New Beginnings
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

New Beginnings - Chapter 13

2 posters

Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty New Beginnings - Chapter 13

Post  didar 22nd July 2009, 11:11 pm

‘“Bagaimana kalau kita bermain ular tangga?” tanya Peyton kenapa Leighton

Leighton mengangguk dengan riang.

“Tunggu sebentar,” ujar Peyton sambil berdiri dari sofa dan kemudian berjalan ke kamar Brooke

Peyton membuka pintu kamar Brooke perlahan-lahan, tak ingin suaranya membuat Brooke terkejut. Kedua alisnya terangkat saat ia tak mendapati siapapun di atas ranjang. Ia kemudian melongok ke arah kamar mandi. Terdengar samar-samar suara pancuran air yang dinyalakan dari balik pintunya yang tertutup. Peyton tersenyum, itu artinya sebentar lagi suasana rumah ini akan menjadi semakin diramai dengan bertambahnya Brooke di antara mereka.

Peyton masuk ke dalam kamar Brooke, mengambil kotak permainan ular tangga dari atas rak dan keluar dari sana setelahnya. Di depan pintu sudah menanti Brooke yang baru saja keluar dari kamar mandi. Peyton melemparkan senyum menggoda kepada Brooke saat ia menyadari Brooke keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Bukan kebiasaan Brooke keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap, ia biasanya keluar dengan jubah mandi atau handuk.

Brooke tertawa kecil ke arah Peyton. Ia kemudian menghampiri Peyton.

“Siapa yang datang bertamu sepagi ini?” tanyanya bisik-bisik.

“Leighton dan Julian. Kau tidak perlu berbisik-bisik seperti itu,” jawab Peyton dengan geli. Ia tak mengerti mengapa Brooke harus berbisik-bisik seperti itu.

“Julian? Yang mengadakan sayembara itu?” tanyanya sambil menyengir.

Peyton mengangguk sambil tersenyum geli.

“Leighton juga datang?” tanya Brooke sambil memanjangkan lehernya ke arah ruang tengah.

Peyton mengangguk lagi.

“Apa Lucas datang juga?” tanya Brooke penuh harap. Ia akhirnya merasa penasaran juga dengan pria bernama Lucas yang sudah sering ia dengar ceritanya tapi belum pernah sekalipun ia melihat orangnya.

Peyton menggeleng. Brooke terlihat kecewa.

“Ayo, biar kuperkenalkan dengan mereka,” ajak Peyton sambil mengandeng tangan Brooke.

Peyton dan Brooke memasuki ruang tengah sambil menahan tawa mereka. Peyton baru saja menceritakan pada Brooke tentang seringai Julian yang terkenal dahsyat itu dan menasehatinya untuk bersiap-siap bertahan dari keampuhan serangan seingainya itu. Saat itu Julian sedang asyik bermain tebak-tebakan dengan Leighton. Wajah keduanya begitu riang dan mereka benar-benar larut dalam suasana permainan. Suara langkah kaki Brooke dan Peyton membuat Julian menoleh ke arah pintu. Raut wajahnya yang dipenuhi dengan tawa dalam sekejap berubah saat pandangannya jatuh pada Brooke yang saat itu sedang berjalan ke arah Leighton dan memandang gadis cilik itu dengan gemas. Senyum lebar menghiasi wajahnya. Leighton menerima kedatangan Brooke dengan wajah riang. Brooke mengajak gadis cilik itu berbincang-bincang dan keduanya dengan cepat terlibat dalam percakapan seru, sepenuhnya mengacuhkan Julian yang lama kelamaan ikut menikmati interaksi mereka. Peyton tertawa melihat semua itu. Ia kemudian berjalan ke arah Brooke dan menepuk pundaknya. Brooke tidak memberi reaksi apa-apa.

“Apa?” tanyanya dengan cepat tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya dari Leighton.

Peyton menarik tangan Brooke hingga Brooke terpaksa berdiri dan menoleh padanya.

“Julian, ini Brooke,” ujar Peyton ke arah Julian. Brooke mengalihkan pandangannya dari Peyton ke arah Julian dengan cepat. Ia baru menyadari kehadiran pria itu.

Julian dengan cepat berdiri dan memberikan tangannya pada Brooke.

“Julian,” ujar pria itu dengan seringai lebar di wajahnya. Brooke menerima uluran tangannya dan tersenyum manis ke arah pria itu. Julian kemudian bergerak memutari sofa untuk mendekati Brooke dan tanpa menunda sedikitpun ia segera memulai percakapan dengannya. Peyton menghampiri Leighton dan mengangkat kotak permainan ular tangan yang dibawanya sambil tersenyum lebar. Leighton tertawa girang.

“Kau duluan,” Peyton memberikan dadu pada Leighton setelah ia meletakkan dua buah pion pada kotak tanda mulai dan permainan siap untuk dimainkan.

“Aku tidak ingin kau mengalah padaku,” ujar gadis cilik itu dengan cepat, tak mau menerima dadu itu.
“Ini bukan mengalah, tapi ini artinya aku menghormati tamuku,” ujarnya sambil menyentuh ujung hidung gadis cilik itu dengan gemas

“Kalau begitu mari kita mulai bermain,” ujar Leighton dengan riang. Ia kemudian mengocok dadu itu dengan kedua tangannya dan menjerit bahagia saat melihat dadu itu menunjukkan angka 6. Peyton tertawa. Betapa mudahnya menjadi anak kecil, hal-hal kecil pun dapat membuat mereka berbahagia. Ia lalu menoleh ke arah Brooke yang saat itu sedang berbincang-bincang dengan Julian. Tatapan mautnya bekerja. Tatapan maut miliknya yang bagaikan sebuah perangkap maut, siapapun yang masuk ke dalamnya tidak mungkin keluar dengan selamat. Peyton mengalihkan pandangannya ke arah Julian. Melihat tampangnya yang begitu terpesona, bisa dipastikan Julian telah jatuh ke dalam pesona Brooke dan sulit untuk diselamatkan.

Telepon Julian tiba-tiba berdering. Terlihat jelas dari reaksinya ia cukup kaget karenanya. Brooke terkekeh geli saat melihat hal itu. Baginya Julian memang selucu yang ia dia bayangkan, ditambah dengan seringai mautnya dia juga pria yang menarik.
“Halo,” jawabnya sambil memandang ke arah Brooke dengan sedikit tersipu. Wajah julian dalam sekejap berubah saat ia mengetahui siapa yang meneleponnya.

“Lucas, kami ada di apartemen Peyton,” ujarnya sambil memandang ke arah Peyton. Peyton dan Leighton bersamaan menoleh ke arah Julian.

“Kau mau ke sini sekarang? Okay,” ujar Julian sambil melirik ke arah Peyton dengan pandangan tidak enak. Ia tak mengerti mengapa Lucas mau datang ke situ tiba-tiba. Pria itu tidak pernah bertamu ke rumah siapapun.

Raut wajah Peyton berubah saat ia mendengar semua itu. Ia tidak yakin ia siap untuk menerima kedatangan Lucas. Ini adalah pertama kalinya Lucas datang mengunjungi apartemennya. Ia datang pada saat ia tidak dapat lagi memandangnya sebagai Lucas yang dulu dan ia tidak tahu bagaimana cara menghadapinya dan ini membuatnya gundah.

“Yay! Daddy mau datang ke sini sekarang!” teriak Leighton dengan sangat girang. Ia kemudian memandang Peyton sambil tersenyum lebar. Peyton balas tersenyum dengan menunjukkan wajah seriang mungkin tapi usahanya sama sekali tak berhasil mengelabui Leighton.

“Miss Sawyer, apa kau sedang mengkuatirkan kedatangan daddy?” tanya Leighton dengan polos.
Peyton terkejut mendengar pertanyaan itu, apa ia begitu transparan bagi gadis cilik itu. Ia tersenyum dan mengelus lembut rambut Leighton.

“Kau tidak perlu kuatir. Daddy suka padamu. Mungkin sesudah ini ia akan sering-sering datang kemari,” ujar Leighton dengan nada yakin. Peyton tidak menyangka gadis itu akan mengatakan hal itu.Ia hanya dapat membelalakkan matanya sambil tertawa, kegundahannya sedikit berkurang. Julian yang saat itu mendengarkan percakapan mereka tak tahan untuk tak memberi komentar.

“Iya, daddy Lucas memang sangat menyukai miss Sawyer, hanya dia belum mau mengakuinya,” ujar Julian sambil memandang Peyton dengan penuh arti. Wajah Peyton memerah. Leighton menangguk setuju. Hati Peyton saat ini semakin berkecamuk. Apa artinya kalau Lucas menyukainya? Dan apa yang akan terjadi kalau ia sendiri ternyata menyukainya? Apakah itu berati kelak ia, Lucas dan Leighton akan menjadi satu keluarga. Peyton jengah sendiri saat ia menyadari di saat seperti itu ia masih sempat-sempatnya berpikir sejauh itu.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Leighton berdiri dari sofa secepat kilat. Matanya terlihat berbinar-binar.
“Daddy datang. Miss Sawyer, ayo kita buka pintunya!” ujarnya dengan semangat.

Peyton tertawa. Ia lalu mengendong Leighton dan berjalan ke arah pintu. Ia memutar kunci pintu dan menyuruh Leighton untuk membukanya.

Lucas berdiri di depan pintu, sibuk dengan blackberrynya. Pandangannya dengan cepat teralih ke arah depan saat pintu terbuka semakin lebar. Ia tersenyum saat melihat Peyton menggendong Leighton.

“Hai gadis cilik,” ujarnya kepada Leighton. Ia lalu tersenyum ramah ke arah Peyton. Peyton membalas senyumnya dengan hati lega dan mempersilakan Lucas masuk.

Peyton menurunkan Leighton dari gendongannya. Dengan cepat gadis cilik itu naik ke dalam gendongan Lucas. Lucas mengangkat Leighton sambil tertawa. Peyton ikut tertawa melihat mereka dan saat itu ia terdengar sangat bahagia. Brooke yang saat itu berdiri tak jauh dari pintu memperhatikan semuanya sambil tersenyum bahagia. Baginya mereka bertiga seperti keluarga bahagia. Untuk pertamakalinya ia menyetujui kelanjutan hubungan Lucas dan Peyton kalau memang itu mungkin dan ia kini cukup yakin Lucas dapat membuat Peyton bahagia.

Peyton mengajak Lucas masuk ke dalam dan membawanya ke ruang tengah. Senyum manis Brooke menyambut kedatangan mereka.

“Perkenalkan ini Brooke,” ujar Peyton kepada Lucas. Lucas menurunkan Leighton dari gendongannya dan dengan ramah mengulurkan tangannya.

“Lucas Scott,”

“Brooke Davis, senang dapat bertemu dengan seorang penulis terkenal,” Brooke membalas tak kalah ramah. Lucas tersenyum ramah dan segera mengalihkan pandangannya pada Peyton.

“Bisakah aku berbicara denganmu secara privat,” tanyanya kepada Peyton dengan sopan.

“Tentu,” jawab Peyton. Hati Peyton saat itu berdebar kencang memikirkan Lucas mungkin membicarakan kejadian yang menimpa mereka minggu lalu. Peyton menoleh ke arah Brooke. Brooke dengan cepat memahami maksudnya. Ia kemudian memegang kedua pundak Sawyer dan membungkuk untuk menanyakan sesuatu padanya. Leighton mengangguk dengan semangat. Brooke berdiri dan memberikan tangannya pada Leighton. Gadis itu tersenyum manis dan menggenggam tangan Brooke. Ia kemudian memberikan sebelah tangannya yang lain kepada Julian. Julian menyeringai lebar dan menggenggam kencang-kencang tangan Leighton hingga membuat gadis cilik itu protes. Julian meminta maaf sambil tertawa keras.
Belum sempat Peyton mempersilakan Lucas duduk, Lucas sudah menyodorkan sebuah amplop padanya. Peyton memandang amplop itu sekilas lalu menatap Lucas dengan pandangan bertanya.

“Ini adalah uang pembayaran untuk gambar yang sudah kauberikan itu dan juga uang muka untuk gambar yang akan kaubuat nanti untuk sampul bukuku yang kedua,”

Peyton memandang amplop itu sejenak kemudian ia menatap Lucas lagi, ia sungguh merasa sungkan untuk menerimanya. Mereka belum pernah membicarakan masalah itu. Ia bahkan belum pernah memikirkan berapa uang yang mungkin akan diterimanya untuk pekerjaan ini.

“Ambillah. Ini hakmu. Kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu dengan baik,” ujar Lucas sambil menyodorkan amplop itu lebih dekat ke arah Peyton. Peyton mengambil amplop itu.

“Terimakasih,” ujarnya dengan sopan. Ia kemudian menggerakkan amplop itu.

“Sebaiknya aku menyimpan dulu amplop ini. Duduklah dulu,” ujarnya sambil menunjuk ke arah sofa.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  didar 22nd July 2009, 11:15 pm

Lucas menganggukkan kepalanya. Peyton masuk ke dalam kamarnya dan menyimpan amplop itu ke dalam laci. Ia memejamkan matanya sejenak, meresapi saat di mana sebuah karyanya dihargai dan mendatangkan hasil baginya. Perasaannya saat ini sungguh sulit dilukiskan. Walau itu bukan sebuah lukisan, tapi itulah karya pertamanya yang akan dilihat banyak orang. Ia menikmati momen itu sebentar sebelum akhirnya ia kembali ke ruang tengah.

“Bisakah kita membicarakan tentang kerja sama itu sebentar,” tanya Lucas saat ia melihat Peyton berjalan ke arahnya.
“Tentu,” Peyton duduk di samping Lucas dengan jarak sejauh mungkin.

“Aku ingin kau menggambar beberapa sketsa untuk sampul novelku yang kedua itu sesuai dengan garis besar ceritanya yang sudah pernah kuberitahu sebelumnya, judul novel itu adalah new beginnings dan kau boleh melihatnya dari berbagai aspek. Aku akan memilih salah satunya nanti,” Lucas terdengar sangat formal.

Peyton mengangguk. “Baiklah, akan aku serahkan kalau aku sudah menyelesaikannya,”

Lucas mengangguk dan tersenyum ramah ke arahnya. Peyton merasa lega karena Lucas benar-benar sudah terlihat seperti dirinya yang dulu walau masih terdengar terlalu formal.

“Aku rasa aku akan menyiapkan makan pagi untuk semuanya, apa kau mau pancake?” tanya Peyton sambil berdiri, mencoba menghindar sepenuhnya dari percakapan pribadi yang mungkin akan berlangsung setelah mereka selesai membahas urusan pekerjaan tadi. Lucas terlihat bingung melihat Peyton cepat-cepat berdiri sebelum ia sempat mengatakan sesuatu selain urusan pekerjaan. Ia kemudian mengerti dan menganggukkan kepalanya menerima tawaran Peyton untuk sarapan bersama.

“Duduklah dulu di sini, akan kuberitahu kalau sudah siap,” ujar Peyton dengan ramah.

“Akan kupanggilkan yang lain dan sesudahnya aku akan langsung ke dapur, kita bisa berbincang-bincang nanti,” tambahnya lagi sambil mulai beranjak.

Lucas mengangguk dan kemudian mengikuti langkah Peyton dengan matanya. Ia menghembuskan napasnya kuat-kuat. Sejak tadi hanya satu yang ada di pikirannya, ia ingin mencium gadis itu. Perasaan yang pernah ia rasakan terhadap pada Lauren hanya dengan duduk di sampingnya.

Peyton memasuki dapur dan mendapati Brooke sedang berbincang-bincang dengan Leighton. Wajah mereka yang dipenuhi tawa dengan jelas menunjukkan perbincangan mereka berlangsung seru. Julian memperhatikan mereka berdua sambil tersenyum lebar.

“Aku akan membuat pancake, ada yang mau?” tanya Peyton. Suaranya membuat mereka semua menoleh. Leighton yang pertama mengangguk.

Brooke berdiri dan menghampiri Peyton. “Aku akan membantumu.”

“Bagaimana denganmu?” tanya Peyton ke arah Julian.

Julian menganggukkan kepalanya

“Tentu, kapan lagi aku bisa makan pagi ditemani dengan dua gadis cantik,” jawabnya sambil menyeringai.

“Lucas juga mau kan?” tanyanya lagi.

Peyton mengangguk. Seringai Julian semakin melebar.

“Bagus, mungkin suatu hari kita akan sarapan bersama lagi sebagai 2 keluarga,”

“Jangan pedulikan dia,” ujar Peyton kepada Brooke yang memandangnya dengan bingung. Ia kemudian melemparkan pandangan pura-pura kesal kepada Julian. Brooke tertawa kecil saat ia akhirnya mengerti maksud perkataan Julian. Julian menyeringai lebar. Ia senang melihat hubungan Lucas dan Peyton sudah normal kembali dan ia sendiri sejak tadi telah menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama Brooke. Sayangnya ia tidak bisa mengejar gadis cantik yang telah membuatnya terpikat itu. Ia baru saja berbaikan dengan kekasihnya dan malam ini ia akan kembali ke apartemen yang ditempatinya bersama gadis itu. Hubungan mereka yang putus sambung selama beberapa tahun ini memang cukup melelahkan tapi ia mencintai gadis itu dengan tulus.

“Mari kita temui ayahmu,” ujar Julian pada Leighton. Leighton mengangguk dengan semangat. Peyton tertawa saat mendapati Julian sempat-sempatnya mengedipkan matanya kepada Brooke sebelum akhirnya melangkah ke ruang tengah. Brooke menyengir lebar. Ia naikkan kedua bahunya dan kemudian menoleh ke arah Peyton dengan pandangan penuh percaya diri. Peyton tertawa melihatnya

“Jadi apa arti pandangan Julian padamu itu?” bisik Peyton saat Brooke sedang mengeluarkan kantong adonan pancake dari kotaknya.

“Apa? Memang dia memandangku seperti apa?” tanya Brooke pura-pura tidak tahu. Di wajahnya tertera sengiran lebar. Ia sudah sering mendapatkan pandangan terpana seperti itu dan hal itu tidak mempan baginya. Peyton melirik Brooke dengan gemas. Sejak tadi ia tidak berhenti menebar pesonanya, ia tahu betul apa arti pandangan Julian kepadanya.
Brooke memasukkan adonan pancake itu ke dalam mangkok. Sesudahnya Peyton menuangkan sekotak susu ke dalam mangkuk itu dan mulai mengocok adonan. Ia lalu menggoreng adoanan itu sedikit demi sedikit di atas wajan. Brooke menyiapkan mentega, cream dan selai yang akan dioleskan ke atas pancake itu nanti.

“Jadi Lucas menyukaimu?” tanya Brooke selagi Peyton sibuk membolak-balikkan pancake di atas wajan.

Peyton melirik ke arah Brooke. “hah?” ujarnya berpura-pura tidak mendengarnya.

“Lucas menyukaimu. Kau tahu apa itu artinya? Obsesi bodohmu dengan Chad akan menjadi kenyataan,” Brooke berbisik sambil tertawa geli. Saat ini ia tidak lagi terlalu menentang ide itu. Menurutnya Lucas dan Peyton terlihat sangat manis bersama dan ia tak lagi menganggap Lucas orang yang aneh.

Peyton menyiku Brooke dengan gemas. Ia tak mau memberi komentar apapun akan hal itu. Belum jelas baginya Lucas menyukainya atau tidak. Tapi ia tidak bisa memungkiri jantungnya saat ini berdebar keras, senyumnya tak mau sirna dari wajahnya, dan hatinya dipenuhi harapan hal ini memang kenyataannya.

Peyton dibantu Brooke menaruh 5 piring berisi pancake di atas meja makan.

“Pancakenya sudah jadi,” teriak Brooke dengan cukup keras ke arah ruang tengah.

Peyton membelalakkan matanya ke arah Brooke, protes dengan cara Brooke memperlakukan tamu

Brooke mengangkat bahunya sambil tersenyum geli

“cara yang paling praktis,” ujarnya dengan cuek.

Lucas menuntun Leighton ke arah meja makan. Julian mengikuti mereka dari belakang sambil menusuk-nusuk leher Leighton main-main. Leighton tertawa geli karenanya.

Brooke dengan cepat mengambil tempat duduk di samping Julian. Peyton mengambil satu-satunya tempat duduk yang tersisa dan ia duduk di samping Lucas. Ia melirik ke arah Lucas dengan grogi dan mendapati Lucas sedang menatapnya dalam-dalam. Dengan cepat ia mengalihkan pandangannya ke arah piring di hadapannya. Brooke melihat semua itu sambil tersenyum lebar.
Lucas memandang pancake di hadapannya yang wanginya cukup menggugah selera. Hal ini lagi-lagi mengingatkannya pada Lauren yang selalu membuatkannya pancake untuk sarapan. Ia lalu mencicipi pancake itu dan mendapati rasanya pun tak jauh berbeda dengan pancake buatan Lauren. Sejak awal Peyton seringkali mengingatkannya pada Lauren. Pertama-tama hal itu tidak mengganggu baginya tapi sekarang hal itu mulai terasa sedikit mengganggu.

Leighton memotong-motong potongan pancakenya dengan semangat, ia lalu mengolesinya dengan mentega sebanyak-banyaknya.

Lucas baru saja hendak mencegahnya tapi Peyton lebih cepat

“Sawyer kecil, jangan mengoleskan mentega terlalu banyak,” ujarnya dengan lembut. Leighton meletakkan kembali kaleng mentega yang dipegangnya sambil memajukan bibirnya yang mungil. Peyton memandangnya dengan gemas sambil tertawa kecil.

Saat itu Lucas mendorong kursinya dan berdiri. Ia memandang Peyton dengan wajah penuh emosi.

“Siapa yang menyuruhmu memanggil Leighton Sawyer kecil?” ujarnya kepada Peyton dengan penuh amarah.

Peyton ikut berdiri dari kursinya. Ia membuka mulutnya hendak membela diri. Tapi Lucas sudah melanjutkan kata-katanya.
“Hanya Lauren yang boleh memanggilnya seperti itu,” ujarnya dengan marah.

“Aku mengerti,” sahut Peyton mencoba menenangkan pria itu.

“Tidak, kau tidak mengerti. Bisakah kau berhenti mencoba menjadi Lauren?” ujar Lucas lagi dengan tatapan marah dan kesal.
Alis Peyton berkernyit saat ia mendengar hal itu. Ia tak mengerti apa maksud perkataan Lucas itu karena selama ini ia tidak pernah berusaha menjadi Lauren.

“Karena usahamu itu tak akan berhasil. Lauren selamanya tak akan pernah tergantikan!” desis Lucas penuh emosi
“apa maksudmu?” tanya Peyton dengan nada bingung. Suaranya mulai mulai bergetar menahan emosi di hatinya.
“aku tidak pernah menc..,” kata-katanya terpotong, disela orang suara Lucas yang semakin lama semakin keras.
“Kau bilang kau terobsesi dengan Chad, ya kan?” tanya Lucas sambil membentak.

Leighton mulai menangis. Ia tidak suka melihat ayahnya seperti itu. Julian dengan cepat menggendongnya dan membawanya keluar. Brooke cepat-cepat mengikutinya. Sejenak mata Lucas mengikuti mereka dengan pandangan menyesal. Peyton mengira Lucas akan ikut pergi dengan mereka juga dan ia merasa lega. Tapi Lucas tak juga beranjak dari tempatnya. Wajahnya yang dipenuhi emosi sekarang beralih kembali kepadanya dan ia menatapnya dengan tajam. Peyton menyadari semua itu belum berakhir.

“Kau terobsesi dengan Chad kan?” Lucas melanjutkan lagi kata-katanya tadi

“Dan sekarang setelah jelas bagmu bahwa Chad adalah aku.. ,” Lucas menunjuk ke arah dirinya.

“Kau terobsesi untuk mendapatkanku dan ini semua adalah usahamu yang sangat halus untuk bisa bersamaku. Kau rayu Leighton agar dia menyukaimu,”

“Atau kau mungkin adalah penguntit, yang pindah ke apartemen ini karena kau ingin menjadi bagian dalam hidupku, kaujatuhkan gambar itu dengan sengaja untuk menarik perhatianku,”

Air mata mulai menggenang di kedua sudut mata Peyton. Rahangnya mengatup keras. Ia sengaja membiarkan Lucas mengatakan semua isi hatinya, tapi ia tak menyangka Lucas akan menuduhnya sebagai penguntit.

“itu tidak benar,” ujarnya lirih, air mata mulai mengalir di kedua pipinya

“Tidak benar? Mengapa kau bisa mengambar salah satu peristiwa penting dalam hidupku begitu persis kalau kau bukan penguntit,”
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  didar 22nd July 2009, 11:20 pm

Peyton menatap Lucas dalam-dalam dengan tatapan heran, tak menyangka semua ini masih jadi masalah terutama bagi pria itu. Lucas menyesali perkataannya itu. Semua itu itu memang telah menjadi kecurigaannya sejak awal tapi ia akhirnya membuang semua itu jauh-jauh dari pikirannya karena selama ini Peyton tidak terlihat seperti penguntit. Walaupun Peyton membaca bukunya jauh lebih awal dari siapapun tapi peristiwa di pantai itu terjadi jauh sebelumnya. Saat ini Lucas sungguh tidak tahu harus berpikir apa, baginya kecurigaan ini memang belum cukup berdasar dan ia sekarang malah mengungkitnya.

Brooke melangkah ke arah mereka dengan langkah lebar. Wajahnya sarat dengan emosi yang menyala-nyala, tak kalah mengerikan dibanding Lucas saat itu.

“Apa kau sudah gila?” Peyton penguntit? Apa kau sudah gila?” Emosi yang dirasakan Brooke saat itu sudah sangat menguasainya sampai ia tak tahu lagi harus berkata apa. Ia menoleh ke arah Peyton yang saat itu sedang berusaha menahan tangisnya dan berjalan ke arahnya.

“Keluar!” teriaknya kepada Lucas dengan lantang dan tegas.

Tanpa berkata apapun, Lucas dengan cepat membalikkan badannya dan berjalan keluar

Brooke membimbing Peyton duduk di atas kursi. Ia kemudian mengambilkannya tissue dan menyodorkannya padanya. Peyton mengambil tissue itu dan mengusap pelan air matanya. Hatinya berkecamuk. Ia masih berusaha memahami semua itu. Apa yang telah ia lakukan sehingga Lucas menuduhnya berusaha menjadi Lauren dan kemudian menuduhnya sebagai penguntit.
Brooke memandang Peyton dengan prihatin. Emosinya sekarang sudah mereda dan yang dapat ia lakukan saat ini hanyalah menghibur Peyton.

“Apa yang terjadi? Mengapa semua ini bisa tiba-tiba terjadi? Bukankah kita semua sedang makan dengan tenang?” tanya Brooke dengan bingung.

“Karena aku memanggil Leighton Sawyer kecil,” jawabn Peyton perlahan. Brooke mengerutkan alisnya

“Hanya karena itu?” tanyanya dengan nada heran.

“Aku bisa mengerti kalau ia tak mau aku memanggil Leighton Sawyer kecil,”

“Kau bisa mengerti? Apa maksudmu? Kau tidak sedang membela dia bukan?” ujar Brooke dengan nada tak mengerti.

“Itu adalah panggilan kesayangan Lauren untuk Leighton. Lauren ingin sekali menamainya anaknya Sawyer tapi karena anak mereka perempuan, Lucas tidak setuju dan menamakan anak mereka Leighton. Lauren menyetujuinya namun ia tetap memanggil anaknya Sawyer, tepatnya Sawyer kecil dan saat itu dia mengatakan pada Lucas hanya dia yang boleh memanggil Leighton seperti itu,” Brooke menggeleng-gelengkan kepalanya. Sulit baginya untuk percaya Lucas marah hanya karena itu.

“Begitukah sikap pria yang katanya menyukaimu itu?” ujarnya dengan nada kesal.

“Dia tidak layak untukmu! Kau dengar? Kalau kau masih juga mau dengannya maka kau bodoh karena hubungan kalian akan selalu dibayang-bayangi oleh si bodoh Lauren itu. Aku bilang bodoh karena bagiku siapapun yang mau dengan pria itu adalah wanita bodoh!” ujarnya dengan penuh emosi.

Peyton tersenyum getir. Ia sama sekali tidak setuju dengan pendapat Brooke. Baginya Lauren bukan wanita bodoh. Baginya Lauren adalah seorang wanita pandai yang berhasil merubah Lucas menjadi orang yang lebih baik. Lucas sekarang kehilangan satu-satunya penuntun dalam hidupnya, tak aneh kalau sekarang ia kembali kepada sifatnya semula yang meledak-ledak.
***

Lucas berusaha menenangkan Leighton yang sejak tadi tidak berhenti menangis.

“Ayolah, aku akan membelikanmu es krim,” bujuk Lucas dengan nada lembut

Leighton menepis tangan Lucas yang menyentuh pundaknya

“Aku benci sama daddy! Daddy jahat!” ujarnya dengan wajah dipenuhi amarah.

Lucas menghela napasnya. Ia tahu ia telah melakukan kesalahan besar dengan mengamuk di depan Leighton. Selama ini ia berusaha untuk selalu tampil ramah dan baik terhadap semua orang saat Leighton ada di sampingnya. Bahkan neneknya pun sampai menyindirnya karena ia hanya baik padanya saat Leighton ada bersama mereka. Tapi ia tidak peduli, ia ingin leighton mengenalnya sebagai orang yang baik dan lembut.

Lucas kehilangan kata-katanya. Ia pun berdiri, menyerah. Julian memandang semua itu dengan prihatin. Lucas mengambil kunci mobilnya dan berjalan ke arah Julian.

“Aku ingin kau mengantarkan Leighton pulang, semoga dalam beberapa hari ia sudah tak lagi marah padaku,” ujarnya sambil memberikan kunci mobilnya kepada Julian.

Julian memandang Lucas dengan pandangan jengkel.

“Tidakkah kau pikir kau seharusnya minta maaf pada Peyton. Leighton juga akan segera memaafkanmu kalau kau mau melakukan hal itu,” ujarnya tak sedikitpun menyembunyikan nada sebal dalam kata-katanya itu

“Aku akui aku memang salah, tapi aku rasa dia memang penguntit, karena itu aku tidak mau berhubungan apapun lagi dengannya,” jawab Lucas dengan dingin.

“Penguntit? Apa maksudmu?” tanya Julian heran

“Tidakkah menurutmu semua ini begitu kebetulan? Ia menjatuhkan gambarnya untuk menarik perhatianku dan ia terus menerus berusaha memikatku, bukan hanya itu ia juga terus berusaha mengambil hari Leighton,” jawab Lucas sambil menatap Julian dengan jengkel.

“Kau sudah gila, kau benar-benar sudah gila,” Julian memandang Lucas dengan pandangan heran, bisa-bisanya ia berpikir seperti itu.

Ia pun menggendong Leighton yang dengan segera menyembunyikan wajahnya di pundaknya, tak mau melihat Lucas sedikipun.

“Seorang wanita sebaik itu kau dorong pergi, kau benar-benar tak ada harapan,” ujar Julian lagi dengan nada kesal.

Lucas termenung. Ia tadinya memang tak mengerti mengapa ia bisa berpikir begitu. Tapi makin dipikir segalanya makin masuk akal. Peyton pastilah pengungkit. Walau ia masih tak habis pikir bagaimana wanita itu bisa menggambar peristiwa di pantai itu dengan begitu tepat tapi mungkin saja ia juga sudah menguntitnya saat itu. Ia tersenyum getir, tak menyangka hatinya saat ini tidak terasa lega walau ia sudah menemukan jawaban paling masuk akal dari semua ini.
***

Peyton berkali-kali terbangun dari tidurnya. Tuduhan Lucas terus menerus terngiang di pikirannya dan benar-benar membuatnya menderita. Ia tidak bisa juga lelap sejak tadi. Ia melihat ke arah jam. Waktu menunjukkan pukul 4 subuh. Sejak tadi ia terus menerus bangun dan belum pernah terlelap selama lebih dari 1 jam. Badannya terasa lelah. Peyton tahu hal ini akan terus terjadi selama ia tidak membicarakan hal itu dengan Lucas sampai tuntas. Ia ingin tahu apa yang menjadi yang dipikirkan Lucas hingga mampu menuduhnya sebagai penguntit.

Peyton memasang weker pada pukul 6.30 dan membaringkan kembali tubuhnya. Untung saja baginya ia dapat terlelap kali ini.
Peyton terbangun dengan kepala pening saat bunyi weker membangunkannya dengan paksa. Ia mengerang lalu bergerak mengambil jam wekernya dan mematikannya cepat-cepat. Ia baru saja memutuskan untuk tidur lagi saat ia ingat ia harus pergi ke apartemen Lucas saat ini dan bertanya dengan jelas kepadanya. Peyton dengan segera terduduk. Ia bangkit dan segera melangkah ke kamar mandi. ia tak mau menunda hal itu lebih lama lagi.

Peyton mengikat rambutnya tinggi-tinggi. Tanpa menambahkan make up sedikitpun di wajahnya, ia bergegas keluar dari apartemennya dan pergi ke aparteman Lucas.

Sepuluhcmenit kemudian ia tiba di apartemen Lucas,. Ia menarik napasnya dalam-dalam dan mulai membunyikan bel berulang kali. Ia tak akan menyerah sampai Lucas membukakan pintunya.

Tangannya masih menekan bel tanpa jeda saat Lucas membuka pintu.

Lucas berdiri di hadapan Peyton mengenakan piyama. Wajahnya terlihat sangat lelah. Saat itu ia baru saja memakai baju tidurnya dan hendak pergi tidur. Tiba-tiba terdengar bunyi bel yang pantang menyerah.

Lucas dengan enggan membuka pintunya lebh lebar.

“Apa kau kemari untuk membatalkan kontrak? Tak bisakah kaulakukan itu nanti?” tanyanya dengan nada datar.

“Aku tidak datang untuk membatalkan kontrak, tapi kalau kau mau aku tidak keberatan,” jawab Peyton sambil melangkahkan kakinya ke dalam, ia sudah bertekad untuk tidak meninggalkan apartemen itu sampai ia mendapat jawaban dari Lucas. Lucas mengikuti Peyton ke dalam. Langkah Peyton terhenti saat ia tiba di tengah ruangan paling depan itu dan ia membalikkan tubuhnya ke arah Lucas.

“Apapun itu, bisakah kita membicarakanya nanti saja, aku sangat mengantuk dan tak berniat membicarakan hal apapun. Kau bisa membicarakannya dengan julian nanti,” tanya Lucas dengan nada malas. Ia kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka lebar pintu yang sedari tadi tidak ditutupnya. Peyton tidak beranjak di tempatnya. Saat itu ia memandang Lucas dengan tatapan yang diwarnai dengan rasa sedih, kesal dan juga marah. Lucas melihat hal itu dan menyadari Peyton datang untuk membicarakan perkataannya kemarin. Baginya itu ide yang cukup baik kalau memang mereka bisa menuntaskannya sekarang dan sesudahnya ia tidak perlu bertemu dengannya lagi.

Lucas menutup pintu perlahan. Ia lalu melangkah mendekati Peyton. ia tak mengatakan sesuatu apapun tapi ia terlihat siap untuk menerima pembicaraan. Mata peyton mulai berkaca-kaca. Rasa jengkel, sedih yang menguasai hatinya saat itu mulai meluap-luap.
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  didar 22nd July 2009, 11:28 pm

ini tuh bisa dibilang chapter yang harus gw buat jadi jembatan.. en ternyata buat jembatan tuh susah banget... masalahnya di chapter2 sebelumnya gw banyak nambahin sesuatu en di chapter seudah ini yang gw udah tulis sebelumnya juga ada hal baru.. yang belum kesebut sebelumnya... so ini chapter harus bisa ngejelasin semuanya.. susah bener.. haha..

gw cuma bisa dibilang hasilnya boleh lah.. jembatannya bisa menghubungkan 2 chapter.. hehe..

en chapter ini chapter sebelum bab 14.. yang bisa dibilang salah satu klimaks dalam FF gw.. yang adegannya paling hot.. haha.. yup.. yup.. en cukup bikin gw yang nulisnya juga merah pipinya.. duh.. it's quite embarassing you know.. writing something like that.. harus dapet adegannya tapi ga bikin malu bacanya.. haha.. puyenk gw..

so mungkin ntar ga akan ada lagi adegan lebih hot dari itu.. haha..paling sama hotnya.. haha...

nah.. chapter 14 tuh sebenernya udah bisa dipost.. cuma gw masih mau edit lagi..
tapi chapter 15.. gw lum siap tuh.. gw baru nulis ringkas banget.. an keliatan banget loncat-loncat.. salah satu yang paling ga rapi gw tulisnya.. soalnya lagi ga mood.. haha.. padahal itu ga kalah penting dari chapter 14.. so gw minta banyak waktu neh.. 3 hari paling dikit... hehe.. tapi janji deh.. subuh ini chapter 14 gw post.. gw bobo dulu.. baru bangun lagi edit sebentar trus post..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  Shan2 23rd July 2009, 1:01 am

aduh g ngakak pas bagian awal si brooke bisik2 gt n peyton bilang ga usah bisik2 segala. hahaha

n yup, segalanya berubah, pada saat lucas terbawa emosi....

tp emang sih masuk akal kalo lucas bs kyk gt, emang dia orgnya sulit dimengerti. asal elo bikin dia bisa memperlakukan peyton dengan baik aja, kalo enggak g lbh milih jensen deh, hahahah...

menurut g ini adegannya udah dapet kok, cuma sayang kok elo potongnya di sono ? duh... g kan jd penasaran.. tp bab 14 kan subuh bs dipost yah ? ya udah deh g tunggu. hehehe

bab 15 bs g tunggu atau enggak tergantung ending bab 14 elo nih. hehehe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  didar 23rd July 2009, 1:20 pm

haha.. iya emang Lucas sulit dimengerti.. hahaha..

haha.. gw rasa Lucas tuh gimana yah.. dia tuh orangnya ekstrim.. en tertutup banget.. en rasional banget..
ini masih beberapa chapter menuju chapter tengah yang pernah gw bagi ke elo sebelumnya.. so elo bisa bayangin deh apa yang terjadi di bab2 selanjutnya.. hehe.. en di bab2 seudah yang gw pernah bagi itu gw rasa elo bisa mulai nentuin jensen atau lucas..

kalo elo emang nunggu brooke kevin.. elo pasti nunggu2 chapter 15.. wakakak.. gw yakin deh.. soalnya gw juga nunggu.. nunggu apa yang kira-kira gw tulis buat mereka.. haha..

ternyata ga pernah ada chapter yang gampang ditulis.. semuanya susah... paling ada chapter yang gw suka hasilnya atau ga.. tapi semuanya susah.. haha..

jumlah chapter yang gw tulis udah lebih dari 1/3 bagian.. lumayan kan.. hehe...
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  Shan2 24th July 2009, 10:25 pm

ya emang nulis tuh susah... tp elo udah bgs banget nih bisa nulis sebanyak dan sepanjang ini. gile...

iya g nunggu2 yg bagian brooke-kevin, jd kelanjutan leyton. oh... jd 2 bab setelah itu yah ? ok, ntar bakal g simak baik2, bakal siapa yah yg lebih nyantol kalo udah sampe sono. heheheh
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  didar 25th July 2009, 12:24 am

Bukan cuma 2 bab.. masih panjang sebelum sampe ke bab itu.. bab itu letaknya udah di tengah lebih.. en seudah itu gw rasa elo dah bisa nilai.. Jensen vs Lucas..
Well.. gw lagi have fun neh nulis bagian Brooke-Kevin… en seudah itu gw rasa gw harus mulai konsisten nulis cerita dia.. biar Tom muncul di saat yang tepat..
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  Shan2 25th July 2009, 2:50 pm

iya nih, krn sebenernya bagian tom yg plg ditunggu2 hehehe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  didar 25th July 2009, 6:06 pm

untuk brooke-tom, kyknya gw harus minta pendapat elo ntar.. well.. ada beberapa hal yang udah kebayang ama gw.. tapi trus gw jadi ragu lagi.. haha... ntar kalo dah mau deket ya...
didar
didar
FF super addicted
FF super addicted

Posts : 255
Join date : 2009-07-09

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  Shan2 26th July 2009, 6:58 pm

didar wrote:untuk brooke-tom, kyknya gw harus minta pendapat elo ntar.. well.. ada beberapa hal yang udah kebayang ama gw.. tapi trus gw jadi ragu lagi.. haha... ntar kalo dah mau deket ya...

ok2 tar kbrin g aj kalo dah deket. hehehe
Shan2
Shan2
FF addicted
FF addicted

Posts : 138
Join date : 2009-07-14

http://lusiana.web.id

Back to top Go down

New Beginnings - Chapter 13 Empty Re: New Beginnings - Chapter 13

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum