalak tak percaya dan dengan gerakan sangat pelan ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

“Kau yakin?” Wajahnya berubah lagi menjadi prihatin saat ia menurunkan kedua tangannya dari mulutnya.

Peyton mengangguk.

“Rachel sudah hamil 2 bulan," ujar Peyton. Kalili ini terlintas kesedihan di wajahnya. Bagaimanapun hal itu yang paling membuatnya terpukul. Pengkhianatan yg dilakukan kekasihnya dengan seorang teman dekatnya.

Brooke sudah hampir membuka mulutnya dan mengulang reaksi yang sama lagi. Tapi dengan cepat ia tersadar. Tidak ada waktu baginya untuk kaget. Brooke segera menghampiri Peyton dan memeluknya.

“Aku baik-baik saja, kau yang mengajarkanku untuk melupakan Jake dan hal itu sangat membantuku. Aku tidak mungkin setenang ini bila kau tidak menyuruhku untuk melupakan Jake sejak dulu,” ujar Peyton dengan sungguh-sungguh. Brooke meneliti wajah Peyton dengan seksama.

“Kau yakin?” tanyanya dengan cemas

Peyton mengangguk.

“Kemarin aku sempat memutuskan untuk pulang ke Wilmington dan meminta penjelasan langsung pada Jake,”
Brooke menatap Peyton tak percaya

“Tapi aku rasa aku tidak perlu membuat masalah semakin rumit. Jake sebenarnya sudah berusaha memberitahuku tentang keputusannya dan ia telah membatalkan pertunangan kami sejak dulu, aku saja yang tidak menyadarinya,”

Brooke memandang Peyton dengan kesal

“Kau tidak perlu membelanya. Dia itu lelaki brengsek dan aku akan menghajarnya kalau aku bertemu dengannya,” ujar Brooke dengan kesal.

“Bagaimana kalau kita membicarakan hal itu nanti dan sekarang giliranmu yang menceritakan semuanya,” tanya Peyton dengan nada lelah. Apapun hasil pembahasannya dengan Brooke, Jake tidak akan kembali kepadanya dan hubungan mereka sudah sepenuhnya berakhir.

“Baiklah, anggap saja aku sekarang sedang menghiburmu dan aku akan menceritakan semuanya dengan detil,” ujar Brooke dengan wajah prihatin. Ia terdengar sangat serius dan penuh kesungguhan.

Peyton memandang Brooke dengan mata terbelalak. Baginya temannya saat itu terdengar sangat lucu. Ia kemudian menutup wajahnya menahan tawanya.

“Bagaimana kau ini, saat seperti ini kau masih bisa tertawa?” tanya Brooke dengan kesal. Ia bersungguh-sungguh dengan semua itu dan Peyton malah menganggapnya sedang melucu.

“Maaf, maaf, aku akan bersedih sekarang,” jawab Peyton dengan wajah serius sambil menahan tawanya.

Brooke memandangnya dengan mata melotot kesal. Peyton akhirnya berhasil membuat wajahnya menjadi serius dan memandang Brooke dengan sedih.

“Baiklah aku akan menceritakan kejadian terkonyol yang pernah aku alami yang ternyata berakhir tidak buruk, setidaknya kali ini pun aku tetap menang,” tuturnya dengan mimik bangga.

“Bagaimana?” tanya Brooke sambil memandang ke arah bayangan ariel yang terpantul di kaca di hadapannya.

“Cantik, luar biasa menawan dan hmmm…. tidak ada lagi kosa kata yang aku tahu untuk menggambarkan kecantikanmu saat ini, bahasa inggrisku masih kurang mahir,” ujar Ariel dengan nada menyesal

Saat itu Brooke memang terlihat sangat menawan dengan baju berpotongan rendah yang lekat di tubuhnya dan memperlihatkan setiap lekukan menawan tubuhnya yang molek itu.

“Jadi sekali lagi pesta siapa yang kauhadiri saat ini?” tanya Ariel

“Pesta eksklusif seorang pria bernama Kevin Zegers. Dia anak keluarga Zegers yang terkenal. Pestanya diadakan setahun sekali dan sangat ekskusif,”

“Ternyata memang pesta yang sangat istimewa,” ujar Ariel dengan kagum

“Iya, karena itu aku sekarang harus bergegas kalau aku tidak ingin kelewatan satu acarapun,” ujar Brooke sambil meraih tas tangannya dan melangkah keluar dengan cepat.

Brooke tiba di pesta itu cukup awal, namun saat itu tamu-tamu sudah berdatangan. Jumlah mereka ternyata tidak sedikit. Kebanyakan di antara mereka adalah para model terkenal yang saling bersaing memamerkan tubuh yang semampai dan wajah yang sangat rupawan juga para desainer ternama yang beberapa di antaranya telah menjadi icon dunia fashion. Brooke memandang ke arah mereka dengan pandangan kagum sekaligus iri.

“Kau tidak kalah cantik dengan mereka, percayalah padaku. Tubuhmu bahkan jauh lebih menarik di banding mereka,” ujar seorang pria yang saat ini berdiri di sampingnya. Seorang pria yang sudah mendekati paruh baya tapi masih terlihat sangat menarik. Brooke mengangguk sopan ke arahnya. Sebenarnya ia tidak sedang memandang ke arah para model itu, pandangannya sejak tadi tertuju pada para desainer kenamaan. Itulah cita-citanya saat ini, mendengar orang-orang mengatakan 'aku mengenakan Brooke Davis' seperti yg dicapai para desainer itu.

“Kevin Zegers,” ujar pria itu dengan ramah sambil mengulurkan tangannya. Kelopak mata Brooke dengan cepat melebar dan ia segera mengulurkan tangannya.

“Brooke Davis, senang mendapat kesempatan untuk menghadiri pesta ini,” ujar Brooke dengan ramah.

“Aku tidak berurusan dengan pesta ini, anakku di sana yang mengadakannya,” ujar pria itu sambil menggerakkan kepalanya ke arah depannya. Brooke mengikuti pandangan pria itu dan ia melihat seorang pria yang dikenalnya, Kevin yang terakhir ia lihat di lukisan Peyton itu. Dengan cepat ia tutup mulutnya yang hampir saja membuka lebar.

Seakan menyadari dirinya sedang dibicarakan, Kevin tiba-tiba melirik ke arahnya. Bibirnya yg sedang mengatup bosan dengan cepat dipenuhi seringai. Lagi-lagi pria itu memandangnya dari atas ke bawah dengan pandangan penuh gairah. Kevin kemudian mengatakan sesuatu pada orang di hadapannya dan perlahan melangkah ke arahnya. Beberapa wanita mengikutinya dengan pandangan memuja. Brooke merasa mual dengan semua itu. Ia tak habis pikir apa yang ada di pikiran wanita-wanita itu, memuja pria seperti itu.

Kevin melangkah ke arah Brooke dengan cepat. Brooke berusaha menahan diri tetap di tempatnya dengan gugup. Ia teringat akan tatapan penuh dendam yang diberikan pria itu di butiknya. Untung baginya Mr Zeggers senior masih ada di sampingnya.
Brooke menahan napasnya saat Kevin sudah berada di dekatnya. Ia menatap pria itu dengan pandangan menantang seakan memberitahu ia tidak takut sedikitpun pada pria itu. Kevin mengangguk sekilas pada ayahnya dan ia terus berjalan melewati Brooke. Brooke membelalakkan matanya, ia sama sekali tidak menduga Kevin akan melewatinya. Ia sudah sangat yakin sebelumnya Kevin sedang menghampirinya. Pandangan pria itu tak terlepas darinya namun ternyata dugaannya salah, pria itu melewatinya begitu saja.

Brooke dengan cepat membalikkan tubuhnya. Kevin menghampiri seorang model yang berdiri tak jauh di belakangnya. Ia kemudian mencium model itu dengan penuh gairah. Brooke memandangnya dengan sebal. Ia pun membalikkan tubuhnya.
“Aku harus melayani tamu-tamuku yang lain, nikmatilah pesta ini,” ujar Mr Zegers senior sambil menyerahkan segelas sampanye kepada Brooke.

“terimakasih,” ucap Brooke dengan sopan. Baginya Mr Zegers seniorjauh lebih menarik di banding anaknya yang terlihat sangat menjijikkan itu. Brooke menoleh ke belakang sekilas dan ia tidak lagi mendapatkan Kevin di sana. Sejenak ia mencoba mencarinya tapi pria itu sepertinya sudah pergi ke tempat lain.

Ia baru saja menarik napas lega saat ia mendapati di hadapannya berdiri Kevin Zegers junior. Tubuhnya tersentak kaget.
“Kevin Zegers mengucapkan selamat datang kepada Brooke Davis,” ujar Kevin dengan sopan. Matanya menatap tajam kepada Brooke. Brooke mendekatkan gelas sampanye ke mulutnya dan meminum isinya sampai habis. Ia kemudian berusaha mengacuhkan pria itu. Saat itu tidak ada siapapun di dekat mereka yang bisa diajaknya berbincang dan ia tidak yakin berapa lama lagi waktu yang tersisa sebelum pria itu mengamuk karena aksi diamnya itu

Ternyata sangat cepat. Jauh lebih cepat dari yang ia kira.

Kevin tiba-tiba memegang tangannya dengan kasar dan berbisik ke telinganya

“Jangan kau kira karena kau seorang wanita maka aku tidak berani berbuat kasar padamu." desisnya marah.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  didar 29th July 2009, 1:50 pm

Brooke menyentakkan tangannya dan melepaskannya dari genggaman pria itu.

“Apa maksudmu?” bentaknya dengan galak

“Kau adalah wanita paling sombong yang pernah aku jumpai dan aku akan mendapatkanmu. Seberapa pun besarnya harga dirimu itu aku akan membuatmu bertekuk lutut,” ujarnya sambil terus mendekatkan wajahnya pada wajah Brooke. Brooke memundurkan langkahnya dan memandang Kevin dengan pandangan menantang.

“Dan kau adalah lelaki yang paling mengerikan yang pernah aku jumpai,” ujarnya tak kalah emosi.

“Apa kau marah karena aku tidak jatuh dalam pesonamu dan memujamu seperti setiap wanita yang ada di sana?” tanya Brooke sambil menunjuk ke arah wanita-wanita yang sejak tadi menatap Kevin tak berkedip.

Kevin memandang Brooke dengan terkejut. Tidak pernah ada wanita yang bersikap seperti itu padanya. Ia harus memberi pelajaran pada wanita menyebalkan yang ada di hadapannya ini.

Kevin memperhatikan Brooke untuk sejenak. Ia kemudian berlalu dari hadapan gadis itu setelah memanggil seorang pelayan dan memberinya kode untuk memberikan segelas sampanye kapada Brooke.

“Selamat menikmati pesta ini,” ujar Kevin dengan sopan. Brooke memandang Kevin dengan heran tapi kemudian ia menyadari pria itu sedang mengganti strateginya.

“jangan harap aku kalah,” bisiknya dengan kesal. Ia kemudian mengambil gelas sampanya yanga disodorkan pelayan di atas nampan

Bulu kuduk Brooke tiba-tiba berdiri, ia dapat merasakan bisikan yang ditujukan kepadanya oleh beberapa wanita yang saat itu memandangnya dengan iri dan penuh dengan kebencian. Ia meminum habis sampanye di dalam gelas yang sedang dipegangnya dan berlalu dari sana dengan ngeri. Ia tidak bisa menikmati pesta yang seharusnya istimewa baginya karena pria sialan itu.

Brooke memberanikan diri mendekati para desainer ternama dan mencoba bersosialisasi dengan mereka yang sudah sering ia dengar namanya tapi belum pernah ia jumpai sebelumnya. Mereka pada dasarnya adalah seniornya di dunia fashion dan kesempatan yang ia peroleh saat ini adalah kesempatan langka. Dengan cepat ia menyadari betapa tinggi ego para desainer ternama itu. Mereka begitu membanggakan diri dan terus menerus membicarakan diri mereka sendiri. Kepala Brooke lama kelamaan terasa pening berada di antara mereka semua.

“Siapa? Siapa kau bilang dirimu itu?” ujar salah satu dari perancang itu kepada Brooke dengan gaya kemayu.
“Brooke Davis,” jawabnya sambil tersenyum sopan. Mereka menanyakan hal itu setiap 5 menit sekali dan tidak sekalipun berusaha untuk mengingat namanya.

“Brooke Who?” ujar seorang pria kemayu lainnya dengan gerakan tangannya yang sangat gemulai. Brooke manatapnya dengan putus asa. Lama kelamaaan kesabarannya habis.

“Aku rasa aku sebaiknya tidak mengganggu kalian lagi,” ujar Brooke sambil tersenyum sopan. Ia kemudian meninggalkan para perancang itu dengan hati lega.

Brooke membawa dirinya berjalan-jalan menikmati taman di rumah itu. Sejak tadi tidak terlihat lagi Kevin Zegers junior di manapun dan kini ia mulai menyesali hilangnya kesempatan yang tadi seharusnya dapat digunakannya untuk menanyakan pada pria itu apa maksudnya mengundang dirinya ke pesta ini.

Sudah lama ia tidak menghadiri pesta seperti ini, tidak lagi semenjak ia meninggalkan kekasihnya yang terakhir. Ia tak terbiasa menghadiri pesta sendirian. Kalau bukan karena pesta ini telah sejak lama membuatnya penasaran, tentu ia tidak akan menghadirinya.

Sebenarnya ia dengan mudah dapat menggaet satu dua pria hidung belang yang sejak tadi tidak berhenti mendekatinya. Hanya saja ia sungguh tidak berselera untuk terlibat dengan pria tampan yang hanya menginginkan tubuhnya. Jaman-jaman seperti itu sudah lewat baginya.

Brooke duduk di bangku taman dan mengamati pesta itu dari kejauhan. Ia mengurut kakinya yang mulai terasa pegal. Seorang pelayan datang menghampirinya dan menyodorkan sebuah nampan yg di atasnya terdapat sebuah gelas kepadanya. Gelas itu tidak berisi sampanye tapi sebuah kertas. Dengan kening berkerut ia mengambil gelas itu. Pelayan itu melangkah mundur dengan sopan.

Brooke membuka kertas itu dengan kening berkerut. Kertas itu bertuliskan :
Trick or Treat
Ikuti jejak bunga mawar


Kening Brooke semakin berkerut. Ia kemudian melihat ke sekelilingnya dan tidak didapatinya jejak bunga mawar di manapun. Brooke mendesah perlahan, menyadari Kevin sedang berusaha menjebaknya. Ia kemudian merobek kertas itu dan memutuskan untuk tidak mempedulikannya. Namun semakin lama rasa penasaran yang ada di hatinya semakin besar sehingga akhirnya ia memutuskan untuk menghadapi tantangan itu dan mulai melangkah mencari jejak bunga mawar. Cukup lama sebelum ia akhirnya melihatnya. Jejak mawar itu ada di dalam ruangan.

Brooke mengikuti jejak mawar itu. Ia dibawa melalui beberapa ruang sebelum akhirnya langkahnya berakhir di depan sebuah kamar tidur. Kelopak-kelopak mawar itu disusun membentuk tulisan Trick seakan memperingatkannya bahwa itu adalah jebakan. Brooke mencoba mengintip sejenak ke dalamnya, kamar itu luar biasa luas dan bernuansa maskulin. Tak mau masuk ke dalam perangkap, ia memasuki kamar itu setelah sebelumnya mengecek ruangan itu dengan hati-hati. Tidak ada siapapun di ruangan itu. Di dindingnya terdapat beberapa foto Kevin Junior dalam berbagai pose, benar-benar memancarkan segala kelebihan fisik pria itu.

Brooke mengamati foto-foto dengan cukup terpesona. Ia harus mengakui Kevin adalah salah satu pria paling rupawan yang pernah ia jumpai. Hanya saja sayangnya pria itu sungguh brengsek. Brooke kemudian mendapati sebuah ruangan lagi yang ada di dalam kamar itu. Pintu ruangan itu terbuat dari besi dan sangat tebal. Di depannya terdapat taburan kelopak-kelopak bunga mawar yang bertuliskan Treat.

Brooke memandang ke arah ruangan itu dengan penuh rasa curiga. Ia tahu pasti ada sesuatu yang menunggunya di sana. Brooke melangkah mendekati ruangan itu namun kemudian berhenti selangkah sebelum ia masuk ke dalam ruangan itu dan mengintip sejenak ke dalamnya. Ruangan itu seperti sebuah ruang brankas besar. Terlihat sangat aneh dan tidak ada jendela apapun.

“Kalau kau memang berani, aku menantangmu untuk memasuki ruangan ini dan mengikuti permainan yang sudah kusediakan bagimu." Tiba-tiba terdengar suara Kevin dari dalam ruangan itu.

Brooke merasa sangat tertantang. Tanpa setitik keraguanpun, ia melangkah ke dalam ruangan itu. Ujung matanya menangkap bayangan Kevin yang berdiri tak jauh dari pintu. Brooke menoleh dan mendapati Kevin memandangnya dengan wajah puas. Kevin menekan tombol pada remote yang ada di tangannya. Dengan suara halus pintu menutup cepat dan meninggalkan suara debaman yang tidak terlalu keras.

Kevin menyeringai penuh kemenangan. Brooke memandang pintu itu kaget, tidak menyangka hanya diperlukan remote untuk menutup pintu sebesar itu. Cepat-cepat ia mengalihkan pandangannya kepada Kevin. Ia harus mulai berwaspada. Pria itu mungkin akan melakukan sesuatu padanya dan ia tidak boleh bersiap untuk melawannya.

“Apa kau siap dengan permainan kita?” tanya Kevin sambil meletakkan remote itu di dalam laci. Brooke mengikuti gerakannya dengan matanya. Kilau matanya menunjukkan ia sedang memikirkan sesuatu.

Kevin tertawa. “Jangan harap kau dapat membuka pintu itu hanya dengan menggunakan remote ini, pintu itu hanya dapat dibuka dari luar saat aku mengirim suatu kode kepada perusahaan yang membuatnya. Seudah itu mereka akan mengirim orang untuk membuka pintu itu setelah memastikan semuanya dalam keadaan aman.”

“Selamat datang di panic room,” ujarnya lagi sambil terkekeh.

Brooke mengamati bagian dalam ruangan itu dengan seksama. Ia belum pernah melihat panic room sebelumnya. Setelah mengamati beberapa saat, dalam hatinya ia sungguh menyetujui nama yang diberikan untuk ruangan semacam ini. Ruangan ini memang dapat membuat orang panik, sangat cocok dengan namanya. Brooke menghela napasnya dan kembali menatap Kevin.

“Jadi apa maumu? Kalau kau kira kau dapat membuatku takut hanya dengan mengurungku di tempat seperti ini, kau salah besar.”Seringai lebar menghiasi wajah Brooke.

“Bukan itu maksudku, aku akan mengajakmu bermain truth or dare.”

“Tapi kau tadi menulis trick or treat di kertasnya,” tanya Brooke dengan heran.

"Dan kau sudah mendapatkan keduanya." Kevin mengangkat bahunya dengan cuek. Brooke tertawa mengejek. Sungguh trick or treat paling aneh yg pernah ia tahu.

“Aku akan berdiri di sini dan kau boleh duduk di sana,” ujar Kevin sambil menunjuk ke arah sofa. Ia kemudian berdiri bersandar pada rak yang berisi makanan kaleng, botol-botol anggur dan peralatan.

Brooke melewati Kevin dan duduk di atas sofa satu-satunya yg ada di ruangan itu. Ia siap menghadapi apapun juga. Wajahnya memancarkan sinar percaya diri.

Kevin memperhatikannya sambil menyeringai. Brooke mengangkat kedua alisnya dengan pandangan menantang. Kevin tertawa.

“Truth or Dare,” tanya Kevin

“Tidakkah menurutmu kau harus memberikan kesempatan pada seorang wanita untuk memulai permainan ini. Tentu saja ini hanya berlaku jika kau adalah seorang pria gentleman,” tukas Brooke cepat.

“Okay, lady first,”

“Truth or Dare,” tanya Brooke dengan cepat

“Dare,” jawab Kevin cepat.

“Minum sebotol anggur itu dengan sekali teguk dan kau tidak boleh berhenti. Kalau berhenti kau harus menerima hukuman dariku dan kau harus menepati janjimu,” ujar Brooke sambil menunjuk ke arah botol anggur yang ada di ruangan itu.

Kevin bergerak mengambil botol anggur itu, membuka tutupnya dengan giginya kemudian meminumnya sampai habis. Sekali teguk dan tidak sekalipun mengambil napas. Brooke memandangnya dengan jengkel. Ia seharusnya memberi tantangan yang lebih sulit.

Kevin mengambil sapu tangan di dalam saku celananya dan mengusap perlahan bibirnya.

“Truth or Dare,” ujarnya kemudian

“Truth,”

“Pria pertama dalam hidupmu?”

Brooke tertawa. “Seorang senior yang tidak aku ingat namanya.”

“Sudah kuduga kau tidak sealim yang kaucoba perlihatkan,” ujar Kevin dengan senyum mengejek.

“Truth or dare” tukas Brooke dengan cepat.

“Truth,” jawab Kevin dengan tenang.

Brooke mengangkat kedua alisnya
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  didar 29th July 2009, 1:56 pm

“Kau pernah melakukannya sesama jenis,”

Kevin menggelengkan kepalanya.

“Nope,” ujarnya dengan yakin.

Brooke memandang Kevin dengan penuh rasa tertarik.

“Truth or Dare?”

“Truth,” jawab Brooke

“Kau tidak pernah mencintai seorang pria pun dalam hidupmu, True or False,”

“True,” jawab Brooke setelah berpikir sejenak. Ia memang belum pernah mencintai siapapun dalam hidupnya dan itu adalah salah satu penyesalannya selama ini.

Kevin memandang Brooke dengan mata terpicing. Ia merasa Brooke sangat mirip dengan dirinya.

“Truth or Dare,” tanya Brooke

“Truth,”

“Kau ini adalah pria kesepian yang berusaha mencari hiburan dengan memacari banyak wanita, tapi sayangnya kau tidak pernah puas, True or False,”

Kevin berpikir sejenak.

“Dan kau pun adalah wanita yang tak jauh berbeda dariku. Kau terlibat dengan begitu banyak pria dalam hidupmu dan kau tidak juga mendapatkan apa yang kau mau,”

“Kau belum menjawab pertanyaanku,” ujar Brooke dengan nada dingin. Baginya Kevin tidak berhak menilai dirinya seperti itu, mereka tidak saling mengenal.

“Dan akuilah bahwa kau tertarik padaku dan aku akan memberikan padamu apa yang mau,” ujar Kevin sambil berjalan ke arah Brooke dan menghentikan langkahnya saat jarak mereka sudah cukup dekat.

Brooke memandang Kevin dengan sinis.

“Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku sehingga kau harus bersusah payah melakukan semua ini,”

“Aku mau kau mengakui kau tertarik padaku,”

“Dan?”

“Dan kau bisa memiliki diriku di sini,”Kevin memandang Brooke dengan penuh gairah

“Menggelikan, karena itu adalah hal terakhir yang aku mau,”

“Kau ini seorang wanita yang sangat menyebalkan.” Kevin menatap Brooke dengan jengkel

“Menyebalkan bagimu, pantang menyerah bagiku.” Brooke menatap Kevin dengan tajam.

“Aku belum pernah bertemu dengan wanita sepertimu sebelumnya,”

“itu artinya kau belum pernah menemukan tantangan yang sebenarnya,”

Kevin tertawa. Perkataan Brooke sama sekali tidak salah, ini adalah pertama kalinya ia merasa tertantang.

“Kalau begitu aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan dirimu,” ujar Kevin dengan tenang

“Dan aku akan melakukan apa saja untuk menolakmu,”

Kevin tertawa sinis. “Ceritakan masa kecilmu, mungkin aku akan membatalkan rencanaku.”

“Apa hubungan masa kecilku dengan jadi atau tidaknya kau mengejarku,” tanya Brooke dengan kening berkerut.

“Aku tidak tertarik dengan wanita tipe-tipe tertentu dan aku bisa menilainya hanya dengan mendengar masa kecil mereka,”
“Aneh,” ujar Brooke dengan jujur.

“Tidak aneh kalau kau ingin aku berhenti menganggumu,” ujar Kevin. Ia melangkah lebar dan menjatuhkan dirinya ke atas di sofa.

Brooke menggeser duduknya cepat-cepat.

“Baiklah,” ujar Brooke sambil menoleh ke samping, ke arah Kevin duduk.

Brooke mulai menceritakan masa kecilnya. Pikirannya menyusun satu demi satu kenangan masa kecilnya yang tidak semuanya menyenangkan. Dia menghabiskan seluruh masa kecil dan remajanya di Wilmington bersama ayah ibunya yang tidak pernah cukup memberinya kasih sayang. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan tidak pernah ada di rumah. Hal yang sering dilakukannya untuk menghalau kesepiannya adalah berpacaran atau berteman.

Kevin mengamati setiap ekspresi yang ada pada wajah Brooke dengan seksama. Brooke sungguh ekspresif. Wajahnya bersinar bahagia saat ia menceritakan kebahagiaan yang dialaminya dan tertunduk sedih saat menceritakan hal yang menyedihkan. Berubah mengikuti alunan ceritanya. Perlahan hati Kevin tergerak. Untuk pertama kalinya ia merasakan sesuatu di hatinya. Hatinya yang dingin dan kaku setitik demi setitik berubah menjadi hangat dan lembut seiring dengan waktu yang diluangkannya untuk mendengarkan cerita Brooke. Ia tidak pernah melakukan itu sebelumnya lebih dari lima menit. Segalanya selalu berakhir di ranjang dengan cepat. Tidak cukup waktu untuk membiarkan hasratnya menunggu. Tapi kini bukan itu yang dipikirkannya. Entah karena cerita Brooke yang cukup menarik atau karena ia tidak ingin melewati setiap ekspresi Brooke yang membuat hatinya terasa hangat itu.

“Kau tidak seharusnya melepaskan anjingmu itu di malam hari kalau ia pernah terjatuh di kolam sebelumnya. jelas-jelas itu salahmu,” Kevin memberi komentar pertamanya.

Brooke melihat ke arahnya dengan jengkel.

“Saat itu aku masih kecil dan polos. Aku tidak menduga anjingku itu akan menjatuhkan diri ke kolam lagi dan ia kemudian mati mati tenggelam karena tidak ada yang menyadarinya,”

“Terjatuh,” bantah Kevin

“Menjatuhkan diri,” jawab Brooke sambil melotot.

Kevin tertawa. Brooke mau tidak mau ikut tertawa.

Kevin menghentikan tawanya dan memandang ke arah Brooke dengan penuh arti. Brooke sangat mengenal arti pandangan itu. Kevin akan menciumnya. Dengan sigap ia merubah duduknya dan bersiap untuk mendorong pria itu sekuat tenaga. Ternyata dugaannya sama sekali tidak terjadi. Kevin berdiri menghampiri rak dan mengambil sebotol anggur. Ia kemudian berjalan ke arah lemari dan mengambil 2 buah gelas dari dalamnya.

“Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita sambil meminum anggur. Kau bisa menghabiskan semuanya bila kau mau,” ujar Kevin sambil berjalan ke arahnya.

“Aku rasa aku harus menolaknya karena aku tadi sudah meminum banyak sampanye dan ini semua tidak baik bagi kesehatanku terutama otakku,” jawab Brooke dengan sopan.

“Baik, kalau begitu kaulanjutkan ceritamu dan aku akan meminum anggur ini sendiri,”

“Apa sebenarnya tujuanmu mengundangku?” tanya Brooke dengan cepat.

Kevin menghelas napasnya kuat-kuat. Ia mengangkat kedua tangannya.

“Aku mengaku salah, aku mengundangmu untuk menjebakmu,” jawabnya sambil menyeringai.

“Menjebakku di sini?” tanya Brooke

“Yeah, ideku bagus juga kan?” Kevin melirik ke arah Brooke sambil terkekeh geli.

“Bagus? Jangan seyakin itu. Pertama, aku benci ruangan tertutup tanpa celah sedikitpun seperti ini,”

“Kedua, kau salah kalau aku akan menyerah kepadamu begitu saja,”

“Setidaknya kini kau tidak berbicara padaku dengan nada menyebalkan.” Seringai puas terlihat di bibir Kevin.

Brooke mengangkat bahunya dan tertawa kecil. Ia tidak dapat menyangkal hal itu. Baginya Kevin tidak lagi menyebalkan mengingat pria itu kini adalah pria yang pernah meluangkan waktu terlama untuk mendengarkan ceritanya dengan tenang.

“Kalau begitu apa itu artinya kau sudah mulai tertarik padaku?” Kevin meneguk gelas anggurnya dengan sekali teguk.

“Apa hanya itu yang bisa kaupikirkan?” tanya Brooke sambil mengernyitkan dahinya.

“Yang aku pikirkan kapan aku bisa menciummu,” Kevin melirik ke arah Brooke dengan penuh arti.

Brooke membelalakkan matanya dan menggelengkan kepalanya.

“Untuk itulah aku mengajakmu minum anggur,” Kevin menyengir lebar.

Brooke menatap Kevin dengan jengkel. Pria itu tidak berbeda dengan yang lainnya. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana mendapatkan dirinya. Kevin menyeringai semakin lebar.

Brooke membuka tasnya dan mengeluarkan telepon genggamnya.

“Kau mau menelepon siapa? Polisi? Kau tahu itu tidak ada gunanya,”

“Aku mau menelepon temanku, aku takut ia cemas.”

“Kalau begitu kau akan membangunkannya kalau meneleponnya sekarang,” ujar Kevin sambil melirik ke arah jam tangannya.Tak terasa ia sudah terkurung di dalam ruangan itu untuk waktu yang tidak sebentar. Tiga jam sudah berlalu dari sejak Brooke masuk ke dalam ruangan ini.

Brooke menekan sebuah tombol dan mendekatkan teleponnya ke telinganya

“Ia terbiasa mengecilkan suara HP dan membiarkannya bergetar saja,”jawabnya sambil menunggu nada bip pada teleponnya.
Ia kemudian mengangkat tangannya seolah menyuruh Kevin menunggu dan berbicara di teleponnya.

“Peyton, , kau tidak akan dapat mempercayai apa yang baru saja terjadi padaku sekarang, aku terkurung di dalam suatu ruangan bersama Kevin. Kevin yang kaulukis itu,” Brooke menjauh dari Kevin. Ia berbicara sambil menutup teleponnya
Kevin menertawakannya.

“Aku masih dapat mendengarnya,” ujarnya dengan nada malas. Sepertinya anggur sudah mulai bekerja dan mempengaruhi otaknya.

“Apa?” ujar Brooke kaget sambil menutup teleponnya.

Kevin tertawa. “Kau membicarakan berapa tampannya aku,” jawabnya sambil menuangkan kembali anggurnya.

“Kau salah besar,” ujar Brooke

“Pria itu dulu sungguh mengerikan tapi sekarang tidak lagi,” Brooke berbisik ke arah teleponnya.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  didar 29th July 2009, 1:57 pm

Kevin berdiri dan berjalan ke arah sofa. ia kemudian menjatuhkan dirinya ke atas sofa dan membaringkan dirinya.
Brooke menutup teleponnya. Perlahan ia mendekati Kevin. Pria itu sudah terlelap dengan cepatnya.
***

Brooke terbangun kaget saat ia merasakan getaran di tasnya. Dengan mata terpicing ia membuka tasnya dan mengambil telepon genggamnya. Alarmnya berbunyi.

Brooke merenggangkan tubuhnya sambil berdiri. Kevin masih berbaring telungkup di atas sofa. Ia mendekatinya dan menggoyangkan tubuhnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 dan ia harus segera ke butiknya. Kevin mengerang perlahan saat Brooke menggoyangkan bahunya keras-keras

“Apa?” ujarnya sambil membalikkan tubuhnya. Tangannya cepat-cepat ia gunakan untuk menutup kedua matanya dari cahaya lampu.

“Sebaiknya kau mengirim kode itu sekarang, aku harus pergi ke butik,”

Kevin menegakkan tubuhnya dengan sangat perlahan. Tangannya ia alihkan pada dahinya. Mukanya meringis menahan sakit kepalanya yang seharusnya tidak terlalu mengganggu kalau saja Brooke tidak membangunkannya sepagi itu.

“Aku akan mengirimnya tapi aku harus berjanji satu hal padaku terlebih dahulu,” ujarnya sambil menatap Brooke dengan wajah meringis

“Apa?” jawab Brooke tak sabar.

“Aku akan mengajakmu kencan dan kau tidak boleh menolaknya,”

“Apa kau belum menyerah?” tanya Brooke dengan geli, mau tak mau ia menghargai kegigihan pria ini mengejarnya walau mungkin tujuannya dangkal.

“Nope, aku bukan tipe laki-laki yang gampang menyerah,”

“Aku juga bukan tipe perempuan yang gampang menyerah,”

“Tidakkah kau pikir kita punya banyak persamaan?”

Brooke berpikir sejenak. Kevin memang punya banyak kesamaan dengan dirinya yang dulu tapi ia sudah banyak berubah sekarang.

“Okay,” ujar Brooke kemudian. Ia tak mau mempertimbangkan lebih lama lagi. Ia yakin ia bisa menjaga dirinya dan Kevin ternyata tidak mengerikan seperti yang dikiranya sebelumnya.

“Aku terima kencannya, teleponlah aku ke butik. Kau pasti sudah mempunyai nomornya,”

Kevin mengangguk puas. Ia kemudian berdiri dan bergerak ke arah laci, membukanya dan mengambil remote yang kemarin ia pegang. Kevin menekan sebuah tombol. Pintu terbuka perlahan dengan suara yang cukup halus. Brooke menoleh ke arah pintu dengan kaget.

“Kau?” ujarnya dengan bingung

“Brooke Davis, kau harus mengakui kau tidak sepintar yang kau kira” Kevin tersenyum lebar. Ia mengangkat remote yang dipegangnya dan menunjuk sebuah tombol dengan tangan satunya lagi.

“Well, anggap saja aku memberikanmu kesempatan untuk menghabiskan malam denganku,”

“Aku menanti malam-malam berikutnya… yang lebih intim tentunya,” ujar Kevin sambil tertawa.

Brooke melirik Kevin sekilas lalu melangkah keluar. Dengan cepat ia menelusuri setiap ruangan di rumah itu. Segalanya tampak jauh berbeda dari kemarin. Semuanya sangat lengang. Tidak terlihat jejak pesta sedikitpun.

Brooke akhirnya dapat bernapas lega saat ia tiba di depan pintu utama. Dengan satu tarikan napas ia membuka pintu dan mengakhiri pesta yang kemarin ia hadiri.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  didar 29th July 2009, 2:02 pm

Ini pertama kalinya gw nulis cerita Brooke khusus buat dia..
lumayan lama gw berkutet ama ini.. kyknya chapter ini harusnya lebih lama lagi karena ada beberapa hal yang bagi gw sebenernya masih bisa ditambah.. tapi duh.. cape neh.. udah kelamaan lagi.. 5 hari lebih ya?

hmmm.. gw sebenernya ga puas dari cerita Brooke - Kevin berkembang dengan cepat.. kalo gw fokus di cerita Brooke.. pengennya seh cerita mereka ngga secepet itu..

tokoh fav gw di sini tuh.. perancang-perancang ternama itu.. gw bisa bayangin muka Brooke nahan kesabaran dia.. harusnya gw deskripisiin lagi.. haha..

en tentunya bagian fav gw selain trick or treat yang pake bunga mawar itu.. trick karena brooke emang jatuh dalam perangkap.. treat karena bagi Kevin apalagi yang terindah selain dirinya sendiri.. yang emang ganteng seh.. haha..

trus percakapan Brooke en Peyton.. gw suka.. dari jaman OTH sampe sekarang.. Breyton tetep salah satu fav gw.. hehe..


Last edited by didar on 30th July 2009, 11:23 pm; edited 1 time in total
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  Shan2 30th July 2009, 6:36 pm

hahahaha... menurut g sih dah bagus bagian ini, cuman terlalu singkat. bener banget, terlalu singkat neh... pengennya lbh panjang, masa baru sebentar udah 3 jam. hahaha..

tp si kevin sweet banget sebagai cowok ga bener. hehehe... bikin g jd suka neh..

aduh repot deh, ntar g milih kevin apa tom neh ? hahaha
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  didar 30th July 2009, 11:29 pm

iya.. harusnya gw manfaatin ini untuk nyeritain masa kecil Brooke lebih detil.. en soal 3 jam itu.. yup.. harusnya lebih seru lagi ngobrolnya.. sebenernya gw berkutat karena gw harus bikin Kevin ngga ngapa-ngapain Brooke yang kalo iya.. duh.. gw ga bisa nulisnya.. haha.. en sebenernya tiap orang ada sisi buruk.. ada sisi baik.. gimanapun Kevin juga ada sisi baik.. en bagi gw dia tuh super yummy.. haha..

tapi gw masih bingung ama perkembangan cerita brooke kevin.. harus pelan2 .. santai.. baru bisa.. kyk waktu itu 5 hari.. pelan-pelan.. sedikit demi sedikit.. akhirnya dapet 1 bab.. tapi itu maih jauh dari yang gw harapkan..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  Shan2 31st July 2009, 4:14 am

yup, hrsnya u ksh flashback dikit ttg masa kecil brooke, atau kalimat langsung brooke cerita. Plg banter yg dibahas ama brooke - kevin. Ttg anjing itu. Misalnya, brooke ampe nangis gt pas inget, kevin kan jd kyk kaget gt seorg brooke bs nangis krn seekor anjing. So sweet. Hehehe. (tp bukannya kevin tuh udah terlalu byk ktm cewek yah ? Emang dia suka cewek yg cengeng ?)

Kalo menurut g, kevin itu orgnya bukannya pasti suka pesta yah ? Masa minum gt aja lsg tepar ? Kecuali ceritanya brooke emang ngebosenin. Haha. Menurut g u buat dia pura2 tidur tuh. Pas brooke dah tidur, dia baru merhatiin brooke penuh gairah gt, terus akhirnya ga jd, krn dia inget salah satu dr cerita brooke.

Emang elo mau buat dia bener2 suka ama brooke apa enggak ? Kalo iya, dia kan kaya, bikin dia sewa detektif buat nyelidikin brooke. Tadinya pengen jd senjata buat naklukin brooke, tp ternyata dia malah nemuin hal yg malah buat dia simpati n jd suka ama brooke.

Oh, tom hrs keluar skr yah ? Gih buruan keluar. Hehehe. G udah ngakak duluan bayangin tom dikejar2 brooke. Hihihi

G jd berangan2 ternyata tom adl sepupu kevin n sejak dl mrk ga akur (duh, kyknya jd pasaran ceritanya), tp g suka jenis cerita kyk gini. Yg hampir semua karakternya tuh ada hubungannya. (n biasanya HK plg jago bikin kyk gini)

Kalo ceritanya begitu, ntar di ending bakal seru. Knp ? Brooke bakal bimbang. Kevin n tom jg, jd mrk bingung, mrk bersaing krn cinta atau gengsi. N brooke jg bingung milih yg mana yg tulus dan yg mana yg cuma demi dendam aja gt. Huehehehe..

Tp salah satu dr 2 cowok ini (misalnya yg dicintai brooke sebenernya adl tom), si tom ini mesti diksh alibi dia orgnya jahat or hal2 negatif lain, so di awal2 brooke terpaksa milih kevin. Or sebaliknya.

Haha. G kyknya kebykan ntn pelem neh. Kalo elo pusing, anggep aja nih saran cuma angin lalu. Haha
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  didar 31st July 2009, 10:13 am

soal kevin.. dia kan udah minum banyak sebelumnya.. so yah dikit lagi udah deh.. sebenernya ceritanya seharusnya ga ke situ.. harusnya truth or dare nya ga sesingkat itu.. tapi ga sampe gimana juga.. en percakapan juga emang seharusnya lebih panjang dari itu.. setidaknya komentar kevin ga cuman 1 doank.. yup.. gw nulisnya udah abis kesabaran.. haha..
soal tom.. haha.. haha.. gw rasa gw ga akan buat dia sepupuan ama kevin.. tapi gw masih lom kepikiran gimana buat triangle tom-brooke-kevin.. tapi gw dah kepikir satu ide untuk tom.. en ini tuh gak berubah dari cerita semula.. en gw lom yakin.. ntar gw pikirin dulu baek2.. en nanya dulu ama elo..

haha.. tentang detektif.. gw rasa hidup brooke walo ga bersih.. tapi dia juga ga punya scandal deh.. misalnya ama suami orang dll.. en gw dah pake plot itu untuk satu bagian cerita.. jadi gw bisa diulang..

gw lum tau mau bikin kyk gimana hubungan kevin ama brooke.. harusnya seh alo sesuai pengenalan tokoh gw.. kevin tuh akhirnya cinta ama ama brooke.. tapi belum kebayang.. apa gitu yang jadi titip baliknya .. kemarinm sebenernya udah titik balik.. yang gw pengen tadinya ga kyk gitu. dari sebel.. ada titil balik jadi cinta.. berarti gw dah kelewat hal itu.. karena yang terjadi adalah dari sebel jadi yah lumayan neh..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 15 Empty Re: New Beginnings - Chapter 15

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum