New Beginnings
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

New Beginnings - Chapter 19

2 posters

Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 20th August 2009, 12:02 pm

Lucas menutup kedua rahangnya rapat-rapat. Ia menarik dirinya dari dalam selimut dan melangkah ke kamar mandi tanpa mengucapkan satu patah katapun.

Hati Peyton bagai tersayat pisau. Ia baru saja menyaksikan apa yang paling ditakutinya, masa lalu Lucas yang terus menghantuinya dan tidak memberinya kesempatan untuk membuka hatinya. Emosinya yang meledak-ledak dan ketertutupannya yang membuatnya sulit untuk dimengerti.

Peyton memejamkan kedua matanya rapat-rapat, berusaha menenangkan hatinya yang resah. Setelah merasa cukup tenang, ia menegakkan tubuhnya dan mulai mencari bajunya di sekeliling kamar itu. Kali ini ingatannya tidak menghilang dan ia tahu betul di mana bajunya berada. Sebagian ada di kamar ini dan sebagian lainnya ada di ruang kerja Lucas. Ia bergegas mengenakan pakaian dalamnya dan berjalan ke arah lemari Lucas.

Untuk saat ini hanya itu yang dapat dilakukannya, mengenakan baju Lucas kemudian keluar untuk mengambil tasnya di kamar Leighton dan mengganti bajunya. Dengan cepat matanya mencari baju yang kira-kira dapat dipakainya dan pilihannya jatuh kepada kemeja putih milik Lucas. Berulang kali ia memeriksa baju itu hingga akhirnya ia yakin kemeja itu memang milik Lucas bukan milik Lauren. Tak terbayang olehnya reaksi yang akan diberikan oleh Lucas jika ia mengenakan baju milik wanita yang sangat dipujanya itu. Ia mengenakan kemeja itu cepat-cepat lalu keluar dari kamar dan menutup pintunya rapat-rapat. Tangannya masih berada di gagang pintu saat seseorang tiba-tiba menyapanya.

“Pagi." Suara Julian membuat Peyton melonjak kaget. Cepat-cepat ia merapatkan kerah kemeja Lucas yang kedodoran di tubuhnya kemudian menoleh ke arah Julian yang berdiri di belakangnya. Di bibirnya terbentuk senyum kaku, sangat kaku hingga ia sendiri dapat merasakan bibirnya hampir tidak bergerak sama sekali.

“Kalau kau bermaksud mencari bajumu, aku sudah memasukkannya ke dalam mesin cuci dan sekarang sedang dikeringkan,” ujar Julian. Peyton menganggukkan kepalanya. Matanya sepenuhnya mengarah kepada bagian bawah kemejanya yang ia tarik untuk menutupi pahanya yang terbuka.

"Sarapan sudah menunggumu di meja dapur," ujar Julian sambill meneruskan langkahnya ke arah dapur. Di bibirnya kini terbentuk seringai yang tadi ia sembunyikan baik-baik. Sejak ia menemukan baju Peyton dan Lucas tercecer di dekat sofa, sejak itu pula ia tidak dapat berhenti menyeringai. Kalau saja Lucas tidak sulit untuk diajak bercanda, ia tentu akan memberi selamat kepadanya karena telah menemukan kembali hidupnya.

Peyton memejamkan matanya menahan malu. Ia tidak terbiasa membagi detail kehidupan cintanya dengan siapapun kecuali Brooke dan rasanya sungguh memalukan ketika semua yang terjadi pada dirinya dan Lucas diketahui begitu saja oleh Julian. Untung baginya kali ini tidak semua baju-bajunya tercecer di luar sehingga ia tidak perlu menanggung rasa malu yang lebih besar.

Sambil menarik napas dalam-dalam, Peyton membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar Leighton. Pintu kamar itu terbuka lebar. ia mengintip sejenak ke dalamnya, tidak ada siapapun di dalamnya. Matanya mulai menjelajahi ruangan itu. Kamar itu terlihat sedikit berbeda di pagi hari namun tetap sangat memukau. Jendela kaca yang kemarin malam tertutup oleh gorden sekarang terbuka lebar, membingkai pemandangan Kota New York yang tak kalah indah dengan apa yang terhampar di balkon.

Peyton mendekati jendela kaca itu dengan napas tertahan. Ia menikmati pemandangan itu untuk sejenak lalu berjalan ke arah meja tempat Lucas meletakkan tasnya kemarin malam. Tidak ada apapun di sana. Ia mulai bergerak mencari ke sekeliling ruangan namun tasnya tidak terlihat di manapun. Ia lalu mengulang kembali pencariannya dengan lebih teliti namun hasilnya tetap nihil. Seseorang telah memindahkan tasnya. Keningnya berkerut heran."Apa yg kau cari?" Suara Julian terdengar tiba-tiba dan membuatnya melonjak kaget.

Peyton menoleh ke arah pintu. Julian berdiri di sana dengan kedua tangan terlipat di dada. "Bisakah kau berhenti membuatku kaget," ujarnya sambil melemparkan pandangan jengkel. Julian tertawa saat melihat tampang Peyton terlihat begitu frustasi sekaligus jengkel. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan ekspresi seperti itu. Tidak mengherankan bila Lucas tidak dapat berhenti menciumnya.Memikirkan hal itu ia menyeringai.

"Apa kau melihat tas kecil yg ada di sini?" tanya Peyton sambil menyapu sekeliling ruangan dengan matanya.

"Tas kecil yg ada di atas meja itu milikmu?" Julian balas bertanya dengan nada heran. Peyton menoleh ke arahnya.

"Aku kira tas itu milik Leighton," ujar Julian sambil mengangkat bahunya.

"Lalu?" tanya Peyton dengan bingung.

"Aku masukkan bersama tas Leighton yang lain ke dalam bagasi,” ujar Julian sambil tertawa kecil.

"Apa?" Peyton terlihat frustasi. Julian tertawa."Biar aku ambilkan setelah sarapan.” Peyton mengangguk.

"Leighton sejak tadi menunggumu. Ia mencoba mencarimu setelah ia bangun. Untung saja aku memergokinya ketika ia sedang berusaha membuka pintu kamar Lucas. ”Wajah Julian menyeringai makan lama makin lebar. ” Kalau tidak ia tentu akan melihat kalian berpelukan mesra di atas ranjang dan..."

"Apa yg kaupikirkan?" tegur Peyton cepat-cepat sebelum Julian menyeringai semakin lebar dan kata-katanya menjadi semakin tak karuan. Wajahnya memerah membayangkan apa yang mungkin terjadi bila Leighton masuk ke kamar Lucas dan mendapati mereka berbaring bersama tanpa sehelai bajupun.

Julian terbahak. "Maaf, tapi sejak aku mendapati beberapa kancing blusmu lepas terkoyak, aku tidak dapat berhenti memikirkan hal itu," ujarnya dengan nada menggoda. Mata Peyton terbelalak ngeri, tak menyangka bila Julian pun mengetahui hal itu. Wajahnya semakin memerah. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, menyembunyikan perasaan jengah yang kembali menyerangnya.

Julian memperhatikan Peyton untuk sejenak. Keyakinannya terhadap gadis itu meningkat seiring dengan ekspresi jengah yang terlihat di wajahnya setiap ia menggodanya. Baginya itu berarti Peyton bukanlah wanita yang biasa berpindah dari satu pria ke pria lain. Hal itu tentu akan memberikan pengaruh positif bagi perkembangan hubungannya dengan Lucas kelak yang tidak hanya menyangkut Lucas seorang tapi juga Leighton dan keluarga Scott lainnya. Ia sungguh berharap hubungan mereka dapat berjalan lancar.

"Ayo, Leighton sedang menunggumu. Katakan saja kau sedang melukis di balkon. Setahuku ia belum mencarimu ke sana," ujar Julian sebelum membalikkan tubuhnya dan menghilang dari balik pintu.
Peyton terpaku di tempatnya untuk sejenak. Perkataan Julian tadi membuatnya berpikir. Jika hubungannya dan Lucas masih terus berlanjut, maka ia harus menetapkan batas-batas untuk dirinya sendiri. Salah satunya tidak menginap saat Leighton ada di sana dan juga tidak membiarkan baju-bajunya tercecer lagi jika ia tidak ingin Julian terus membayangkan yang tidak-tidak tentang dirinya dan Lucas.

Jika hubungannya dan Lucas masih terus berlanjut. Sejak tadi kata-kata itu tidak bisa ia hilangkan dari benaknya. Keraguannya kembali muncul setelah ia melihat amarah Lucas meledak tadi dan hatinya saat ini terasa sangat resah.


Last edited by didar on 21st August 2009, 2:30 pm; edited 1 time in total
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 20th August 2009, 12:17 pm

Lucas tergelak. Ia kemudian berjalan memasuki balkon dan menghampiri Peyton. Peyton melirik ke arahnya dengan mesra. "Hai, sayang," ujar Lucas sambil melingkarkan tangannya di pinggang Peyton dan mengecup sekilas bibirnya . “Apakah itu artinya kau tidak bisa membuangku dari benakmu?” bisiknya kemudian di telinga Peyton. Peyton menyikut Lucas dengan gemas. Lucas berpura-pura meringis untuk sesaat. “Mungkin suatu saat kau harus membuat lukisan diri untukku,” bisik Lucas sambil mendekatkan wajahnya. “Akan aku pertimbangkan,” jawab Peyton sambil memandang Lucas dengan mesra. Lucas memajukan wajahnya lebih dekat. Bibirnya sudah menyentuh bibir Peyton saat Peyton tiba-tiba mendorong tubuhnya dan menunjuk kepada Leighton yang berdiri di hadapan mereka.

“Daddy, bagaimana kalau sesudah makan malam kita bermain UNO bersama Miss Sawyer,” tanyanya dengan wajah penuh harap. Lucas membungkukkan badannya. “Daddy harus menulis hari ini,” ujarnya dengan lembut. Leighton merengutkan wajahnya. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah Peyton dan memandangnya dengan penuh harap.

“Bagaimana kalau besok? Hari ini aku harus cepat-cepat pulang,” ujar Peyton sambil mengelus lembut rambut Leighton.

“Minggu depan, kami pasti meluangkan waktu untuk bermain denganmu, okay?” ujar Lucas dengan nada membujuk.

Leighton memandang Peyton dan Lucas bergantian lalu menggangguk. Seakan janji itu sudah cukup baginya, wajahnya kembali cerah.

“Ayo, mandi dulu. Sesudah itu kita makan malam,” ujar Lucas sambil menepuk punggung Leighton. "Baik, daddy," ujar Leighton dengan semangat lalu berlari ke arah pintu. Lucas mengangkat tubuhnya. Matanya mengikuti Leighton hingga ia menghilang di balik pintu. Senyum bahagia menghiasi wajahnya.

“Luke, aku harus pulang sekarang,” ujar Peyton sambil melihat jam tangannya. Saat itu sudah pukul 7 dan ia harus bergegas mencari hotel untuk bermalam. Lucas menoleh dengan cepat. “Mengapa tergesa-gesa? Bukankah kau akan makan malam di sini?” tanyanya dengan nada heran.

Peyton memandang Lucas dengan bingung, berusaha mencari penjelasan terbaik tanpa harus mengatakan yang sebenarnya. Namun sebelum ia mengatakan apapun, Lucas sudah menyimpulkannya sendiri. “Aku tahu kau sibuk. Bagaimana kalau aku menyiapkan sesuatu yang ringan dan kau tetap makan di sini. Aku janji tidak akan lama,” ujar Lucas dengan lembut.

Peyton melirik sekali lagi ke arah jam tangannya. Wajahnya terlihat ragu namun ia menganggukkan kepalanya. “Baiklah,” ujarnya sambil tersenyum.

“Apa ada yang bisa aku bantu hari ini?” tanya Peyton saat Lucas membukakan pintu kaca untuknya. Lucas berpikir sejenak. “Tentu,” ujarnya.

“Apa?” tanya Peyton. Lucas menutup pintu kaca dan menghentikan langkahnya. Seringai lebar terbentuk di wajahnya. Peyton memandang Lucas dengan mata terpicing. “Apa yang kaupikirkan?”. Ia sebenarnya sudah dapat menebak apa yang ada di pikiran Lucas saat itu. Ekspresi wajahnya yang dipenuhi gairah sudah mengatakan semuanya dengan jelas.

Dalam satu langkah Lucas merapatkan tubuh mereka. “Ini yang bisa kau bantu,” bisiknya dengan penuh arti. Tangannya menggenggam wajah Peyton erat-erat. Kedua ibu jarinya bergerak mengelus bibir gadis itu dengan lembut. Tatapannya menghujam mata Peyton dengan pancaran gairah.

Peyton meletakkan kedua tangannya di pinggang Lucas. Menanti gerakan Lucas selanjutnya. Napasnya tertahan sejenak saat tubuhnya mulai bereaksi terhadap sentuhan Lucas di bibirnya.

Lucas memandang Peyton lekat-lekat hingga ia merasakan napasnya mulai memburu dan suhu tubuhnya perlahan naik. “Kau sungguh cantik,” ujarnya dengan napas tertahan. Dengan penuh gairah matanya menjelajahi wajah Peyton dan akhirnya berlabuh di bibir Peyton yang perlahan membuka, seakan bersiap mengantisipasi ciumannya.

Lucas menurunkan wajahnya dengan cepat dan mencium bibir Peyton dengan penuh gairah. Peyton menyusupkan jari-jarinya ke dalam rambut Lucas dan menahan kepalanya saat ia memajukan wajahnya untuk mencium Lucas lebih dalam. Bibir mereka saling menjelajahi dengan penuh gairah hingga tubuh mereka menyala oleh hasrat yang semakin memuncak. Tangan Lucas bergerak menelusuri leher Peyton turun menyusuri sisi tubuhnya lalu berhenti di pinggangnya yang ramping. Terdiam di sana beberapa saat hingga akhirnya menyusup ke balik blusnya. Peyton tersentak kaget saat ia merasakan tangan Lucas bersentuhan langsung dengan pinggangnya dan terus bergerak naik. Dengan cepat ia menarik bibirnya dan mendorong Lucas menjauh.

“Luke,” tegurnya dengan napas terengah-engah. Tangan Lucas berhenti bergerak. Peyton menarik tangan Lucas keluar dari balik blusnya. “Jangan sekarang,” ujarnya dengan napas terengah.

“Kenapa?” tanya Lucas dengan kening berkerut. Wajahnya merah padam dipenuhi gairah yang tertahan.

“Karena Leighton mungkin datang sebentar lagi,” ujar Peyton sambil merapikan bajunya. Matanya menatap ke arah pintu dengan cemas.

“Peyton, aku sangat menginginkanmu,” ujar Lucas dengan nada putus asa. Sekuat tenaga ia menahan dirinya untuk tidah mendorong Peyton ke pintu kaca, menahannya di sana dan menciuminya lagi. Peyton memandang Lucas dengan pandangan memohon. “Luke,” ujarnya dengan nada memelas. Hati Lucas melunak. Ia menjauhkan dirinya dari Peyton beberapa langkah, berusaha menghilangkan gairahnya yang sudah hampir memuncak. “Aku mengerti dan aku tidak akan memaksamu bila kau tidak mau,” ujarnya.

Peyton menggelengkan kepalanya cepat-cepat. “Aku hanya ingin kita menunggu hingga saat yang tepat,” ujarnya sambil mendekati Lucas. Langkanya seketika terhenti, menyadari ia baru saja mengakui ia menginginkan pria itu. Wajahnya memerah.

Pandangan Lucas semakin melembut. Ia mendekati Peyton hingga jarak mereka semakin dekat namun tidak cukup dekat baginya untuk menerkamnya. “Aku akan menunggu saat itu dengan sabar. Sementara itu aku sebaiknya berhenti menciummu,” ujarnya dengan lembut. Peyton tersenyum bahagia dan mengangguk setuju.

“Apa kau siap menyantap makan malam?” ujar Lucas. Peyton tertawa. “Aku siap makan apa saja,” ujarnya. “Ayo,” ujar Lucas sambil melangkah ke arah pintu. Peyton mempercepat langkahnya hingga ia tiba di samping Lucas dan mencuri sebuah kecupan di pipinya. Lucas meringis. “Aku rasa kau harus berhenti menciumku setidaknya sampai aku yakin aku tidak akan menerkammu lagi,” ujarnya dengan nada main-main. Peyton mendelik manja ke arahnya. Lucas tertawa kecil. Tangannya melingkari pinggang Peyton dan membawanya melangkah bersama.

“Hari ini aku tidak akan memasak untukmu,” ujar Lucas setibanya mereka di dapur. Ia melangkah ke arah kulkas dan mengambil sekotak lasagne siap panggang lalu memasukkannya ke dalam oven. Peyton mengangguk. Ia pun tidak ingin berlama-lama di sana. Apapun yang dapat dihidangkan dengan praktis dan membuatnya kenyang adalah ide yang sangat baik saat ini.

Leighton datang ke dapur tak lama setelah Lucas membagi-bagi lasagne itu ke atas tiga piring. Peyton memandang Lucas dengan wajah dipenuhi kelegaan. Lucas tertawa kecil. Dengan gemas ia mengacak rambut Leighton yang baru saja duduk. “Daddy, aku baru saja menyisir rambutku,” ujarnya dengan nada jengkel. Tangannya bergerak merapikan rambutnya. Peyton mendelik ke arah Lucas. Lucas terbahak lalu berjalan ke arahnya. “Kalau tidak ada dia, aku sudah mendapatkanmu,” bisiknya di telinga Peyton dengan mesra. Peyton memukul Lucas dengan gemas.

Mereka bertiga menghabiskan makan malam dengan santai. Leighton terlihat sangat bahagia. Ia terbiasa makan di dalam keheningan. Nenek dan kakeknya mengajarkannya untuk tidak berbicara di saat makan dan ia selalu merasa sangat bosan saat makan bersama mereka. Karena itu ia selalu menikmati makan malam bersama ayahnya. Kapanpun ia ingin mengatakan sesuatu, ayahnya tidak pernah melarangnya. Dengan tenang ia menyantap makan malamnya. Sesekali ia mendapati ayahnya melemparkan pandangan mesra kepada Peyton dan Peyton membalasnya tak kalah mesra. Selanjutnya pandangan mereka akan terkunci seperti itu untuk beberapa waktu.

“Bisakah kalian berhenti memandang satu sama lain seperti itu? Selera makanku sungguh terganggu,” ujar Leighton mengungkapkan isi hatinya dengan jujur. Ia tidak mengerti mengapa ayahnya selalu memandang Peyton dengan pandangan aneh seperti itu. Peyton memandang Lucas dengan kedua alis terangkat lalu tawa mereka pecah bersamaan. Leighton mau tidak mau ikut tertawa bersama mereka.

“Baiklah, aku tidak akan memandang ayahmu lagi asalkan dia juga berhenti memandangku,” ujar Peyton sambil melirik Lucas dengan gemas. Leighton mengangguk setuju.

“Baiklah, daddy berjanji tidak akan memandang Miss Sawyer lagi,” ujar Lucas dengan nada pasrah saat Leighton menatap ke arahnya dengan tajam.

“Kalian mungkin bisa melakukan hal itu di tempat lain, tapi jangan di meja makan. Pandangan kalian seperti ingin memakan satu sama lain,” ujar Leighton sambil bergidik. Peyton menutup wajahnya dengan kedua tangannya, berusaha menahan tawanya. Lucas tertawa kecil dan mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi Leighton dengan lembut.
***

Makan malam sudah berakhir sejak tadi namun Peyton belum juga meninggalkan apartemen Lucas. Saat ini ia menemani Leighton bermain UNO susun.

Gadis cilik itu terlihat begitu kesepian hingga ia tidak tega mengabaikannya dan memutuskan untuk meluangkan sedikit waktu untuk menemaninya bermain. Reaksi yang diberikan Leighton saat ia menyatakan kesediaannya untuk menemaninya bermain sungguh membuatnya terkejut. Ia terlihat begitu terharu. Mungkin itulah alasan terutama gadis cilik itu begitu mendambakan seorang ibu, ia membutuhkan sosok yang bisa diajaknya bermain.

Peyton mendesah kaget saat ia mendapati waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah 2 jam ia menemani Leighton bermain dan gadis cilik itu belum juga puas. Untung baginya Lucas berdiri dari bangkunya.

Leighton mengerutkan wajahnya saat ia menyadari Lucas sedang berjalan ke arahnya. Ia tahu ayahnya akan menyuruhnya tidur. “Ayo, gadis cilik, waktumu untuk tidur. Gosok gigimu dan cuci kakimu,” ujar Lucas dengan nada tegas. Leighton merapikan dan memasukkan balok-balok UNO ke dalam dusnya.“Miss Sawyer, bisakah kita melanjutkan permainan ini besok?” Wajahnya terlihat tidak rela. Peyton mengangguk sambil tersenyum lembut. Lucas tiba di hadapan mereka, dengan satu gerakan ia mengangkat Leighton dan memanggulnya di sebelah bahunya. Leighton menjerit senang. Kakinya bergoyang-goyang dengan semangat.

"Hei, jangan bergerak seperti itu," ujar Lucas sambil memindahkan tubuh Leighton ke dalam pelukannya. Ia lalu berdiri menunggu dan menjulurkan tangannya ke arah Peyton yang sejak tadi memperhatikan mereka. Peyton menyambut tangan Lucas sambil tertawa kecil.

"Ayo, kedua putri cantik. Kita lanjutkan semuanya besok." Lucas membawa mereka ke kamar Leighton. Peyton mengamati kamar itu dengan penuh kekaguman. Ia tidak pernah menyangka kamar Lucas bukan kamar terbaik di apartemen itu. Kamar Leighton bahkan jauh lebih indah, benar-benar bagai kamar seorang kamar seorang puteri.

“Ayo, masuk ke kamar mandi dan lakukan apa yang harus kaulakukan,” ujar Lucas sambil meletakkan Leighton di atas ranjang. Leighton turun dari ranjangnya. Dengan patuh ia berjalan ke kamar mandi, mengambil sikat gigi listriknya dan menggosok giginya dengan gerakan teratur. Ia kemudian mencuci kakinya sampai Lucas mengambil handuk yang tergantung.

“Sesudah ini kau harus langsung tidur. Jangan mencuri-curi membaca komik atau apapun. Besok kita akan pergi ke rumah bibi Haley,” Lucas membantu Leighton mengeringkan kakinya kemudian menggendongnya ke ranjang. Ia meletakkan Leighton dengan hati-hati dan menyelimuti tubuhnya rapat-rapat. “Tidur yang nyenyak,” ujarnya dengan lembut. Leighton menatap Lucas dengan penuh rasa sayang lalu mengangguk kecil.

Lucas menundukkan kepalanya untuk mencium Leighton. Peyton memperhatikan semua itu dengan perasaan terharu. Siapa yang paling Lucas cintai dalam hidupnya sangat jelas baginya dan ia sama sekali tidak cemburu. Leighton beruntung mendapatkan Lucas sebagai ayahnya dan ia juga beruntung karena dapat menjadi bagian dalam hidup mereka. Tak terasa matanya mulai berkaca-kaca.

Lucas menoleh ke arah Peyton. Dengan cepat Peyton mengalihkan pandangannya.“Maaf, kami menyitamu sampai malam,” ujar Lucas dengan lembut. Peyton mengusap air mata yang menggantung di ujung kedua matanya cepat-cepat lalu menggelengkan kepalanya. “Tidak apa, sebaiknya aku pulang sekarang,” ujarnya sambil menunjuk ke arah pintu. Lucas mengangguk. “Biar aku antar sampai ke apartemenmu.”

“Tidak perlu,” tukas Peyton cepat. “Temani saja Leighton, aku bisa keluar sendiri,” ujarnya sambil bergegas melangkah ke arah pintu. Lucas mengikuti Peyton dari belakang. Keningnya berkerut saat ia melihat Peyton mengambil koper kecil yang terletak di atas meja. “Apa kau akan pergi ke suatu tempat?”

Peyton memejamkan matanya dengan cemas. Ia seharusnya menaruh kopernya di depan apartemen Lucas, di samping pot besar yang ada di depan pintu dan tidak membawanya masuk. Lucas berjalan menghampiri Peyton. Matanya menatap Peyton lekat-lekat, menunggu jawaban darinya.

“Aku akan menginap di hotel malam ini. Ibu Brooke datang menginap dan aku harus menyingkir dari sana hanya untuk malam ini,” ujar Peyton. Wajahnya terlihat pasrah. “Aku harus pergi sekarang karena aku belum tahu aku akan menginap di hotel apa.”

“Kau bisa bermalam di sini kalau kau mau,” tukas Lucas cepat. Matanya menatap Peyton dengan penuh arti. Pipi Peyton memerah dengan cepat. Tawaran Lucas dengan tatapan seperti itu membuatnya memikirkan hal yang tidak-tidak dan ia belum siap untuk itu. Tidak di saat ia masih berusaha meraba dasar dari hubungan mereka.

Lucas memperhatikan ekspresi yang terpancar di wajah Peyton sambil tersenyum. Ia tahu Peyton tidak mungkin menerima tawarannya begitu saja setelah apa yang terjadi di antara mereka tadi. “Kau bisa tidur dengan Leighton kalau kau mau.” Ia memutuskan untuk mengalah. Peyton tersenyum lega lalu mengangguk. Lucas mengambil koper dari tangan Peyton dan mengajaknya ke kamar Leighton. “Miss Sawyer akan menemani kau tidur hari ini,” ujarnya kepada Leighton yang membuka matanya saat mendengar langkah kaki mereka. Tangannya meletakkan tas kecil milik Peyton ke atas meja.

“Miss, Sawyer,kau akan menemani aku tidur di sini?” Wajah Leighton terlihat begitu bahagia.Peyton mengangguk dengan semangat. Gadis cilik itu bersorak bahagia.

“Apa kau perlu pakaian tidur?” tanya Lucas. Ia terlihat agak enggan, tapi dengan cepat menutupinya. “Aku bisa meminjamkan pakaian milik Lauren untukmu,” ujarnya agak bergumam seakan berharap Peyton tidak mendengarnya. Peyton menggelengkan kepalanya, ia menunjuk tas kecil yang dibawanya. “Aku sudah membawa baju ganti,” sahutnya cepat. Lucas mengangguk lalu terdiam di tempatnya berdiri, mencoba mencari cara agar ia dan Peyton dapat menghabiskan waktu bersama lebih lama.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  Shan2 20th August 2009, 6:43 pm

wakakka... g jg kira si brooke bawa cowok ke apartemen, g kira dia udah mau bawa kevin. hahaha... taunya mamanya toh...

perasaan bab ini kok dikit amat isinya yah ?

ugh... sayang peyton nggak pk baju lauren, kalo nggak bs timbul konflik. haha.. krn itu yg g tunggu sebenernya..
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 21st August 2009, 2:19 pm

Peyton melirik ke arah Lucas berharap pria itu segera meninggalkan ruangan itu. Memikirkan pria itu begitu menginginkan dirinya, sejak tadi pikirannya tidak dapat berhenti membayangkan apa yang mungkin Lucas lakukan jika mereka terus bersama.

“Apa kau mau berbincang-bincang dan minum segelas anggur terlebih dahulu?” Peyton memandang Lucas dengan pasrah, begitu pasrah hingga Lucas tertawa melihatnya.

“Apa?” kata Lucas sambil menyeringai. “Kita bicarakan hal itu di luar,” jawab Peyton sambil menoleh ke arah Leighton yang sejak tadi memperhatikan mereka.

“Tidurlah, nanti Miss Sawyer akan menemanimu dan kau akan mendapatinya saat kau bangun,” ujar Lucas ke arah Leighton. Dengan patuh Leighton memejamkan matanya. Wajahnya diwarnai oleh senyum bahagia.

“Apa kau yakin hanya itu yang kau mau?” tanya Peyton saat Lucas menutup pintu kamar Leighton. Lucas menyeringai lebar.

“Bukankah aku sudah berjanji, aku akan menunggu hingga waktunya tepat bagimu,” ujarnya berusaha terdengar meyakinkan. Peyton memandang Lucas dengan mata terpicing, tidak percaya.

“Ayolah, kita bisa berbincang-bincang tentang dirimu lagi,” ujar Lucas sambil tertawa kecil. “Aku janji kita hanya akan berbincang-bincang,” Tangan Lucas menggandeng pinggang Peyton dan membawanya melangkah ke ruang kerjanya.

“Duduklah dulu, aku akan mengambilkan anggur untukmu,” ujarnya sambil berjalan ke arah lemari. Peyton duduk di sofa dan mengikuti Lucas dengan matanya. Keningnya berkerut saat ia melihat Lucas merogoh ke bawah lemari dan mengeluarkan sebotol anggur dari sana.

“Julian menyembunyikannya di bawah lemari. Ia kira aku tidak tahu tapi tentu saja aku tahu,” ujar Lucas ke arahnya sambil tertawa kecil. Ia lalu mengambil sebuah gelas di dalam lemari. Peyton memandang Lucas dengan perasaan cemas. Lucas pernah kecanduan alkohol setelah ditinggal oleh Lauren. Walau kini ia sudah sepenuhnya bebas, bukan tidak mungkin ia dapat terjerumus lagi ke dalamnya jika tidak berhati-hati.

“Ini anggur yang luar biasa enak,” ujar Lucas sambil menuangkan anggur ke dalam gelas Peyton.

“Dan ini untukku. Selamanya aku tidak boleh minum anggur lagi karena aku tidak tahu apa yang mungkin terjadi jika aku mencobanya,” ujarnya sambil mengambil cangkir teh di bawah meja dan menuangkan teh ke dalamnya.

“Kalau begitu kau sebaiknya menyuruh Julian menyembunyikannya di tempat yang lebih aman,” ujar Peyton.

“Jangan kuatir. Aku bisa menahan diri. Aku tidak pernah menyentuh alkohol atau anggur sedikitpun dalam 2 tahun ini. Demi Leighton, aku akan menjaga diriku baik-baik dan tidak akan membiarkan diriku terjerumus lagi di dalamnya,” ujarnya dengan sungguh-sungguh. Peyton mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi Lucas.

“Cukup tentang diriku. Apa yang kausukai dari Wilmington?” Lucas menurunkan tangan Peyton dari pipinya. Ia berencana untuk mengajak Peyton berbincang-bincang. Tidak lebih dari itu dan itu artinya mereka harus mengurangi sentuhan-sentuhan kecil seperti itu.

“Seluruh hidupku ada di sana. Keluargaku ada di sana. Semua temanku kecuali Brooke ada di sana. Satu-satunya alasan aku terus menunda kepergianku ke New York sebelumnya adalah karena aku tidak rela meninggalkan semua itu. Setelah menyelesaikan kelas melukis aku mungkin akan tinggal di New York untuk beberapa waktu sesudah itu aku akan kembali ke Wilmington,” tuturnya dengan wajah penuh kerinduan.

“Beberapa waktu?” tanya Lucas. Peyton memandang mata lekat-lekat. Rencananya mungkin berubah kalau hubungannya dengan Lucas berjalan lancar.

“Semua itu aku rencanakan jauh sebelumnya. Sama sekali tidak bisa dipastikan untuk saat ini namun aku tidak bisa meninggalkan kota itu,” ujarnya sambil mengalihkan pandangannya dari mata Lucas.

Lucas mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Peyton. “Aku sungguh tidak mau kau pergi,” ujarnya dengan sungguh-sungguh. Peyton memandang Lucas dengan lembut.

“Bagaimana kalau kau menemaniku ke Wilmington. Mungkin kau akan menyukai kota kecil itu,” ujarnya dengan mesra seakan berharap Lucas mau pindah ke sana demi dirinya.

Lucas menyentak lepas tangannya dengan kasar. Peyton terkejut dengan perubahan yang terjadi pada Lucas. Begitu tiba-tiba dan tidak terduga.

“Apa yang membuatmu menyukai Chad?” tanya Lucas tiba-tiba. Alis Peyton terangkat, pertanyaan itu tidak ada hubungannya dengan topik pembicaraan mereka saat itu dan ia tidak mengerti mengapa Lucas menanyakan hal itu tiba-tiba. Dengan bingung ia berusaha untuk mencari jawabannya dari kedua mata Lucas yang menatapnya dengan tajam. Tidak ada apapun yang dapat dibacanya di mata pria itu. Seakan telah menutup hatinya rapat-rapat, Lucas saat ini bagai buku yang tertutup. Peyton memejamkan matanya, ia paham ia tidak punya pilihan lain selain menjawab pertanyaan itu dengan jujur. Apapun yang menyebabkan Lucas menanyakan hal itu tiba-tiba, ia mungkin tidak akan pernah tahu.

“Karena dia adalah seorang pria yang mencintai dengan sepenuh hati dan rela berjuang demi cintanya. Bagiku pria semacam itu adalah pria yang luar biasa menarik dan aku ingin merasakan cinta seperti itu, yang membuatmu bahagia karena kau memiliki seseorang yang sangat berarti di sampingmu,” ujarnya setelah membuka kembali matanya, berusaha untuk tetap menatap kedua mata Lucas dengan lembut. Perlahan kedua pipinya menghangat. Ia memang sedang membicarakan isi hatinya untuk Chad tapi itu juga isi hatinya untuk Lucas.

Karena itukah kau menyukaiku? Karena kau mencintai seorang Chad yang pernah kaukenal di buku? Kalau aku bukan lagi Chad, apa kau akan merasa kecewa kepadaku?” tanya Lucas dengan rahang terkatup rapat. Ia tidak mau Peyton menyukainya hanya karena gadis itu mengharapkan dirinya untuk menjadi Chad, dirinya yang dulu yang rela meninggalkan segalanya demi cinta. Ia bukan lagi pria seperti itu.

“Aku tidak tahu, yang aku tahu hanyalah hatiku bergetar saat kau menciumku, jantungku berhenti berdetak saat kau tersenyum padaku. Hanya kau yang kupikirkan sepanjang waktu,” ujar Peyton dengan sungguh-sungguh. “Bagiku kau adalah Chad dan bagaimanapun kau berusaha melupakan dirimu yang dulu, dia tetap ada di dalam dirimu,” ujarnya berusaha membuat Lucas mengerti. Lucas memandang Peyton dengan tajam. Terlalu tajam hingga membuat Peyton merasa tidak nyaman.

“Sebaiknya aku tidur dulu.” Peyton berdiri, mencoba menghindar dari semua itu. Tanpa memandang ke arah Lucas sedikitpun, ia melangkah pergi.

Lucas berdiri, dengan cepat ia memegang tangan Peyton dan menahan langkahnya. Ia kemudian membalikkan tubuh Peyton dengan cepat ke arahnya dan memegang pipi gadis itu erat-erat. Peyton merasakan jantungnya berdebar semakin cepat. Berada begitu dekat dengan Lucas benar-benar membuat hatinya melemah. Segalanya terasa berbeda di saat tubuh mereka bersentuhan. Ia sungguh mencintai pria itu. Chad ataupun Lucas, pria itu adalah pria yang dicintainya.

“Aku tidak mungkin menjadi Chad bagimu. Apakah kau menyadari hal itu?” tanya Lucas dengan rahang terkatup rapat. Keputusasaan terpancar jelas di kedua matanya.

Peyton mencoba untuk mengangguk namun kepalanya sulit untuk digerakkan. Lucas memegang kedua pipinya terlalu keras. “Aku mencintaimu, Luke,” ujarnya dengan suara tercekat, berusaha mengendalikan perasaan di hatinya yang semakin meluap. Matanya mulai berkaca-kaca. Hati Lucas tersentuh. Ia melepaskan kedua tangannya dari wajah Peyton. Apapun alasan gadis itu bersamanya, ia tidak peduli. Ia menginginkannya. Ia sangat menginginkannya.

Lucas memegang pinggang Peyton dan menurunkan wajahnya dengan cepat. Bibirnya melumat bibir Peyton dengan tidak sabar. Dengan cepat Peyton bereaksi, tangannya bergerak memegang kerah Lucas dan menariknya lebih dekat. Lucas menahan kepala Peyton dan menekan bibirnya lebih keras. Gerakan bibir mereka dengan cepat membawa mereka hanyut dalam gairah yang memabukkan. Pikiran mereka sepenuhnya hanya terfokus pada satu sama lain. Gairah mereka kian memuncak hingga satu langkah lagi saja mereka tidak mungkin mundur.

Lucas dengan susah payah menarik bibirnya dari wajah Peyton. “Apa ini saat yang tepat? Katakanlah sejujurnya. Aku akan menghentikannya kalau kau tidak mau,” ujarnya dengan napas terengah-engah. Matanya dipenuhi oleh gairah yang menyala-nyala. Peyton memandang Lucas lekat-lekat. Sulit baginya untuk mengambil keputusan yang tepat di saat gairah mendominasi seluruh tubuhnya namun akhirnya ia mengangguk.

“Apa kau yakin?” Lucas mencoba untuk memastikan. Tangannya bergerak mencengkeram lengan Peyton dan menarik tubuhnya semakin rapat ke arahnya. Peyton mengangguk tanpa sedikitpun keraguan. “Oh Luke, aku sangat menginginkanmu,” ujarnya sambil menggenggam wajah Lucas dan menariknya ke arahnya hingga bibir mereka kembali bertemu. Lucas menciumnya dengan penuh gairah. Ia menurunkan tubuhnya dan membawa Peyton berbaring bersamanya di atas sofa. Setelahnya semuanya berlangsung begitu cepat dan mereka mengakhirinya di dalam pelukan satu sama lain.
***

Peyton membalikkan tubuhnya yang terbaring di atas ranjang dengan nyaman. Keping demi keping kesadarannya berkumpul menjadi satu dan yang terbayang pertama kali olehnya adalah malam yang baru saja dilaluinya bersama Lucas. Setiap kecupan, setiap sentuhan yang diberikan pria itu di tubuhnya terbayang dengan jelas di benaknya. Tidak ada lagi perasaan panik yang dulu dialaminya dan tidak ada setitikpun penyesalan di hatinya. Tak seperti malam sebelumnya, ia tahu betul apa arti malam yang baru saja dilewatinya itu. Sensasi dari cinta yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu dalam dan memabukkan bagai pesona anggur yang membius setiap sarafnya dengan kenikmatan.

Peyton membuka matanya perlahan-lahan. Senyumnya mengembang saat matanya menangkap bayangan Lucas berbaring di hadapannya. Semakin lama semakin jelas seiring dengan kesadarannya yang semakin penuh. Lucas memandangnya dengan sangat lembut.

"Kau sudah bangun dari tadi?" tanya Peyton sambil memindahkan kakinya yang bersilangan dengan kaki Lucas. Tubuhnya bersentuhan langsung dengan selimut yang membalutnya. Lucas mengangguk tipis hampir tak kentara, matanya terpejam dengan gerakan perlahan lalu membuka lagi.

Peyton merubah posisi tidurnya hingga wajahnya berhadapan dengan wajah Lucas. Matanya perlahan bergerak menjelajahi wajah pria itu, menikmati segala yang ada di sana hingga akhirnya berhenti di kedua matanya yang biru. Kehangatan yang terpancar jelas dari kedua mata itu membuat hatinya terasa hangat. Pikirannya melompati waktu bersama dengan harapannya yang meluap. Perlahan kedua pipinya bersemu merah.

Cepat-cepat Peyton mengalihkan pandangannya dari Lucas untuk menutupi rasa jengah yang terpancar di matanya. “Apa yang kau pikirkan?” tanya Lucas sambil tertawa kecil. Tak ada satupun ekspresi yang ada pada wajah Peyton yang luput dari perhatiannya. Hanya itu yang ia lakukan sejak tadi, memandang gadis itu dari saat ia masih tertidur hingga sekarang dan ia belum juga puas menikmatinya. Peyton tersenyum jengah. “Aku sedang memikirkan bagaimana rasanya kalau aku bisa menghabiskan hidupku selamanya bersamamu,” ujarnya hampir berbisik. Matanya memandang penuh arti.

Raut wajah Lucas berubah seketika. Bagai sebuah bom waktu, gelombang amarah meledak di hatinya dengan cepat hingga memancar di wajahnya. Amarah yang selama ini ia pendam, yang dengan mudahnya meledak kapan saja terpicu. Amarah karena ia tidak dapat memiliki Lauren untuk selamanya. Amarah karena cintanya untuk Lauren tidak dapat ia pertahankan selamanya. Amarah karena Lauren telah direnggut dari dirinya untuk selamanya. Selamanya. Kata yang menjanjikan keabadian yang indah tapi tidak baginya. Tidak saat satu-satunya yang pernah dicintainya menghilang dalam keabadian
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 21st August 2009, 2:29 pm

Lucas menutup kedua rahangnya rapat-rapat. Ia menarik dirinya dari dalam selimut dan melangkah ke kamar mandi tanpa mengucapkan satu patah katapun.

Hati Peyton bagai tersayat pisau. Ia baru saja menyaksikan apa yang paling ditakutinya, masa lalu Lucas yang terus menghantuinya dan tidak memberinya kesempatan untuk membuka hatinya. Emosinya yang meledak-ledak dan ketertutupannya yang membuatnya sulit untuk dimengerti.

Peyton memejamkan kedua matanya rapat-rapat, berusaha menenangkan hatinya yang resah. Setelah merasa cukup tenang, ia menegakkan tubuhnya dan mulai mencari bajunya di sekeliling kamar itu. Kali ini ingatannya tidak menghilang dan ia tahu betul di mana bajunya berada. Sebagian ada di kamar ini dan sebagian lainnya ada di ruang kerja Lucas. Ia bergegas mengenakan pakaian dalamnya dan berjalan ke arah lemari Lucas.

Untuk saat ini hanya itu yang dapat dilakukannya, mengenakan baju Lucas kemudian keluar untuk mengambil tasnya di kamar Leighton dan mengganti bajunya. Dengan cepat matanya mencari baju yang kira-kira dapat dipakainya dan pilihannya jatuh kepada kemeja putih milik Lucas. Berulang kali ia memeriksa baju itu hingga akhirnya ia yakin kemeja itu memang milik Lucas bukan milik Lauren. Tak terbayang olehnya reaksi yang akan diberikan oleh Lucas jika ia mengenakan baju milik wanita yang sangat dipujanya itu. Ia mengenakan kemeja itu cepat-cepat lalu keluar dari kamar dan menutup pintunya rapat-rapat. Tangannya masih berada di gagang pintu saat seseorang tiba-tiba menyapanya.

“Pagi." Suara Julian membuat Peyton melonjak kaget. Cepat-cepat ia merapatkan kerah kemeja Lucas yang kedodoran di tubuhnya kemudian menoleh ke arah Julian yang berdiri di belakangnya. Di bibirnya terbentuk senyum kaku, sangat kaku hingga ia sendiri dapat merasakan bibirnya hampir tidak bergerak sama sekali.

“Kalau kau bermaksud mencari bajumu, aku sudah memasukkannya ke dalam mesin cuci dan sekarang sedang dikeringkan,” ujar Julian. Peyton menganggukkan kepalanya. Matanya sepenuhnya mengarah kepada bagian bawah kemejanya yang ia tarik untuk menutupi pahanya yang terbuka.

"Sarapan sudah menunggumu di meja dapur," ujar Julian sambill meneruskan langkahnya ke arah dapur. Di bibirnya kini terbentuk seringai yang tadi ia sembunyikan baik-baik. Sejak ia menemukan baju Peyton dan Lucas tercecer di dekat sofa, sejak itu pula ia tidak dapat berhenti menyeringai. Kalau saja Lucas tidak sulit untuk diajak bercanda, ia tentu akan memberi selamat kepadanya karena telah menemukan kembali hidupnya.

Peyton memejamkan matanya menahan malu. Ia tidak terbiasa membagi detail kehidupan cintanya dengan siapapun kecuali Brooke dan rasanya sungguh memalukan ketika semua yang terjadi pada dirinya dan Lucas diketahui begitu saja oleh Julian. Untung baginya kali ini tidak semua baju-bajunya tercecer di luar sehingga ia tidak perlu menanggung rasa malu yang lebih besar.

Sambil menarik napas dalam-dalam, Peyton membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar Leighton. Pintu kamar itu terbuka lebar. ia mengintip sejenak ke dalamnya, tidak ada siapapun di dalamnya. Matanya mulai menjelajahi ruangan itu. Kamar itu terlihat sedikit berbeda di pagi hari namun tetap sangat memukau. Jendela kaca yang kemarin malam tertutup oleh gorden sekarang terbuka lebar, membingkai pemandangan Kota New York yang tak kalah indah dengan apa yang terhampar di balkon.

Peyton mendekati jendela kaca itu dengan napas tertahan. Ia menikmati pemandangan itu untuk sejenak lalu berjalan ke arah meja tempat Lucas meletakkan tasnya kemarin malam. Tidak ada apapun di sana. Ia mulai bergerak mencari ke sekeliling ruangan namun tasnya tidak terlihat di manapun. Ia lalu mengulang kembali pencariannya dengan lebih teliti namun hasilnya tetap nihil. Seseorang telah memindahkan tasnya. Keningnya berkerut heran."Apa yg kau cari?" Suara Julian terdengar tiba-tiba dan membuatnya melonjak kaget.

Peyton menoleh ke arah pintu. Julian berdiri di sana dengan kedua tangan terlipat di dada. "Bisakah kau berhenti membuatku kaget," ujarnya sambil melemparkan pandangan jengkel. Julian tertawa saat melihat tampang Peyton terlihat begitu frustasi sekaligus jengkel. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan ekspresi seperti itu. Tidak mengherankan bila Lucas tidak dapat berhenti menciumnya.Memikirkan hal itu ia menyeringai.

"Apa kau melihat tas kecil yg ada di sini?" tanya Peyton sambil menyapu sekeliling ruangan dengan matanya.

"Tas kecil yg ada di atas meja itu milikmu?" Julian balas bertanya dengan nada heran. Peyton menoleh ke arahnya.

"Aku kira tas itu milik Leighton," ujar Julian sambil mengangkat bahunya.

"Lalu?" tanya Peyton dengan bingung.

"Aku masukkan bersama tas Leighton yang lain ke dalam bagasi,” ujar Julian sambil tertawa kecil.

"Apa?" Peyton terlihat frustasi. Julian tertawa."Biar aku ambilkan setelah sarapan.” Peyton mengangguk.

"Leighton sejak tadi menunggumu. Ia mencoba mencarimu setelah ia bangun. Untung saja aku memergokinya ketika ia sedang berusaha membuka pintu kamar Lucas. ”Wajah Julian menyeringai makan lama makin lebar. ” Kalau tidak ia tentu akan melihat kalian berpelukan mesra di atas ranjang dan..."

"Apa yg kaupikirkan?" tegur Peyton cepat-cepat sebelum Julian menyeringai semakin lebar dan kata-katanya menjadi semakin tak karuan. Wajahnya memerah membayangkan apa yang mungkin terjadi bila Leighton masuk ke kamar Lucas dan mendapati mereka berbaring bersama tanpa sehelai bajupun.

Julian terbahak. "Maaf, tapi sejak aku mendapati beberapa kancing blusmu lepas terkoyak, aku tidak dapat berhenti memikirkan hal itu," ujarnya dengan nada menggoda. Mata Peyton terbelalak ngeri, tak menyangka bila Julian pun mengetahui hal itu. Wajahnya semakin memerah. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, menyembunyikan perasaan jengah yang kembali menyerangnya.

Julian memperhatikan Peyton untuk sejenak. Keyakinannya terhadap gadis itu meningkat seiring dengan ekspresi jengah yang terlihat di wajahnya setiap ia menggodanya. Baginya itu berarti Peyton bukanlah wanita yang biasa berpindah dari satu pria ke pria lain. Hal itu tentu akan memberikan pengaruh positif bagi perkembangan hubungannya dengan Lucas kelak yang tidak hanya menyangkut Lucas seorang tapi juga Leighton dan keluarga Scott lainnya. Ia sungguh berharap hubungan mereka dapat berjalan lancar.

"Ayo, Leighton sedang menunggumu. Katakan saja kau sedang melukis di balkon. Setahuku ia belum mencarimu ke sana," ujar Julian sebelum membalikkan tubuhnya dan menghilang dari balik pintu.
Peyton terpaku di tempatnya untuk sejenak. Perkataan Julian tadi membuatnya berpikir. Jika hubungannya dan Lucas masih terus berlanjut, maka ia harus menetapkan batas-batas untuk dirinya sendiri. Salah satunya tidak menginap saat Leighton ada di sana dan juga tidak membiarkan baju-bajunya tercecer lagi jika ia tidak ingin Julian terus membayangkan yang tidak-tidak tentang dirinya dan Lucas.

Jika hubungannya dan Lucas masih terus berlanjut. Sejak tadi kata-kata itu tidak bisa ia hilangkan dari benaknya. Keraguannya kembali muncul setelah ia melihat amarah Lucas meledak tadi dan hatinya saat ini terasa sangat resah.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 21st August 2009, 2:35 pm

tuh udah gw terusin .. di atas...

pecahan dari bab 18 ini.. yang terpaksa gw jadiin bab 19.. eh membengkak lagi.. en ini masih ada terusannya.. haha...
entah kenapa gw pas baca ulang.. malah perbaiki ampir segalanya.. cape deh.. so jadi panjang.. tapi ga sampe membengkak banget seh.. en seudah ini masih ada bagian penting yang belum gw tulis.. gw rasa gw bisa aja masukin ke bab selanjutnya.. bisa juga lanjut di bab ini.. duh.. padahal tadinya udah pengen maju ke bab 20.. hehe..

hmm.. apa bab ini termasuk hot.. iya kali ya.. sebenernya ada satu adegan hot yang gw tambah.. yang seharusnya ga ada tadinya.. hehe.. well.. jadinya terlalu hot.. haha....

bab 19 mungkin gw post 2 hari ini... masih banyak yang harus diperbaiki juga..

-----
haha.. elo lagi nunggu konflik trus ya.. haha.. udah muncul kan? en yup.. masih ada lagi..
ga lah.. Brooke ga segampang itu menyerah.. apalagi kalo dia merasa tertantang.. hehe..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 22nd August 2009, 10:31 am

hmm.. sesudah kemaren gw sambung setengahnya... kyknya bab ini udah deh.. harusnya masih ada satu bagian penting.. nerusin konflik yang gw udah mulai kemarin antara leyton.. biar makin intens.. yang sebenernya udah gw tulis.. cuma masih pengen gw edit.. so udah bisa masuk ke bab selanjutnya.. senengnya udah bisa masuk ke bab 20.. haha..

sebenernya gw ga suka kalo harus posting kebagi.. kyk bab ini en bab sebelumnya... tapi.. gw akhir2 ini lagi berubah mulu moodnya.. kadang pas baca lagi.. gw nemuin banyak kesalahan.. atau ketidaksesuaian.. en gw perbaiki.. nah di situ jadi melar.. trus gw posting dulu setengah.. biar gw juga kedorong untuk ngedit lebih cepet... haha.. soalnya pengen maju ke bab selanjutnya..

sekarang gw juga lagi nulis bagian jake - peyton.. duh... I love Jake.. haha.. selalu kebayang baeknya Jake di OTH.. ga ada duanya.. tapi tetep gw paling cinta ama Lucas..

bab2 selanjutnya bakal naek trus ceritanya.. tapi yah ga intens trus juga.. udah mau nyampe ke bagian penting itu.. seudah itu gw harus konsen buat nulis babak2 selanjutnya..

sekarang gw juga harus konsen nulis bagian Brooke - Kevin.. belum lagi Tom harus buru2 keluar..


Last edited by didar on 23rd August 2009, 12:27 am; edited 1 time in total
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  Shan2 22nd August 2009, 7:47 pm

hoho... asyik nih konfliknya dah mulai lagi...

g jg sempet bingung bacanya, pas masuk langsung ke post elo yg paling baru, begitu liat ke atas, perasaan g dah baca deh... tau2 tambahaannya ada di bawah yah.. hehehe

nah... itu tuh.. g lg nunggu jake-peyton.. n brooke-kevin jg sih... haha... n of course jg tom n jensen. hehhehe...
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 23rd August 2009, 1:10 pm

Haha.. iya neh konfliknya dah mulai lagi.. yeah.. haha.. en well.. kyknya yang bagian yang pernah gw bagi ke elo harus gw rubah deh.. ntah juga seh.. terutama bagian percakapan Brooke ama Peyton. Di situ kan Jensen kluar.. so yah.. masih tetep di sana keluarnya… tapi soal Tom dan Kevin harus gw rubah..

Soal Brooke-Kevin.. aiyo.. gw lagi buntu neh pikirannya.. en belum mulai nulis bagian mereka..
Brooke-Tom gw malah udah nulis dikit.. satu halaman.. duh.. masih jauh ya.. haha..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  Shan2 26th August 2009, 1:24 pm

iya bagian brooke-peyton mesti diubah yah, soalnya perasaannya ke kevin nggak cuma gitu aja kan ? hehehhe...

aduh g setelah tau latar belakang pembuatan FF elo jd malah tambah kagum sama elo, kok msh bs aja nulis tentang brooke. n yup pake nama brooke msh lbh bisa, kalo pk sophia mana mungkin bs, kalo g seh udah sesebel itu ama org nggak bakal bs nulis cerita dia, jangan harap deh..

mknya, so yah sabar aja deh nulisnya. g jg dengan sabar deh nunggunya. hehhe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 26th August 2009, 3:07 pm

sebenernya gw ga sebel ama sophia.. ama brooke apalagi.. tapi jangan harap gw buat FF buat Sophia and Chad aja.. itu doank..selebihnya bisa2 aja..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  Shan2 26th August 2009, 5:10 pm

didar wrote:sebenernya gw ga sebel ama sophia.. ama brooke apalagi.. tapi jangan harap gw buat FF buat Sophia and Chad aja.. itu doank..selebihnya bisa2 aja..

wah, kalo g yg ada di posisi elo sih, jangan harap deh masuk ke FF g, nyebut namanya aja g udah males. wakakak.. g kalo udah sebel lbh parah lg kali dr elo. hehehe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 26th August 2009, 9:28 pm

haha.. itu seh harus nyampe tahap sebelnya gw ama Joe.. haha.. maka udah deh dipikirin juga ga mau deh... en selain dia ga lagi tuh yang gw sebel segitunya.. hehe..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  Shan2 26th August 2009, 10:21 pm

didar wrote:haha.. itu seh harus nyampe tahap sebelnya gw ama Joe.. haha.. maka udah deh dipikirin juga ga mau deh... en selain dia ga lagi tuh yang gw sebel segitunya.. hehe..

ya udah deh, ntar g bayanginnya sbg brooke aja, meski g bayangin sbg sophia jg nggak bs, krn g jg nggak tau dia kyk apa. haha.. ya udah deh lupakan aja biar g nggak ilfil
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 27th August 2009, 12:07 am

haha.. emang bagusnya dilupain aja.. haha.. gw juga yang nulisnya aja tetep bayangin brooke .. en gw suka tokoh brooke.. haha..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  Shan2 27th August 2009, 12:25 am

didar wrote:haha.. emang bagusnya dilupain aja.. haha.. gw juga yang nulisnya aja tetep bayangin brooke .. en gw suka tokoh brooke.. haha..

g jg suka brooke krn dia tuh meski ada sisi buruk, tp dia ada sisi baiknya, kadang jd merasa brooke so sweet, dia ini kyk tipe bad boy yg kalo tiba2 melakukan hal baik tuh jadi kerasa kok dia baik yah, soalnya dia kan brooke. hehehe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  didar 27th August 2009, 11:22 am

setuju.. kalo haley baek udah ga aneh ya.. hahaha.. soalnya dia emang baeeeeek trus sepanjang masa.. perfect deh.. haha.. Peyton ada masa nyebelin bukan karena mellow loh.. tapi emang nyebelin.. di season 5.. haha..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  Shan2 27th August 2009, 1:38 pm

didar wrote:haha.. emang bagusnya dilupain aja.. haha.. gw juga yang nulisnya aja tetep bayangin brooke .. en gw suka tokoh brooke.. haha..

iya deh g bayangin sbg brooke aja, krn g lbh bisa kali yah. hehehe... n bagus emang namanya brooke, bukan sophia. hehehhe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 19 Empty Re: New Beginnings - Chapter 19

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum